App herunterladen
3.32% I Love You Prince / Chapter 11: You are going to be my slave

Kapitel 11: You are going to be my slave

Mata bulat Alesha melotot horor, jantungnya seakan berhenti berdetak sesaat setelah melihat sosok yang terbaring dibawahnya. Parahnya lagi, dia bibir mungil seksinya menekan bibir pria itu. Sungguh sangat memalukan.

" Maaf, aku tidak bermaksud" ucapnya seraya berupaya bangkit. Wajah manisnya memerah. Tapi lagi-lagi, kancing baju pria itu tersangkut di rambutnya sehingga gadis itu kesulitan bergerak. Dengan tangan gemetar dia berusaha melepasnya tapi kesulitan.

" Biar aku saja" tiba-tiba pria itu bersuara kemudian mulai melepaskan kancing bajunya dari rambut Alesha.

Keheningan menyelimuti mereka berdua, sampai-sampai Alesha bisa mendengar detakan jantungnya yang seakan seperti dentuman drum, kehangatan tubuh pria itu dirasakannya menjalar ke seluruh tubuhnya. Membuatnya tenang dan melupakan kejadian yang baru saja dialaminya. Matanya kemudian terpejam.

Sementara itu, George yang sedang berupaya melepas kancing baju dari rambut Alesha juga merasakan sensasi yang tak kalah luar biasa pada tubuhnya, jantungnya bergemuruh dan hatinya serasa sangat sejuk.

Kehangatan tubuh gadis itu dan kedekatan mereka berdua membuat seluruh sistemnya kembali berfungsi dan terasa sangat nyaman. Tak lama dia pun berhasil melepas kancing bajunya, tapi dia kembali terkejut ketika dirasakannya napas gadis itu berhembus hangat tepat dilehernya, membuat otaknya kembali membeku.

" Sudah terlepas, kau bisa bangkit sekarang" ucapnya sambil menahan perasaannya yang mulai tidak terkontrol. Tapi gadis itu tidak merespon melainkan semakin melekatkan tubuhnya ke badan George, kepalanya bergerak mencari posisi nyaman di leher George.

Sontak George menahan napas, kalau posisi mereka begini terus bisa-bisa dia benar-benar kehilangan kendali. Dia kemudian menggerakkan pundak gadis itu untuk mengingatkannya tetapi tetap saja tidak ada respon lalu dia menyadari kalau gadis itu ternyata tertidur.

Dia kemudian menggendongnya dengan gaya bridal seperti yang pernah dilakukannya di museum lalu membawanya ke mobil miliknya dan mendudukkan gadis itu dengan hati-hati. Dia menatap wajah indahnya yang sedang tertidur pulas, menikmati setiap detail wajah cantik itu. Hatinya bergejolak, ada perasaan asing yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Perasaan yang membuatnya bahagia, rasanya dia tidak ingin melepasnya dan menginginkan gadis itu berada disisinya selamanya. Dia tersenyum.

" you are so beautiful" gumannya sambil mengelus lembut wajah gadis itu. Tanpa dia sadari wajahnya mulai bergerak perlahan kearah wajah Alesha yang masih tertidur pulas. Bibir seksinya yang sedikit terbuka sangat menggairahkan naluri George dan ketika bibirnya hampir menyentuh bibir Alesha, dia tiba-tiba tersadar.

'Tidak, apa yang kulakukan, aku tidak boleh mengambil keuntungan dari gadis ini' ucapnya membatin. Lalu dia memejamkan matanya seraya menenangkan perasaannya. Sesaat kemudian mobilnya melaju.

Keesokan paginya

Alesha perlahan membuka mata, kelopak mata bulatnya berkedip kedip berusaha menyesuaikan cahaya disekitarnya tapi sesaat kemudian mata itu terbelalak. Gadis itu refleks bangkit dari tempat tidurnya. Dia kemudian melihat sekelilingnya karena merasa tempat itu sangat asing.

" Kau sudah bangun" suara itu sontak membuatnya sangat terkejut.

" Kau...!?, kenapa kau ada disini, aku ada dimana?,apa yang terjadi?" ucapnya panik sambil berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut.

" Apa kau sudah lupa kejadian semalam"? tanya George sambil tersenyum penuh arti seraya mengelus-elus dagunya. Di pikirannya sudah tersimpan rencana untuk gadis itu.

Mendengar hal itu Alesha kemudian mulai mengingat kejadian yang dialaminya kemarin. Wajah gadis itu sontak memerah, lalu dia tertunduk malu.

" Aku harus pergi..!" ucapnya seraya berdiri dan berjalan menuju pintu. Tapi dengan sigap George menahannya.

" Tidak secepat itu nona, kau tidak akan pergi kemana-mana." ucapnya sambil melingkarkan lengannya pada pinggang langsing Alesha dan menatapnya lembut.

Sementara itu Alesha yang tidak menyangka akan diperlakukan seperti itu sontak kaget dan berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan George.

" You...! apa yang kau lakukan, lepaskan aku..! teriaknya sambil meronta.

" Aku tidak keberatan seperti ini seharian kalau kau terus berontak, atau kau akan mengulangi adegan kita yang semalam?" balas George dengan senyum nakalnya. Tangannya semakin kuat mendekap pinggang Alesha.

Alesha yang berusaha melepaskan diri semakin geram, wajahnya semakin memerah karena marah, malu, takut dan... nyaman. Dia merasakan tubuhnya menikmati keintiman itu.Tetapi dia berusaha menyembunyikaanya.

" Apa maumu..!" tanya gadis itu sambil berupaya melepaskan diri, dia bahkan tidak berani lagi menatap George.

" Seperti itukah caramu bertima kasih dengan orang yang sudah berkali kali mengorbankan kebaikannya hanya untuk membantumu?"

Mendengar itu Alesha kemudian terdiam, lalu menatap George dengan serius. Sesaat gadis itu tenggelam menikmati keindahan mata tajam George, dia lalu mulai mengingat semua kebaikan yang pria itu padanya. Mulai dari kejadian di museum, dia yang bersikap biasa saja meskipun telah dipermalukan olehnya dan yang terbaru adalah menjadikannya matras penyelamat ketika dia melompat dari jendela. Alesha lalu menghela napas panjang.

" Terimakasih dan sekarang biarkan aku pergi" ucapnya lirih sambil tetap menatapnya penuh harap.

" Dan aku akan menerima ucapan terima kasihmu itu begitu saja? tidak semudah itu."

" Lalu apa maumu? bukannya kau sangat membenciku dan tidak ingin melihatku. Jadi biarkan aku pergi sekarang, aku berjanji kau tidak akan bertemu denganku lagi. Please let me go". ucapnya memelas.

Mendengar itu wajah George tiba-tiba berubah, senyumnya menghilang. Membayangkan dia tidak akan pernah melihat gadi itu lagi membuat hatinya kembali terasa berat dan hampa. Dia tidak ingin itu terjadi. Alesha yang melihat perubahan di wajah Geoege merasa takut, dia hanya bisa menelan ludah.

" Ada syarat yang harus kau penuhi untuk menebus kebaikanku, kalau tidak akan kupastikan hidupmu tidak akan tentram. Kau sudah mengusik kedamaianku dan kau harus bertanggung jawab untuk itu." ucapnya sambil menatap tajam Alesha. Kemudian dia melepaskan dekapannya dan berjalan menuju sofa lalu duduk sambil menyilangkan kakinya.

Sementa itu Alesha hanya terdiam mematung, tidak tau harus berbuat apa. Melihat perubahan sikap George membuatnya hanya bisa menggigit bibirnya, dia merasa sangat khawatir tentang apa yang akan diperbuat pria itu kepadanya.

" Ap..apa syaratnya?" dia kemudian memberanikan diri bertanya.

Bibir George menyungging senyum misterius. Alesha menjadi semakin khawatir.

" You are going to be my slave"

Mata bulat Alesha sontak terbelalak, wajah manisnya seketika itu berubah kelam, tidak ada lagi Alesha yang polos dan manis. Giginya menggertak menahan emosi yang tiba-tiba meledak.

" I will never.. ever.. do that..!! jawabnya geram.

George yang sudah tau akan mendapatkan respon seperti itu hanya tersenyum lebar.

" Kamu tidak dalam posisi bisa memilih mau atau tidak, tetapi hanya bisa menerima dengan kalimat ' Yes, as you wish your highness'!" ucapnya seraya melangkah kearah Alesha.

Mendengar itu Alesha semakin meradang.

" In your dream...!!" balasnya sambil melangkah kearah pintu. Tapi pada saat tangannya hendak meraih gagang pintu, tiba-tiba dirasakan tubuhnya terangkat dan dihempaskan kembali ke atas kasur dan belum sempat dia betul-betul menyadari apa yang terjadi, tubuh George sudah berada diatasnya. Mencengkram kedua tangannya dan memposisikannya diatas kepalanya. Matanya yang tajam menatap dalam wajah Alesha.

" Sudah kubilang, kalau kau tidak akan kemana- mana dan posisi ini tidak akan berubah sampai kau menyetujui persyaratanku".

"Apa yang kau lakukan, lepaskan aku." Alesha berusaha melepaskan tubuhnya dari himpitan George namun tidak berhasil.

" Say it" ucap George sambil mempererat dekapannya, wajahnya bahkan mulai bergerak kearah wajah Alesha yang mulai pucat.

" Never, I will never be" jawab gadis itu keras kepala.

" Say it or I will kiss you". Ancamnya, wajahnya bahkan semakin mendekat. Sebenarnya dia juga tidak ingin memaksa gadis itu, akan tetapi karena dia keras kepala maka George tidak ada pilihan. Selain itu pesona Alesha yang bagai magnet menarik hatinya dan ingin selalu berada didekat gadis itu.

Alesha terlihat semakin ketakutan bercampur marah seumur umur dia tidak pernah sedekat itu dengan pria manapun tapi anehnya tubuhnya malah menikmati itu, jantungnya mulai berdetak tak beraturan. Dia menjadi sangat gugup. Dan ketika bibir George dilihatnya semakin mendekat maka dia tidak punya pilihan lagi.

" Yes, yes a.. as you wish your highness" ucapnya sambil memejamkan matanya. Dia sudah tidak sanggup lagi melihat ekspresi kemenangan diwajah pangeran 'jerk' itu.

Mendengar itu, George serta merta melepaskan cengkramannya dan bangkit dari tubuh Alesha. Sementara gadis itu hanya diam membeku ditempatnya.

" Good, sekarang tanda tangani ini dan bersiaplah, karena hari ini adalah hari pertamamu melayaniku." ucapnya dengan enteng seraya menyerahkan map yang berisi surat kontrak.


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C11
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen