Kinan menatap Farah tetap dengan sorot aksa yang tajam. Ia ingin sekali rasanya menyayat wanita di hadapannya, hingga si jahat itu pun merasakan sebagian rasa sakit yang telah ditorehnya di hati Kinan. Apalagi dengan kedatangannya saat ini, seolah ingin memerlihatkan bahwa kehidupan Kinan sungguh tragis, berbeda jauh dengan hidupnya yang tetap aman dan damai, meski telah melakukan kejahatan terbesar, yang membuat hidup Kinan menjadi merana hingga saat ini.
"Berhenti menganggap diri anda itu Mama saya!"
Sergah Kinan jengkel.
"Oh, kenapa? Saya yang sudah membesarkanmu bukan. Nggak tau terima kasih sekali kamu sebagai anak!"
Kinan menghela nafas, ia sudah sangat muak melanjutkan pembicaraan yang tak ada ujungnya ini.
"Jika nggak ada yang mau dikatakan, saya akan kembali ke dalam!"
Kinan perlahan bangkit, ia terlihat meringis.
"Kenapa terburu-buru, duduk saja dulu. Aku akan menceritakan sepenggal kisah masa kecilmu, Kinan!"