"Kenapa kamu masih belum dandan, juga? Aku sudah menunggu kamu dari tadi, kenapa kamu masih belum bersiap-siap? Apa yang kamu lakukan dari tadi, ha? Bisanya cuma buat aku emosi saja, buruan sana kamu dandan tunggu di mobil. Kalau sampai dalam waktu satu jam kamu belum juga turun, kamu tahu sendiri apa yang bisa aku lakukan untuk membuat kamu menuruti keinginanku," ancam Haris kepada istrinya yang makin lama makin ngelunjak saja.
Mariana memang tidak mau diajakin pergi ke acara pernikahan kolega dari suaminya, selain karena dirinya tidak mengenal orang-orang tersebut, Mariana tidak tahu apa yang harus dilakukannya nanti kalau seandainya suaminya sibuk dengan teman-temannya di sana.
"Hufft, kenapa sih lama-lama dia seperti diktator?" kesal Mariana sembari menggerutu memilih dan memilah pakaian yang cocok untuk dikenakan ke acara pernikahan.
Tentunya mereka tidak hanya pergi berdua saja, ada beberapa bodyguard yang ikut menemani mereka. Mariana bahkan sampai risih, ke mana-mana harus di intili sama orang bodyguard.
"Entah sampai kapan aku berada di tempat ini? Kenapa setiap kali aku mencoba untuk kabur selalu saja tidak bisa? Suamiku sendiri sudah tidak menghargai aku sebagai istrinya, bahkan perkataannya setiap hari selalu menyakiti hatiku. Aku benar-benar bingung, aku ingin sekali bercerai darinya tapi aku tahu, dia bukan tipe laki-laki yang membiarkannya begitu saja. Terus aku harus bagaimana sekarang?" keluh Mariana sembari menatap langit-langit di kamarnya dan berdoa kepada yang di atas, agar dipertemukan dengan malaikat penolong yang akan membawanya bebas dari rumah ini.
Sepanjang perjalanan menuju ke lokasi acara tidak ada satupun dari mereka berdua yang bersuara, Haris sibuk dengan ponselnya sedangkan sang istri sibuk menatap pemandangan di luar.
"Nanti begitu sampai di sana kamu jangan jauh-jauh dariku, kamu tau kan apa yang bisa aku lakukan kalau kamu sampai menghilang tiba-tiba?" ancam Haris namun tak dihiraukan oleh sang istri.
"Emangnya aku mau pergi ke mana? Bukankah kamu selalu menyuruh agar aku ada di samping kamu? Palingan juga nanti kamu yang pergi sama orang lain," cibir Mariana membuat Haris menolehkan kepalanya.
"Maksudnya? Tolong katakan lebih jelas?" pinta Haris.
"Tidak ada." Mariana lebih menikmati pemandangan dari kaca mobil daripada berdebat dengan suaminya.
Setengah jam kemudian mereka sudah sampai di gedung acara, terlihat banyak sekali mobil-mobil mewah yang berjajar di sana. Pernikahan tersebut diselenggarakan begitu mewah, karena yang menikah adalah putri satu-satunya dari salah satu konglomerat di negara tersebut.
"Apa kamu akan terus berdiam diri di dalam mobil? Kamu tidak ada niatan untuk turun? Apa aku harus membukakan pintu agar kamu turun dari mobil?" kesal Haris karena Istrinya selalu saja membuang-buang waktunya.
"Kenapa tidak kamu saja masuk sendirian ke dalam? Aku benar-benar malas menghadiri acara kayak, gitu?" keluh Mariana membuat Haris menghembuskan nafas beratnya.
"Aku hitung sampai tiga kalau kamu tidak turun juga dari mobil, kamu lihat saja apa yang bisa aku lakukan nanti kalau sudah di rumah," geram Haris seketika ketika membuat Mariana langsung turun dari mobil.
Dengan terpaksa menggandeng lengan suaminya kemudian berjalan di atas red carpet, sama seperti tamu-tamu yang lainnya yang datang bersama pasangan masing-masing.
Begitu sudah sampai di dalam gedung, seperti yang sudah diperkirakan oleh Mariana bahwa sang suami pasti akan sibuk dengan teman-temannya. Terbukti setelah mereka bersalaman dengan pengantin, Haris memilih untuk mengobrol bersama dengan koleganya dan membiarkannya berdiri sendiri di belakangnya.
"Harusnya aku di rumah aja, kalau tahu kayak gini jadinya," kesal Mariana karena tak ada yang dikenalinya satupun di dalam gedung tersebut.
Mariana memilih meninggalkan suaminya dan pergi ke tempat minuman, dirinya benar-benar haus karena tidak ditawarkan minuman oleh suaminya. Biarkan saja laki-laki itu mencarinya ke sana ke mari, toh dari tadi juga tidak diperdulikan keberadaannya.
"Ah segarnya, ngomong-ngomong ini minuman apa, ya?" heran Mariana setelah mencicipi minuman yang masing-masing dilidahnya.
Namun saking hausnya Mariana tak memperdulikan jenis minuman apa yang dikonsumsinya, setelah habis satu gelas minuman mendadak kepalanya menjadi pusing dan semuanya terasa berputar-putar.
Mariana mencari tempat yang agak sepi supaya kepalanya tidak tambah pusing, apalagi dengan kerasnya musik yang ada di gedung tersebut. Menurutnya acara yang dihadirinya bukan seperti pernikahan pada umumnya, lebih kepada pestanya orang-orang kaya.
"Aduhh kenapa kepalaku pusing sekali? Padahal tadi berangkat perasaan biasa-biasa aja," rintih Mariana kemudian duduk di atas balkon di mana tempat tersebut sangat sepi.
"Gimana caranya aku bisa nyari Haris kalau kayak, gini? Buat jalan saja kepalaku sangat pusing," keluh Mariana kemudian mengambil ponsel di dalam dompetnya.
Baru saja hendak menghubungi sang suami, namun ketika melihat layar handphone semakin membuat kepalanya tambah pusing. Secara tidak sengaja Mariana menjatuhkan ponsel tersebut, hingga layarnya retak dan ponselnya mati.
"Aku tidur sebentar aja kali, ya? Mungkin nanti setelah bangun kepalaku sudah membaik," ujar Mariana kemudian merebahkan tubuhnya di salah satu sofa yang tersedia di sana.
Hawa dingin yang masuk ke dalam tubuhnya benar-benar dirasakannya, padahal dirinya mengenakan dress dengan lengan yang pendek, tapi Mariana tidak merasa kedinginan sedikitpun tidak mengenakan selimut.
Haris baru sadar bahwa istrinya tidak ada di sekitarnya, salahnya memang yang terlalu asyik mengobrol dengan temannya hingga tak menyadari istrinya sudah menghilang.
"Ke mana itu perempuan perginya? Berani sekali dia pergi jauh-jauh? Padahal sudah kubilang untuk tidak jauh-jauh dariku?" kesal Haris sambil celingak-celinguk mencari ke sana kemari keberadaan istrinya
Entah bagaimana dirinya bisa menemukan istrinya, di tengah-tengah lautan manusia yang menghadiri acara tersebut. Haris segera memanggil bodyguard yang berjaga di depan, untuk membantu mencari istrinya yang hilang di dalam gedung.
"Apa kalian tidak melihat Mariana keluar dari gedung?" tanya Haris kepada beberapa bodyguard.
"Kamu dari tadi berjaga di depan dan tidak melihat nyonya Mariana keluar dari gedung sama sekali," jawabnya.
"Ya sudah kalian berdua ikut aku ke dalam dan mencarinya di dalam, sedangkan yang satu lagi tetap berjaga di depan dan awasi kalau istriku sudah kelihatan," suruh Haris.
Beberapa bodyguard yang diperintahkan Haris untuk mencari istrinya, sampai kewalahan dalam pencariannya. Sudah satu jam lebih mereka mencari, namun tidak ditemukan batang hidung dari tersangka yang mereka cari.
"Kenapa gedung ini luas sekali, sih? Kita jadi susah mencari, Nyonya Mariana?" kesal salah satu bodyguard.
Karena mereka tidak berhasil menemukan si tersangka, mereka kembali kepada bos besar dan melaporkannya.
"Kami sudah mencari ke seluruh penjuru di gedung ini, tapi tak kami temukan sama sekali keberadaannya nyonya Marina," lapor sang bodyguard.
"Bisa-bisanya kalian tidak menemukannya sama sekali? Bukankah kalian bilang tidak melihatnya keluar dari gedung ini?" kesal Haris.
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMENNYA YAKK, TERIMAKASIH