Tubuh Zero hampir terjatuh, buru-buru Kinan memeganginya. Fisiknya mungkin sangat lelah. Kinan pun membawanya bersandar di sudut yang mungkin takkan terlihat.
"Kamu nggak apa-apa?"
Kinan berbisik.
Zero belum menjawab, ia terdengar masih mengatur nafas, lalu sesekali mendesis.
"Apa yang sakit, Zer?" bisik Kinan lagi.
"Tidak ada. Kamu baik-baik saja kan, Nan?"
Zero pun juga berbisik.
"Gimana kita bisa keluar dari sini, Zer?"
Kinan merangkul Zero. Ia sangat ketakutan.
"Saya mau, kamu saja yang pergi dari sini."
"Lalu kamu gimana?" tanya Kinan tampak enggan.
"Saya akan di sini menyelesaikan semua hingga benar-benar selesai."
Zero mengecup kening Kinan.
"Nggak, Zer. Aku mau kita pergi sama-sama."
"Tidak bisa, Nan. Kamu harus keluar, dan melanjutkan hidup."
"AKu nggak mau hidup tanpa kamu."
"Sayang, dengarkan saya. Kamu percaya jodoh kan? Kalau Tuhan menakdirkan kita bersama, saya akan segera kembali menemuimu.���
Lumayanlah ya.. hehehhe