App herunterladen
90% HOT PAPA / Chapter 36: Deketin Anaknya dulu ah

Kapitel 36: Deketin Anaknya dulu ah

Rachel menaruh curiga karena sudah cukup lama ia tidak melihat istrinya Logan, bahkan wanita itu juga tidak terlihat sama sekali di rumahnya laki-laki yang disukai. Rachel berpikir apa istrinya Logan sedang kerja di luar kota makanya tidak terlihat sama sekali, Logan juga sama sekali tidak membahas soal istrinya di depannya.

Hal seperti saat ini Rachel yang sudah selesai syuting iklan menyempatkan waktu untuk sedang bermain dengan anaknya Logan, anak laki-laki yang sama tampannya dengan bapaknya, hari ini ikut ke kantor dan bermain di sana.

"Tante Rachel, kerja di sini juga?" tanya Andi yang saat ini sedang berada di ruangan yang khusus untuk bermain anak-anak.

"Iya sayang, Tante yang menjadi bintang iklan di perusahaan papa kamu ini. Tante, yang akan mempromosikan produk keluaran dari perusahaan papa kamu ini," jawab Rachel membuat si anak kecil tersebut menganggukkan kepalanya.

"Tante? Kenapa suka sekali difoto?" tanya si kecil membuat Rachel terkekeh.

"Karena memang itu sudah menjadi bagian kerjaannya tante, setiap hari selalu berurusan dengan kamera dan juga banyak orang di sekeliling tante," ujar Rachel dengan telaten menjawab setiap pertanyaan dari si anak kecil, yang lagi aktif-aktifnya mencari tahu banyak hal.

"Oh begitu, berarti kalau tante kerja sama papa itu artinya tante juga dibayar, ya?" tanya si kecil.

"Ya pastinya dibayar dong, sayang. Memangnya kenapa atau kamu mau tante belikan sesuatu? Kamu mau beli apa? Kamu mau es krim atau mau jajan apa? Ayo biar tante belikan, mumpung tante sudah tidak ada pekerjaan lagi hari ini," ajak Rachel membuat Andi berpikir sejenak.

"Tapi apa tidak papa kalau aku pergi sama, Tante? Takutnya nanti papa nyariin?" ucap Andi yang tidak mau membuat papanya khawatir.

"Papa, kamu tidak akan marah sayang kalau kamu pergi sama tante, nanti kita video call papa kamu kalau kita sudah sampai di tempat. Lagian papa kamu lagi ada tamu di ruangannya pasti itu akan lama," bujuk Rachel membuat Andi mengangguk menyetujuinya.

Rachel membawa si kecil ke salah satu supermarket yang ada di depan kantor tersebut, yang mengatakan kepada Andi bahwa bebas memilih apapun makanan yang disukainya.

"Apa tidak apa-apa kalau aku beli banyak es krim? Apa itu tidak merepotkan tante sama sekali? Nanti uang hasil kerja tante habis buat beliin aku jajan dong?" tanya si kecil sembari membuka lemari pendingin, di mana di dalamnya ada banyak sekali aneka es krim.

"Ah kalau hanya untuk membelikan kamu jajan saja uang tante tidak akan habis, bahkan kamu mau minta semua yang ada di supermarket ini uang tante masih akan tetap banyak, jadi kamu jangan khawatir sayang," ujar Rachel membuat si kecil berjingkrak kegirangan.

Mengambil keranjang belanjaan terlebih dahulu, kemudian memasukkan beberapa pilihan es krim yang diinginkannya. Rachel yang melihat si bocil begitu antusias beli jajanan, membuatnya tersenyum dan mengingat bahwa dirinya dulu semasa kecil juga demikian.

"Tante? Kalau aku beli minuman itu boleh atau enggak?" pinta Andi menunjuk salah satu minuman yang berwarna hijau.

"Sebaiknya kamu jangan terlalu sering mengkonsumsi minuman seperti itu sayang, selain banyak pewarna yang bisa merusak kesehatan kita, minuman kayak gitu bisa buat kamu ketagihan," nasihat Rachel membuat Andi memanyunkan bibirnya.

"Hufft, yaudah deh kalau enggak boleh, aku beli es krim ini saja," ucap si kecil kemudian membawa keranjang belanjaan tersebut ke kasir.

Rachel hanya bertugas untuk membayarnya saja setelahnya, ia mampir sebentar ke salah satu cafe terdekat untuk membeli es kopi. Cuacanya yang begitu terik membuatnya ingin minum es, tapi tidak berminat untuk minum-minuman yang manis-manis seperti yang ditunjuk Andi sewaktu di supermarket.

"Tante? Katanya mau video call, Papa?" Andi mengingatkan Rachel yang sangat lupa dengan janjinya sendiri.

"Ini sayang, kamu video call papa kamu sambil duduk di meja sana. Tante, mau pesan minuman dulu," ujar Rachel setelah memberikan ponselnya kepada Andi.

"My Logan"

Berdering...

"Halo, Papa?"

"Andi? Kamu lagi ada di mana, sayang? Papa, nyariin kamu dari tadi di ruang mainan, tapi kamunya tidak ada? Kamu lagi ada di mana sekarang?"

"Hehe aku habis beli es krim ditemani sama tante Rachel dan tante Rachel sekarang lagi beli es kopi, ini aku lagi duduk di cafe nungguin tante Rachel selesai membeli es kopi. Papa, tidak perlu khawatir papa fokus bekerja saja, aku setelah ini juga balik lagi ke kantor kok."

"Ish kenapa tadi tidak bilang dulu sama papa kalau mau pergi keluar? Tunggu, tadi kamu bilang kamu lagi beli es krim memangnya kamu bawa uang?"

"Hehe aku tidak bawa uang, tadi tante Rachel sendiri yang ngajakin aku buat beli es krim jadi semuanya dibayarin sama, Tante Rachel."

"Lain kali jangan seperti itu sayang papa khawatir kamu kenapa-kenapa, kalau mau pergi ke mana-mana itu harus izin dulu sama papa. Ya sudah kalau begitu kalau sudah selesai di luar langsung balik lagi ke kantor, kebetulan tamunya papa juga sudah pulang. Kamu jangan nakal di luar sana dan jangan ngerepotin tante Rachel lebih banyak lagi."

"Siap, Pa."

Andi mematikan sambungan teleponnya, kemudian memberikan kembali ponsel tersebut kepada pemiliknya.

"Sudah teleponnya?" tanya Rachel sembari membawa segelas es kopi di tangannya.

"Sudah, ayo kita kembali lagi ke kantor tadi papa udah nyariin," ajak si kecil yang diangguki oleh Rachel.

Menggandeng tangan si kecil agar tidak jauh-jauh darinya, kemudian mereka berjalan memasuki kantor kembali. Saat mereka hendak memasuki lift, tidak sengaja berpapasan dengan asistennya.

"Darimana kamu?" tanya Rachel kepada asistennya.

"Aku habis beli makan buat aku sama si tukang make up, kebetulan kita sama-sama lapar," ujarnya.

"Bukannya tadi sudah disiapkan makanan sama pihak dari kantor, ya?" heran Rachel.

"Sudah sih, tapi makanan yang kita beli ini beda, jadi kedai yang jual makanan ini baru saja opening dan lagi ngadain promo makanya kita beli," ujarnya membuat Rachel geleng-geleng kepala.

"Ngomong-ngomong anak siapa yang sedang kamu gandeng itu?" tanyanya melihat ke arah Andi.

"Dia anaknya si boss yang punya kantor ini," ujarnya membuat sang asisten mengangguk paham.

"Tapi kamu kelihatan udah cocok banget gandeng anak kayak gitu, kayaknya kamu emang udah pantas buat nikah deh," pujinya membuat Rachel terkekeh.

"Mau nikah sama siapa coba? Pacar aja enggak punya," ujar Rachel.

"Sama, Tian," celetuknya.

"Ogah banget, mau sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan laki-laki itu. Mendingan aku menikah sama Logan daripada menikah dengan laki-laki itu," ujarnya membuat Andi yang mendengarnya mengerutkan keningnya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C36
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen