App herunterladen
50% Engkaulah Takdir Hidupku / Chapter 2: Namanya, Merve

Kapitel 2: Namanya, Merve

Ketika para mahasiswi sedang asyik menambah polesan bedak di wajahnya, tiba tiba sosok dosen yang paling tidak disukai oleh Naina datang.

Terlihat dari arah pintu berjas rapi lengkap dengan kemeja warna putih, sepatu hitam yang terlihat hitam mengkilap.

Ia memakai ransel hitam yang biasa ia pakai untuk mengajar.

Tetapi kali ini ia datang ditemani seorang gadis cantik, berkulit putih bak porselain, hidung mancung mungil hampir sempurna ditambah dengan bibir lumayan tebal.

Bak bidadari yang turun dari kayangan untuk mencari seorang pangeran.

Kalau dilihat, gadis muda ini bukanlah wanita Indonesia, karena terlihat sekali dari wajahnya yang tak ada sama sekali kesan Asia.

Para mahasiswi yang sedang bersolek pun terlihat resah dan gelisah.

Khawatir dosen idola mereka sudah memiliki pasangan.

Jika memang benar begitu, sungguh telah pupus harapan dan impian mereka untuk menjadi sang dosen idola.

Sementara itu, para mahasiswa terpaku dengan sang gadis yang berdiri di depan bersama Pak Fahri.

Gadis berambut kecoklatan sepundak itu tampak tersenyum kepada anggota kelas dengan senyuman malu-malu.

"Selamat pagi semuanya". Ucap Pak Fahri menyapa para mahasiswa yang sedang bertanya tanya tentang siapakah gadis muda itu.

"Selamat pagi Pak!". Jawab anggota kelas serentak serta kompak.

"Masyaa Allah, cantik kali calon makmumku ini". Cerocos Raffi sambil memandang kagum gadis bermata hijau serta beralis tebal itu.

Memang gadis yang cantik dan menarik. Siapapun yang melihatnya pun akan terbius dengan keanggunan dan kecantikannya.

"huuuu.. modus..modus". Sorak teman teman lain pada Raffi.

"Emang buaya ya kamu". Sahut Mika, gadis yang juga sering di gombali oleh Raffi.

" Harap tenang semuanya, perkenalkan ini Merve asal dari Turki, mahasiswi Internasional yang akan belajar dengan kalian". Terang pak Fahri.

"Merve perkenalkan diri kamu!". Pinta Pak Fahri pada gadis itu.

"Hello everyone, my name is Merve, i am 19 years old, i come from Turkey and before i live in İzmir and i hope we can be friends, nice to meet you all". (Halo semuanya, namaku Merve, Umurku 19 tahun, aku berasal dari Turki dan sebelumnya aku tinggal di İzmir, aku harap kita bisa menjadi teman, senang bertemu dengan kalian semua).

"Merve belum terlalu bisa bahasa Indonesia, jadi saya harap kalian mau mengajarinya dan berteman dengannya". Kata Pak Fahri singkat.

Setelah memperkenalkan diri pada semuanya, dosen muda itu mempersilahkan Merve untuk duduk di tempat yang kosong.

Kebetulan tempat dududk disamping Naina kosong, sehingga Pak Fahri memintanya untuk duduk di samping Naina.

Ketika ia duduk disamping Naina, ia tersenyum manis pada Naina.

"Naina". Naina menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Merve yang tersenyum padanya.

"Merve, i hope we can be friend". (Merve, aku harap kita bisa menjadi teman).Menerima jabat tangan dari Naina dengan ramah.

Setelah drama perkenalan selesai, materi kuliah pun di mulai.

Seperti biasa, Pak Fahri menerangkan materi secara singkat.

Namun, entah kenapa setiap ia menerangkan materi, ia selalu melihat ke arah tempat duduk Naina, menyebut nyebut nama Naina ketika menerangkan.

Entah apa yang ada dipikiran dosen itu, kenapa selalu Naina?.

Sungguh hal ini membuat Naina merasa tidak nyaman, di tambah lagi dengan gaya dosen itu yang sok keren, membuat Naina menjadi ingin muntah.

"I think Mr. Fahri likes you". (Aku pikir Pak Fahri suka denganmu). Cerocos Merve tiba tiba menoleh ke arahku.

Sontak hal itu membuatnya kaget.

Naina terbengong mendengar cerocos gadis cantik itu.

"Haahh..?". Jawab Naina sembari menggaruk kepala.

"Yes, from what he say, i mean he always say your name". ( Ya, dari bicaranya, maksudku dia selalu menyebut namamu). Katanya pada Naina.

"Naina.. dengarkan materi yang saya sampaikan". Kata Pak Fahri sambil tersenyum pada Naina yang sedang berbicara dengan Merve.

"Iya Pak". Jawab Naina singkat.

Seperti biasanya, materi yang disampaikan oleh dosen muda itu sangatlah membosankan bagi Naina.

Tukang tebar pesona serta genit terhadap mahasiswi nya, terlebih lagi pada diri Naina.

Entah mengapa sejak pertama kali bertemu dengan Naina, dosen muda itu langsung terpincut dengan keindahan paras Naina.

Naina bagaikan rembulan yang bersinar di malam hari, walaupun banyak bintang yg berkilau tetapi Naina seperti magnet yang dapat menarik siapa saja yang melihatnya.

Mungkin salah satunya karena Naina yang cenderung acuh terhadap setiap lelaki yang mencoba untuk mendekatinya.

Sehingga hal itu menyebabkan setiap lelaki yang memandang dan memahami sifat Naina semakin tertantang serta berlomba untuk menjadikan Naina sebagai pujaan hatinya.

Setelah 2 jam berada pada penderitaan, akhirnya jam pelajaran Pak Fahry telah usai.

"Oke, materi kuliah kita hari ini telah usai, mari kita tutup dengan bacaan doa masing-masing sesuai agama dan kepercayaan masing-masing". Ujar dosen muda itu pada anak anak didiknya.

Satu per satu mahasiswa dan mahasiswi meninggalkan kelas.

Naina memasukkan buku, laptop dan seluruh alat ala tulisnya kedalam tas ransel berwarna merah marun favoritnya.

Bergegas ia berdiri untuk keluar kelas.

"Naina, i don't know this area yet, can i join with you?". (Naina, aku belum tau tempat ini, bisa aku gabung sama kamu?). Tanya Merve pada teman yang baru ia kenal beberapa jam yang lalu.

"Ok, sure". (Oke, tentu). Jawab Naina singkat.

Keduanya pun keluar meninggalkan kelas.

Naina mengajak Merve ke kantin untuk membeli makan siang dan memperkenalkan Merve pada sahabatnya, Raisa.

Di sepanjang jalan menuju kantin, Naina menunjukkan dan menjelaskan beberapa ruang yang ada di kampusnya pada Merve.

"So, this is first time you come to Indonesia?". ( Jadi, ini pertama kali kamu datang ke Indonesia?). Tanya Naina pada Merve.

"This is twice i come here, first i went to Indonesia with my family, i went to Jakarta and Bali". (Ini yang kedua kalinya, pertama dulu aku pergi ke Indonesia dengan keluargaku, dulu aku pergi ke Jakarta dan Bali). Jelas Merve menanggapi pertanyaan dari Naina.

Naina manggut manggut mendengar penjelasan dari Merve.

"Sebenarnya saya tidak terlalu paham dengan materi yang disampaikan oleh Mr. Fahry, karena beliau menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia, sedangkan saya belum terlalu mengerti bahasa Indonesia". Keluh Merve di sela sela perbincangan.

"Jangan khawwatir, nanti saya akan mengajari kamu". Jawab Naina pada Merve.

Tak terasa, mereka sudah sampai di kantin.

Terlihat disana ada seorang wanita memakai kerudung kotak kotak merah hitam sedang menunggu kedatangan Naina.

"Raisa, udah lama nunggunya?". Tanya Naina sembari menepuk pundak sahabatnya itu.

"10 menit sih, kamu kemana aja dari tadi aku tungguin lama banget ndak keluar". Keluh Raisa.

"Sebenernya tadi aku habis sekalian nunjukin lingkungan kampus sama dia". Tutur Nabi sambil melirik Merve yang sedang berdiri di sebelahnya.

"Pantesan lama". Raisa menambahkan.

"Orang mana nih, ayu banget". Ujar Raisa.

"Merve, this is my friend, her name Raisa". (Merve ini temanku, namanya Raisa).

"Raisa, ini Merve, mahasiswi baru pindahan dari Turki". Naina mengenalkan keduanya.

Mereka berdua yaitu Raisa dan Merve pun berjabat tangan sebagai tanda perkenalan.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C2
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen