App herunterladen
7.37% Gairah Cinta Sang Biduan. / Chapter 16: Sang penganggu

Kapitel 16: Sang penganggu

Alfredo memeluk tubuh Karenina posesif. Setelah mereka sampai di rumah Alfredo langsung membawa Karenina masuk ke dalam kamar dan mengajaknya tidur setelah mereka membersihkan tubuh mereka terlebih dahulu.

Sayup-sayup suara terdengar ketukan di pintu, membuat Karenina perlahan membuka matanya, namun dekapan kuat dari Alfredo membuatnya sulit untuk bergerak.

"Al." panggil Karenina pelan dalam dekapan Alfredo.

"Hm."

"Ada seseorang yang datang, aku harus membukakan pintu." Perlahan Alfredo mengurai pelukannya, namun saat Karenina telah duduk dan sedang merapikan baju tidurnya, Alfredo kembali menari tangan Karenina sehingga gadis itu kembali masuk dalam dekapan Alfredo.

"Al. Aku harus buka pintu." Ucap Karenina sepelan mungkin. Lalu Alfredo kian menarik tubuh Karenina, dan

CUP

Satu kecupan di ujung bibir Karenina, membuat Karenina terbengong mendapat perlakuan tersebut dari Alfredo. "Bukalah, lalu segera beri tahu aku siapa yang telah menganggu acara tidur ku bersama bidadariku ini." Ucap Alfredo lalu melepaskan Karenina.

Karenina bingung dengan apa yang Ia rasakan kali ini, Ia hanya mampu menatap wajah tampan Alfredo yang kini kembali memejamkan matanya.

Suara ketukan di pintu membuyarkan konsentrasi Karenina yang sedang menatap lekat laki-laki calon suaminya itu, dan buru-buru Ia mengambil ikat rambut di atas nakas, lalu keluar dari kamar seraya mengikat rambut panjangnya tinggi-tinggi.

Karenina mengintip tamunya melalui jendela yang tertutup gorden putih, terlihat Rudi, asisten Alfredo yang datang berkunjung ke rumahnya. Buru-buru Kerenina membukakan pintu untuk Rudi karena Ia yakin ada sesuatu yang penting yang ingin Ia sampaikan.

"Hai Karenina." Sapa Rudi setelah Karenina membukakan pintu untuknya.

"Hai, masuklah." Ujar Karenina lalu menutup pintu rumahnya kembali dan menyuruh Rudi untuk duduk.

"Kamu ingin bertemu dengan Alfredo?" Tanya Karenina setelah Rudi duduk di sofa ruang tamu.

"Iya, aku tahu dia menginap disini."

"Semalaman dia di club menemaniku bekerja."

"Apa?! Di club? Semalaman kalian di club?"

"Iya? Kenapa memangnya? Itu memang pekerjaanku, apa ada yang salah?" Tanya Karenina pada Rudi.

"Ti_ tidak ada." Ucap Rudi sambil mengaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Baiklah, bersantailah dulu, aku akan membangunkan Alfredo, mungkin agak lama kamu tahu sendiri jika Ia sulit dibangunkan." Ujar Karenina lalu meninggalkan Rudi di ruang tamu dan beraih menuju ke kamarnya.

Karenina kembali menatap wajah Alfredo yang masih setia dengan mimpi-mimpinya, lalu perlahan dia mengusap lengan Alfredo.

"Al, bangun. Ada Rudi di ruang tamu." Kata Karenina sambil duduk di bibir ranjang.

"Al." Kembali Karenina memanggil Alfredo sambil menguncangkan bahunya sedikit keras. Perlahan Alfredo membuka matanya, lalu tersenyum kala melihat wajah Karen ada di hadapannya.

Tangan Alfredo kembali memeluk pingang Karenina posesif. "Al, bangun. Ada Rudi di ruang tamu."

"Mau apa Rudi pagi-pagi ke sini?" Gumam Alfredo yang kini justru melingkarkan kedua tangannya dipingang Karenina dan merebahkan kepalanya di pangkuan wanita yang sangat Ia cintai tersebut.

"Al, geli…Ahh." Ucap Karenina saat bibir Alfredo mengusak-usak perut ratanya, lalu berkali-kali mencium perut Karenina yang tertutup baju tidur.

"Karen."

"hm."

"Kamu mau hamil anakku kan?" Tanya Alfredo yang membuat Karenina bingung mesti menjawab apa.

"temui Rudi dulu baru aku jawab."

"Ga mau, jawab dulu, baru aku temui Rudi." Kata Alfredo lalu menyusupkan kepalanya ke dalam baju tidur Karenina, sehingga bibirnya dapat merasakan kelembutan kulit perut Karenina, lalu kembali menciumi perut rata itu yang membuat Karenina harus mencubit bahu Alfredo sebagai balasan perbuatannya. Namun Alfredo sedikitpun tak bergeming.

"Al…udah."

"Jawab dulu, baru aku berhenti."

Karenina menarik nafas panjang, lalu memutar kedua bola matanya, malas. "Iya…iya… aku mau hamil anakmu, mau berapa? Lima? Sepuluh atau selusin sekalian?" Ujar Karenina kesal.

Alfredo terkekeh, lalu mencium perut Karenina dan membuat satu tanda merah disana. "Serius? Sepuluh? Atau selusin?" Kata Alfredo dengan senyum bahagia.

"Terserah kamu lah."

"Iyesss! Muah." Alfredo mengecup pipi Karenina lalu beranjak dari pangkuanya, dengan hanya memakai celana training panjang tanpa baju Alfredo menemui Rudi di ruang tamu.

Rudi yang melihat keadaan sahabat sekaligus bosnya hanya mampu ternganga hampir tak percaya melihat Alfredo dengan wajah khas orang bangun tidur, lalu duduk di sofa tepat di hadapan Rudi.

"Apa yang kamu lakaukan sama Karenina? Kamu tidur dengannya?" Tanya Rudi pada Alfredo yang hanya menatapnya datar.

"Pesawat sudah kamu siapkan? Surat-suratnya semua sudah lengkapkan?" Alih-alih menjawab pertanyaan Rudi, Alfredo malah berbalik bertanya pada Rudi yang masih menatapnya dengan dahi berkerut.

"Jawab dulu pertanyaanku." Kata Rudi tak mau kalah dengan bosnya.

"Ya, setiap malam aku memeluknya, seperti kali ini, dan kau yang menganggu acara pelukanku pagi ini." Jawab Alfredo dengan nada datar namun penuh tekanan.

Rudi terkekeh, lalu memberikan berkas-berkas yang tadi Ia bawa pada Alfredo. "Surat-suratnya semua sudah lengkap, pesawat juga sudah siap, dan satu lagi yang harus aku beri tahu padamu." Ucap Rudi lalu menyandarkan tubuh nya di sandaran sofa.

"Apa?" Tanya Alfredo sambil tangannya meraih berkas yang ditaruh Rudi di atas meja.

"Zarima datang ke kantor pagi-pagi menanyakan dirimu hendak pergi kemana?"

"Lalu kau memberitahu dia apa?"

"Aku jawab kau pergi ke luar negeri, untuk beberapa hari kedepan."

"Dia pasti akan melacak keberadaanku."

"Aku sudah mengaturnya, aku yang akan berangkat ke New Zealand, untuk meeting disana setelah acara akad nikahmu selesai. Dan kamu tak perlu mengaktifkan ponselmu selama beberapa hari ini, cukup menggunakan ponsel rahasia kita berdua saja." Ujar Rudi pada sahabatnya.

"Oke, terimakasih kamu selalu membantuku, apapun itu."

"Kau sahabatku, walau kau kadang menyebalkan." Ujar Rudi, lalu tak lama Karenina datang membawa dua cangkir kopi dan menaruhnya di atas meja.

"Diminum Rud." Ucap Karenina.

"Siapa yang suruh kamu buatkan kopi untuk dia?" Tanya Alfredo pada Karenina yang di tarik Alfredo hingga kini Ia duduk dipangkuannya.

"Apa tidak boleh? Dia datang kerumahku, berarti dia tamuku juga lho. Sepantasnya kan aku membuatkan dia minuman?"

"Untuk kali ini saja, besok jangan lagi." Tegur Alfredo dengan menatap Karenina tajam.

Rudi terkekeh, sudah biasa dengan sikap posesif sahabatnya ini. "Besok jangan Cuma minuman, tapi siapkan makanan juga, Karen." Ucap Rudi sengaja menggoda Alfredo lalu segera bangkit dari sofa dan berlari kea rah pintu sebelumsesuatu melayang dan mengenai dirinya.

Dan benar saja, sebuah majalah tiba-tiba melayang dan mendarat mengenai pintu yang baru saja tertutup dengan keras oleh Rudi yang tertawa terbahak. "janagn lupa, pesawatnya satu jam lagi!" Kata Rudi dari teras rumah Karenina.

Karenina ternganga tak percaya pada apa yang dia lihat, namun kemudian Ia tersenyum walau Ia menyembunyikan senyuman itu dengan menunduk.

"Kau juga mau mengodaku?"

Karenina mendongak lalu menatap Alfredo yang juga sedang menatapnya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C16
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen