App herunterladen
7.5% HOT PAPA / Chapter 3: Jangan Ungkit Masa Lalu

Kapitel 3: Jangan Ungkit Masa Lalu

Ibu mana yang tega membiarkan anak-anaknya tidak mendapatkan kasih sayang darinya, mau sudah sebesar apapun itu anak tetap saja berhak mendapatkan kasih sayang yang melimpah, karena itu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memberikannya.

"Pa, aku kangen dengan mamiku ayo kita pulang ke Indonesia. Kita sudah 3 tahun tidak pulang sama sekali, ayo kita pulang?" bujuk Mariana pada suaminya.

"Tidak bisa, aku masih banyak pekerjaan," tolak Haris.

"Ah kamu selalu saja seperti itu? Banyak sekali alasan, aku ingin pulang, aku tidak betah berada di sini. Ini bukan tempat tinggal yang aku inginkan, aku ingin berada di antara keluargaku. Aku kesepian di sini setiap kali kamu tinggal kerja, aku sendirian di rumah kamu tidak tahu kan bagaimana bosannya aku? Kalau aku di Indonesia banyak anak-anak yang menemani aku, ada mami yang harus aku rawat juga selagi beliau masih hidup. Aku tidak ingin menyesal di kemudian hari, karena tidak merawat mamiku di usianya yang sudah tua." Mariana mengutarakan segala uneg-unegnya.

"Lantas mau kamu apa? Kalau kamu ingin pulang tanpa aku, tidak akan pernah aku mengizinkannya sampai kapanpun. Kamu ingin bertemu lagi dengan laki-laki itu, kan?" tuduh Haris membuat Mariana segera menggelengkan kepalanya.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu? Aku bahkan tidak pernah punya niatan untuk bertemu dengannya kembali, aku sendiri tidak tahu dia ada di mana sekarang. Bukankah kita sepakat untuk tidak membahas hal itu lagi, kenapa kamu selalu saja mengungkitnya ketika kita sedang berdebat? Aku capek, kamu selalu menyudutkanku dalam hal apapun itu, kesalahan yang aku lakukan di masa lalu juga tidak terlepas dari kesalahan kamu yang mengabaikan aku," kesal Mariana.

"Berani sekali kamu malah menyalahkan aku? Kamu yang berkhianat, kamu yang selingkuh, kenapa kamu nyalahin aku? Dasar tidak tahu diri, selama ini aku sudah bekerja keras buat keluarga kita tapi kamu malah enak-enakan di luar sama laki-laki lain. Bahkan bisa sampai menghasilkan seorang bayi, dari hasil perbuatanmu yang kotor itu. Kalau bukan karena aku mencintai kamu, tidak sudi aku mempertahankan hubungan ini," geramnya.

"Terserah kamu, aku tidak peduli. Mau kamu mempertahankan hubungan kita atau tidak, aku tidak perduli. Aku bisa hidup bersama anak-anak, walaupun itu tanpa kamu. Setidaknya aku tidak akan selalu tertekan, aku bisa bebas ke mana saja yang aku mau tanpa meminta izin pada siapapun itu. Semuanya terserah kamu!" Mariana yang terlanjur emosi memilih untuk bersembunyi di dalam kamar dan mengunci pintunya.

"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskan kamu, aku tidak akan membiarkan laki-laki itu mendekati kamu lagi. Kamu adalah milik aku dan selamanya akan tetap begitu. Jangan harap aku akan membiarkan kamu bebas di luar sana," teriak Haris sembari mengontrol emosinya.

Selalu saja mereka bertengkar setiap kali membahas tentang pulang ke Indonesia, Haris tidak pernah mau lagi datang ke Indonesia, walaupun keluarganya ada di sana.

"Maafkan aku, tapi aku melakukan semua itu karena aku benar-benar mencintaimu. Maafkan cintaku terlalu besar buat kamu, sampai aku tidak berpikir kalau yang aku lakukan menyakiti kamu," gumam Haris sembari memijat pelipisnya.

"Ah shit, selalu saja seperti ini." Haris memilih untuk menenangkan diri di kantor saja, kalau di rumah bawaannya emosi terus apalagi setiap kali melihat istrinya merengek ingin pulang ke Indonesia.

Di dalam sebuah kamar yang mewah dan megah, seorang wanita menangis terisak-isak memikirkan rumah tangganya yang diwarnai sering sekali pertengkaran di dalamnya.

"Aku sudah tidak kuat, aku ingin pulang, aku tidak betah berada di sini, aku rindu anak-anakku, aku rindu keluargaku." Mariana mengacak-acak rambutnya karena frustasi.

"Tapi kalau aku minta cerai, aku yakin dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tapi kalau selalu seperti ini aku yakin tidak akan pernah ada habisnya, setiap kali kita bertengkar hanya membuat luka semakin bertambah rasa sakitnya," ujar Mariana yang sudah kehabisan tenaga untuk menangis, saking seringnya ia menangis setiap kali bertengkar dengan sang suami.

"Mami, bagaimana kabarnya sekarang? aku kangen dengan Logan dan Andi, aku bahkan tidak mengetahui bagaimana perkembangan anak bungsuku. Sekalipun mereka tidak pernah mengirimkan foto, bagaimana rupa Andi saat ini. Sudah 3 tahun berlalu Andi pasti sudah pandai berjalan dan berbicara, aku benar-benar ingin memeluk mereka. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya bisa keluar dari rumah ini?" Mariana benar-benar bingung dan otaknya juga sudah buntu, karena suaminya tidak akan semudah itu membiarkannya pergi dari rumah ini, walaupun dengan jarak yang dekat.

Haris memang sengaja menetap di luar negeri, memberikan rumah yang mewah untuk tinggal bersama istrinya. Lengkap dengan banyak bodyguard yang berjaga di sekitar rumah, untuk memastikan istrinya tidak kabur dan pergi meninggalkannya. Yang membuatnya semakin muak adalah ketika harus melihat wajah dari seorang balita, yang lahir dari rahim istrinya namun bukan dari darah dagingnya.

"Rasanya kalau melihat anak itu, ingin sekali aku membunuhnya. Anak itu mengingatkanku dengan kejadian di mana Mariana menghianatiku dan pergi bersama laki-laki lain. Biarkan saja anak itu tidak mendapatkan kasih sayang dari istriku, itulah hukuman yang pantas dia dapatkan karena lahir dari hubungan terlarang," ujarnya dengan tersenyum smirk.

Bagi Haris ia hanya mempunyai satu anak laki-laki saja yaitu Logan, kalau ada anak laki-laki lain di rumahnya itu bukan anaknya. Ia benci saat semua orang menyukai saat anak itu lahir, bahkan sampai sekarang Haris tidak pernah ingin tahu siapa nama anak laki-laki itu. Anak itu lahir hasil dari hubungan terlarang istrinya bersama dengan laki-laki lain, kalau saja ia mengetahui siapa laki-laki yang sudah menjadi orang ketiga di dalam rumah tangganya, sudah dipastikan laki-laki brengsek itu akan mati di tangannya Haris.

Logan saat ini tengah mengajari adik kesayangannya bermain mobil-mobilan di halaman belakang, ia memang sengaja tidak berangkat ke kantor karena itu permintaannya Andi. Anak kecil itu merengek tidak ingin ditinggal bekerja, walaupun di rumah ada oma yang menjaga dan ada babysitter juga. Tapi Andi memang lebih lengket padanya, karena Logan adalah satu-satunya teman bermain dan satu-satunya yang mau menuruti segala keinginannya.

"Papa, ayo kita main ke pantai," pinta Andi sembari berkelindan di lehernya logan.

"Pantai? Tumben sekali kamu ngajakin ke pantai?" heran Logan.

"Aku ingin main pasir di sana, kapan kita ke pantai?" pinta Andi membuat Logan terkekeh, apapun permintaan adik kesayangannya selalu dikabulkannya selagi itu masih masuk akal.

"Memangnya kapan kamu pengen ke pantai?" tanya Logan.

"Emm besok, kita ke pantai besok," ujar Andi dengan antusiasnya.

"Ya sudah kalau begitu, tapi kamu ajak oma juga. Tidak mungkin kita tinggalkan oma di rumah sendirian, kasihan nanti kalau ada apa-apa oma tidak ada yang menemani," nasihat Logan.

"Baiklah, aku akan mengajak, Oma. Yeyyy, kita ke pantaiiiiii yuhuuuuu." Saking gembiranya mau jalan-jalan ke pantai, Andi sampai melupakan mobil-mobilan kesayangannya.

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE

DAN COMENT GAESS, TERIMAKASIH.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen