App herunterladen
31.57% Funny Ghost / Chapter 6: Apartment 101

Kapitel 6: Apartment 101

Tjokro berhasil menelpon Michelle. Michelle terkejut karena mendapati Tjokro menelpon dirinya. Lalu Tjokro meminta Michelle untuk mengirimkan alamat rumahnya. Pembicaraan antara Tjokro dan Michelle melalui telpon berlangsung sepanjang perjalanan pulang ke Jakarta.

Melihat Tjokro yg semakin gencar mengejar Michelle, Gery jadi khawatir. Kemudian Gery mengingatkan Tjokro kembali untuk fokus pada rencana awal ia bangkit ke dunia yaitu untuk membalaskan dendamnya kepada keturunan Jendral Stephen Van De Rulls.

"Hayoo,, jangan lupa tujuan mbah buat bangkit lagi buat apa?", Gery menasihati Tjokro.

"Kalau itu sih nda bakal lupa lah ger,, Wong aku dikasih hidup cuma setahun", jawab Tjokro yang meyakinkan Gery.

"Yaa maksud aku mbah jangan terlalu banyak buang - buang waktu, takutnya nanti keburu habis waktu mbah tapi belum sempat ketemu keturunan Jendral Stephen", tegas Gery pada Tjokro.

"Iya kamu tenang aja Ger,, aku pasti manfaatin waktu ku".

"Okelah kalau gitu".

Sesampainya di rumah Gery, Teddy Wijaya telah menunggu di Rumah. Gery memarkirkan mobilnya di teras. Lalu mereka keluar dari mobil dan mengetuk pintu rumah. Hari itu nampak sudah gelap karena sudah jam 8 malam.

"Mbo Summ,, Mbo,, Geryy sama om Tjokro udah pulang nih mbo", sambil mengetuk - mengetuk pintu rumahnya.

Di ruang tamu, Teddy Wijaya sedang membaca koran dan ia mendengar suara Gery, ia menyuruh Mbo Sum membukakan pintu.

"Sum.. sum,, tolong bukain pintu, itu Gery sudah pulang".

"Baik tuan", Mbo Sum segera membukakan pintu.

Mbo Sum memberitahukan kepada Gery dan Tjokro, jika ayahnya Gery yaitu Teddy Wijaya sudah menunggu di dalam. Gery sempat khawatir jika nantinya Teddy akan curiga dengan hadirnya Tjokro. Tetapi Tjokro meyakinkan Gery bahwa semua akan baik - baik saja.

Mereka berdua menemui Teddy, "Pih ini om Tjokro". Ucap Gery kepada ayahnya. "Lho ini siapa ger?". Tanya Teddy. Tjokro langsung menghipnotis Teddy. Akhirnya Teddy pun berubah, ia seperti langsung mengenali Tjokro. Lalu ia memerintahkan Tjokro untuk memimpin perusahaan perkebunan di Bogor. Setelah melakukan perbincangan mengenai bisnis perkebunan itu, Teddy meminta Gery dan Tjokro untuk beristirahat. Mereka berdua masuk ke kamar masing - masing.

Tjokro terdiam dikamarnya, kemudian ia kembali hanyut dalam pikirannya dimana suara - suara seolah menunjukkan keberadaan keturunan Jendral Stephen. Ia juga melihat gadis ikal itu dalam meditasinya. "Aku harus mencarinya". Tjokro keluar rumah dengan terburu - buru, sementara itu Gery memergokinya. Gery kemudian mengikutinya.

"Waduh, mau kemana tuh si kakek2, ikutin ah,, ambil jaket dulu", kata Gery.

Gery membuka pintu rumahnya dan bergegas pergi, tetapi saat ia melihat keluar, Tjokro sudah menghilang.

"Waduhh kemana perginya tuh orang.. bodo ah cao".

Gery berjalan di trotoar dan terus mencari keberadaan Tjokro tapi tidak ketemu. Malam itu angin bertiup sangat kencang, Gery berusaha untuk bertanya pada beberapa arwah akan keberadaan Tjokro.

Hihihihiii... Suara kuntil anak..

"Permisi mba, mau nanya liat mbah Tjokro gak?", tanya Gery kepada kuntilanak.

"Ah,, tadi aku liat kaya nya kesana", jawab mba - mba kunti itu.

"Okeh tengkyu".

Kemudian Gery bertemu dengan persimpangan jalan. Ia kembali bertemu dengan hantu yang membawa gitar.

"Hei mbah,, apa kau liat mbah Tjokro?", tanya Gery pada hantu itu.

"Oh gusti patih?"

"Ya benar"

"Dia pergi ke arah apartemen 101", kata sang hantu yang memberitahu Gery.

"Apartemen 101? oh yasudah terimakasih".

Sementara itu Tjokro merasakan aura suara - suara yang menunjukan padanya bahwa keturunan Jendral Stephen tinggal di Apartemen 101. "Pasti disini". Namun pada saat Tjokro hendak masuk ke Lobby, ia bertemu dengan Michelle yang sedang membawa kantong belanjaan.

"Loh Tjokro? kamu ngapain disini?", tanya Michelle.

"Ah tidak,, gedung ini milik ku", jawab Tjokro

"Hah benar kah? temanku tinggal disini, di lantai 21", kata Michelle.

Lalu Tjokro menduga jika temannya Michelle adalah keturunan Jendral Stephen. Ia menawarkan diri untuk membawakan belanjaan Michelle. "Siapa nama temanmu itu?" tanya Tjokro. "Jenny". Jawab Michelle. Kamar temannya Michelle berada di lantai 21 tepat di nomor 215. Nomor itu sama persis seperti yang ada di dalam meditasinya.

"Nah ini kamar dia nomor 215", kata Michelle pada Tjokro.

Tjokro memencet bell, lalu temannya Michelle keluar.

"Ah,, Michelle, kau sudah datang", Jenny memeluk Michelle.

"Ia perkenalkan ini Tjokro", Michelle memperkenalkan Tjokro pada Jenny.

"Wah ini pacar mu? ganteng banget", tanya Jenny.

"Bukan, ini temanku", jawab Michelle.

"Sekarang masih jadi teman, tapi gak tau kalo besok", Canda Tjokro sambil senyum2 dan menggoda Michelle.

"Apaan sih kamu", Michelle tersipu malu dan mencubit Tjokro.

Melihat wajah Jenny yang seperti keturunan Asia Timur meyakinkan Tjokro bahwa bukan Jenny orangnya. Ia berpamitan pada Michelle dan Jenny, ia beralasan sedang ada urusan. Nampaknya Tjokro sangat kecewa karena misinya gagal lagi.

Sementara itu Tjokro bertemu dengan Gery di Lobby

"Loh Ger, kok kamu disini?"

"Iya tadi aku ngikutin mbah kesini", jawab Gery yang sedikit lemas dan keringetan.

"Loh kok tau aku kesini?", tanya Tjokro.

"Ya tanya sama hantu lah,, masa aku tanya sama manusia, mana tau", tegas Gery.

Gery menanyakan apakah Tjokro berhasil menemukan keturunan Jendral Stephen, lalu Tjokro yang lagi badmood itu langsung mengajak Gery pulang. Ia menggandeng tangan cucu angkatnya itu dan membawanya ke depan lift.

"Gak tau lagi deh pusing, hayu pulang aja", ajak Tjokro.

"Mau pulang kok naik lift?", tanya Gery bingung.

"Udah ikut aja".

Mereka berdua memasuki lift. Tjokro menekan tombol di lift. Kemudian lift tertutup. Gery pun merasa sedikit takut. Setelah Lift terbuka dan mereka langsung ada di depan pintu rumah Gery. Gery terkejut dan menengok kebelakang ternyata lift itu sudah hilang.

"Gilee,, beneran ini,, pelisss mbah pelisss tunjukin aku yang keren - keren kaya gini lagi,, aku kaya mimpi", sambil menepuk - nepuk pipinya.

"Kamu senang Ger? kapan - kapan ya kita main lagi, besok kan kamu sekolah", ucap Tjokro.

Tjokro dan Gery Masuk ke kamar masing - masing dan beristirahat. Keesokan harinya, Tjokro diajak ke Kantor dengan Teddy Wijaya. Tjokro diperkenalkan kepada karyawan sebagai Presiden Direktur yang baru dan akan menggantikannya.

"Selamat pagi bapak ibu sekalian. Hari ini saya datang untuk memperkenalkan kepada kalian yaitu Tjokro Wijaya sebagai Presiden Direktur yang baru. Posisi ini berlaku mulai hari ini".

Tjokro tersenyum dan menyapa para karyawan, sungguh ia seperti presdir yang ada di drama korea. Ia sangat tampan dan berwibawa. Semua karyawan bertepuk tangan.

Teddy membawa Tjokro ke ruang presdir. Lalu ia membukakan pintu ruang presdir itu. Terdapat banyak dokumen - dokumen dan buku laporan di dalam ruangan. Ruangan seperti ini mengingatkan Tjokro pada kejayaannya dimasa lalu.

***

FLASH BACK

Dimasa lalu ketika penobatan Tjokro menjadi seorang Mahapati Kerajaan Kasaktian.

"Hari ini saya akan memperkenalkan mahapatih kerajaan kita yang baru yaitu Tjokro Adi Kusumo". Teriak sang raja didepan seluruh rakyat.

Semua rakyat bersorak dan bertepuk tangan. Semua meneriakan nama Tjokro. "Hidup Gusti Patih Tjokro,, Hidup Gustih Pati Tjokro", teriak seluruh rakyat.

"Dinda Patih, mari saya antar anda ke ruang kerja anda", ajak sang raja.

"Terima kasih kanda Prabu, saya sangat tersanjung", ucap Tjokro yang terlihat gembira.

Raja membukakan pintu ruang kerja Tjokro, dan terlihat banyak buku - buku kuno untuk strategi perang. Tjokro sangat antusias melihatnya.

***

Tjokro tersadar dari lamunannya itu. Teddy meminta Tjokro untuk datang ke meeting jam 4 sore. Lalu Teddy meninggalkan ruangan Tjokro.

Sementara itu Gery bergegas pulang ke Rumah setelah selesai sekolah dan latihan basket, karena ia harus mengantar Tjokro pergi ke ulang tahun Michelle. Teman - teman Gery meminta dia untuk tidak segera pulang. Namun Gery menjelaskan bahwa ia akan mengantarkan Tjokro ke ulang tahun Michelle. Miki sangat kecewa dengan Gery.

"Ah gak asik lau ger,, kok aku perhatikan belakangan ini kao ngurusin om kao itu terus, om kao kan sudah tua, kalau mau pacaran ya pacaran sendiri saja lah, masa bawa - bawa ponakan", gerutu Miki.

"Masalahnya om gue itu ga bisa nyetir, jadi kemana - mana mesti gue anter", Gery berusaha menjelaskan.

"Halah,, tinggal kao ajarkan ger", Miki masi kesal.

Akhirnya Saskia menyudahi perdebatan mereka, Saskia mempersilahkan Gery untuk pulang. Sesampainya di rumah, Gery mandi dan bersiap - siap sambil menunggu Tjokro. Namun rupanya sudah jam 6 Sore tetapi Tjokro belum juga pulang, padahal acara dimulai jam 7 malam. Ternyata Tjokro masih ada di ruang meeting. Telepon dari Gery pun tidak sempat diangkatnya.

Jam menunjukan pukul 7 malam. Meeting baru saja selesai. Tjokro terlihat sangat lelah karena harus overtime di hari pertamanya. Lalu ia mengambil Handphone nya dan melihat 5 panggilan dari Gery.

"Waduh kenapa nih cucuku nelpon 5 kali, telepon balik deh".

Tjokro menelpon Gery.

"Ah akhirnya nih orang nelpon balik.. Halo mbah?", Gery menjawab telpon dari Tjokro.

Tjokro ternyata lupa bahwa hari ini adalah ulang tahun Michelle. Gery sangat kesal, mengingat ia sudah tidak ikut kumpul dengan teman - temannya demi mengantarkan Tjokro ke acara ulang tahun Michelle. Gery menutup telepon dan menggerutu.

"Huhh,, gak ngerti lagi deh sama ini aki - aki.. kemarin minta tolong anterin eh dia nya malah lupa. Mana aku udah di marahin anak - anak.. nyebelin ah mbah Tjokro.."..

Sementara itu Tjokro berlari dari bogor sampai Jakarta. Ia lari secepat kilat sampai orang - orang kebingungan melihat dia lari secepat angin.

"Neng, tadi teh naon nya (Nona, tadi itu apa ya)?", tanya seorang pria yang sedang memesan kopi di warung kopi pinggir jalan kebingungan.. Ia sambil berdiri meminum kopi di tukang kopi pinggir jalan.

"Teu terang eneng mah,, ziga angin mereun (Tidak jelas, mingkin angin sepertinya)", menengok cari - cari.

"Eta mah tiasa atuh, angin musim hujan (itu sudah biasa, angin musim hujan)". Jawab tukang kopi.

Tjokro terus berlari dan berlari sampai akhirnya dia tiba didepan rumah Michelle yang sudah nampak sepi. saat itu sudah pukul 10 malam dimana pesta telah bubar.

Hosh,, hosh,, hosh,, bunyi nafas Tjokro yang terlelahan.

"Permisi, Michelle, ini aku Tjokro. Michelle maafkan aku, bisakah kita ketemu sebentar?".

Michelle membukakan pintu, ia kaget melihat Tjokro yang datang dan penuh dengan keringat. Lalu Tjokro berdalih ia keringatan karena naik kereta dari bogor yang padat penumpang.

Michelle mengajak Tjokro masuk ke dalam Rumahnya, kemudian Michelle mengantarkan minuman

"Ini diminum dulu, sengaja aku kasih yang dingin - dingin biar seger", Michelle memberi Tjokro minuman dingin.

"Makasih ya", Tjokro langsung meminum minuman itu.

"Eh,, pelan - pelan nanti keselek".

"Uhuk,, uhuk", Tjokro tersedak lalu ia mengusap dadanya.

Tjokro terus meminta maaf pada Michelle. Lalu Michelle memberikan syarat. Ia akan memaafkan Tjokro jika Tjokro mengajaknya dinner. Tjokro pun sepakat untuk mengajak michelle makan malam.

Karena hari semakin larut, Tjokro berpamitan pulang. Tjokro keluar rumah Michelle, kemudian ia berlari sampai rumah Gery. Ia berlari sangat kencang seperti Ninja. Seorang pemulung terkejut karena tersapu angin saat Tjokro berlari.

"Waduh,, apaan ya tadi,, jangan - jangan,, ih serem", kata pemulung yang kemudian lari ketakutan.

Sesampainya di rumah Gery,, Tjokro menggunakan kekuatannya untuk langsung masuk ke kamarnya. Gery melewati depan kamar Tjokro lalu ia mengintip. Ia pun melihat Tjokro yang sudah ada di kamarnya. Gery masuk ke dalam Kamar Tjokro dan langsung menanyakan apakah Michelle memarahinya. Lalu Tjokro menceritakan semuanya. Ia bercerita bahwa Michelle mengajuhkan syarat untuk memaafkannya.

"Apaan tuh syaratnya?", tanya Gery.

"Dia minta makan malam pake lilin".

"Oh,, Candle light dinner?"

"Iyo.. Iyooo... "


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen