Angele memainkan cincin zamrud itu dengan jemarinya selama beberapa saat, sebelum kemudian mengembalikan cincin itu ke kalungnya dan menyembunyikannya di balik bajunya. Kereta kuda mereka bergerak sangat perlahan-lahan, dan perjalanan terasa bergelombang karena tabrakan dengan bebatuan kecil di jalan.
Di dalam kereta kuda terdepan, Baron Karl duduk di seberang Angele sembari membawa botol hitam kecil berisi penuh wine.
"Kita beruntung menemukan sungai di tengah perjalanan, jadi kita bisa membersihkan tubuh dan baju kita. Jika tidak, seisi karavan ini mungkin sudah berbau masam." Sang baron meminum wine dari botol itu, lalu ia tertawa.
"Bekal air minum kita masih sangat terbatas. Kita beruntung jika bisa menemukan sungai lagi dalam sepuluh hari. Sekarang, aku bisa mencium bau keringat semua orang di karavan ini." Angele juga tertawa.
"Yah, menurut peta ini, kita sedang dalam perjalanan pintas untuk menuju sungai lain." Angele melihat wajah sang baron yang terlihat lelah mencari rute terbaik perjalanan mereka. Ayahnya masih sangat kuat, namun luka-luka dan sekuele yang dideritanya merusak kondisi mentalnya. Beberapa waktu lalu, sang baron kehilangan segalanya, dan ia juga dikhianati oleh teman-teman dekatnya sendiri,
Angele menghela nafas, pengkhianatan Ksatria Audis dan sahabat-sahabat sang baron membuat ayahnya sangat terkejut, tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Hanya waktu yang bisa menyembuhkan luka di hati ayahnya.
"Ayah, aku akan memeriksa kereta kuda lainnya." kata Angele dengan nada santai.
"Baiklah, tetapi jangan bekerja terlalu keras." Sang baron mengangguk. Angele memandang wajah ayahnya untuk beberapa saat, lalu ia balas mengangguk. Kemudian, ia membuka pintu dan melompat keluar dari kereta.
Setelah Angele membuka pintu, cahaya matahari segera masuk dan menyelimuti seluruh isi kereta kuda, sehingga menerangi wajah sang baron dan membuat rambutnya terlihat sedikit lebih gelap. Sang baron memandang tempat yang sangat jauh dari jendela, seakan-akan sedang mengingat sesuatu dari masa lalu. Angele menjadi sedikit sedih melihat kondisi ayahnya, dan ia memutuskan untuk cepat-cepat berjalan ke kereta kuda kedua.
"Halo, Tuan Muda Angele." Salah satu pengawal menyapanya.
"Ingin mencari udara segar, ya?" Sapa pengawal lainnya. Angele menyukai pengawal-pengawal itu karena mereka lebih bisa dipercaya ketimbang para calon ksatria. Angele mengangguk dan tersenyum kepada para pengawal itu, kemudian ia melompat ke atas kereta kuda kedua. Kusir kereta kuda ini adalah ibu Maggie, Nyonya Jacklyn. Ia adalah seorang wanita paruh baya yang wajahnya berkerut dan tidak lagi cantik, selayaknya wanita berumur 40 tahun keatas.
"Tuan Muda Angele, Anda telah tiba." Nyonya Jacklyn tersenyum dan menyapanya.
"Iya, apakah semua sudah siap?" tanya Angele sembari membuka pintu kereta.
"Kudengar semua sudah siap." jawab Nyonya Jackly.
"Bagus." Angele mengangguk, dan berjalan masuk ke dalam kereta itu.
Kereta itu sangat besar, ukurannya kira-kira setara dengan sebuah mobil travel di bumi, sementara bagian dalam kereta itu terlihat seperti kamar tidur yang besar. Interior kereta itu cukup besar untuk Maggie, Celia, dan delapan orang penumpang lainnya, termasuk Nyonya Jacklyn, untuk tinggal bersama-sama.
Pada awalnya, Angele terkejut melihat betapa besar kereta-kereta kuda itu, namun dia segera menyadari bahwa ukuran kuda di dunia ini dua kali lebih besar dari ukuran kuda di bumi, sehingga sangat mudah bagi kuda untuk menarik kereta sebesar ini. Di dalam kereta, Maggie dan Celia sedang menata bunga di ujung ruangan. Ia juga telah memetik buah-buahan dan menangkap serangga. Berbagai macam serangga dan buah-buahan ditumpuk membentuk gundukan berwarna-warni di sudut ruangan, yang menonjolkan keberagaman warna benda-benda tersebut. Angele melihat sekeliling dalam kereta itu, dan melihat ada orang-orang lain yang duduk di tepian.
Selain Maggie dan Celia, ada ayah Maggie, ibu Celia, dan tiga orang anak baron lainnya: dua anak lelaki dan satu anak perempuan. Ketiga anak-anak itu sedang bermain dengan semut-semut. Seorang dokter bernama Henry tidur di kereta kuda itu dengan raut wajah yang lelah. Cecilia, yang berbalut selimut, juga sedang tidur di pojok ruangan.
Ketiga anak tersebut adalah saudara-saudara Angele, namun mereka merunduk ketika Angele masuk ke dalam kereta itu sebagai tanda hormat. Kejadian baru-baru ini membuat mereka tahu kekuatan Angele yang sebenarnya.
"Angele!" seru Maggie dan Celia seraya meletakkan akar berwarna keunguan yang mereka pegang sebelumnya.
"Bagaimana proses pengumpulan itu?" Angele bertanya sambil melirik ke arah tumpukan berwarna-warni di kereta itu.
"Sesuai perintah Anda, beberapa hari ini kami mengumpulkan ratusan macam serangga dan tanaman. Semua yang kami kumpulkan, kecuali yang beracun, ada di sini." Maggie menjawab dengan bangganya, bahkan sebelum Celia sempat menjawab.
"Kerja bagus, Maggie dan Celia." Angele memuji mereka, lalu meremas pantat Maggie dan mencium Celia di bibirnya. Angele tidak peduli apa yang dipikirkan penumpang lain di kereta itu.
"Kalian berdua boleh istirahat sekarang." Angele mengambil serangga-serangga dan tanaman-tanaman itu dan memasukkan semuanya ke dalam kantong besar. Kemudian, ia melompat keluar dari kereta itu dan berjalan ke kereta terakhir. Kapten Mark mengendalikan kereta itu, namun tidak ada penumpang di dalamnya. Di situ, hanya ada perbekalan seperti makanan dan air.
"Apakah belakangan ini ayahku kesini bersama Nona Katyusha?" tanya Angele.
"Sang baron terlihat depresi beberapa hari ini. Jika ada waktu, sebaiknya Tuan Muda mengajaknya berbincang-bincang." Mark berkata sembari menggelengkan kepala. Angele pun menggangguk. Nona Katyusha, ibu Celia, berpenampilan menarik dan bijaksana. Di kastil, sebenarnya ada banyak wanita cantik, namun hanya Nona Katyusha yang memilih untuk mengikuti Baron Karl setelah insiden itu, sehingga sang baron menjadi suka padanya. Sang baron bahkan mengajaknya 'bersenang-senang' di kereta kuda ketiga. Namun, setelah Angele terluka, sang baron nyaris tidak pernah ke kereta itu.
"Belakangan ini, Ayah sedikit tertekan. Jangan khawatir, dia bisa mengatur dirinya sendiri." jawab Angele.
"Yah…" Mark menghela nafas, dan berhenti berbicara. Angele membuka pintu, masuk ke dalam kereta itu, lalu duduk di tempat kosong di tengah kereta. Ia duduk di kotak kayu dan meletakkan kantong yang ada di tangannya. Dia mengambil kantongnya, mengeluarkan dedaunan berwarna ungu, dan mulai mengunyah daun itu. Rasanya tidak enak, hingga Angele memuntahkan semuanya di atas selembar kain. Wajahnya terlihat kecewa. Kemudian, Angele mengambil seekor ulat besar berwarna hijau. Ulat itu sangat mirip dengan ulat biasa di bumi, namun badannya sangat berkerut. Kepalanya bercabang dua, dan masing-masing kepala bergerak sendiri-sendiri, sehingga terlihat sangat menjijikkan.
Angele menjadi ingin muntah, dan memencet ular itu dengan sedikit kuat. Tidak lama kemudian, ulat itu mati dan mengeluarkan cairan hijau. Dia mencelupkan jarinya ke dalam cairan itu dan memasukkan jari itu ke dalam mulutnya.
"Sialan!" Alisnya mengernyit, dan raut wajahnya masih terlihat kecewa. Dia terus mencoba berbagai macam tanaman dan serangga, dan butuh waktu lama untuk menghabiskan seluruh isi kantong itu.
"Di antara semua ini, ada dua puluh makanan yang berguna di sini." kata Angele dengan nada ringan sembari memasukkan beri pohon hitam dan dedaunan segitiga kembali ke dalam kantongnya.
Setelah mencoba ribuan tanaman dan serangga, dia menemukan sekitar dua puluh macam makanan yang bisa meningkatkan kekuatannya. 4 dari 20 makanan tersebut tidak memiliki efek samping, sementara yang lainnya bisa membuatnya sakit, jadi ia hanya membawa empat tanaman tersebut. Namun, semua informasi tanaman yang telah dicobanya akan tetap disimpan di dalam chip-nya, termasuk tanaman yang tidak berguna. Informasi itu mungkin akan berguna baginya nanti.
Setelah memuntahkan sisa-sisa benda yang dicobanya pada sebuah kain, Angele segera membuang seluruh isi kain itu di jalan.
'Berapa banyak informasi yang telah kau dapatkan, Zero?' tanya Angele.
'Sekitar 2341 macam tanaman, 49 macam serangga, dan 21 macam jaringan tubuh hewan.' jawab Zero dengan tepatnya.
"Banyak sekali…" Angele menarik nafas dan mulai berpikir.
"Angele, apa kau ada di dalam?" Suara Maggie terdengar dari luar.
"Masuklah." Angele berhenti berpikir, lalu menjawab Maggie. Maggie cepat-cepat masuk ke dalam kereta itu. Tubuh Maggie terlihat sangat seksi, walaupun ia masih berumur sekitar 13 tahun. Tubuhnya mirip dengan wanita 18 tahun di bumi. Ditambah lagi, ukuran dadanya lumayan, pantatnya besar, dan pinggangnya kecil. Walaupun sekarang Maggie hanya mengenakan daster berwarna abu-abu dan sepasang sepatu bot, dia masih bisa memamerkan seluruh asetnya. Kakinya terlihat indah dan bersinar di bawah sinar matahari.
"Angele, aku kemari untuk mengganti pakaianku." Suara Maggie sangat lirih, dan ia berdiri di depan Angele.
"Mengganti pakaian?" Angele berbisik di samping telinga Maggie. Angele merasa sedikit terangsang, namun ia meminta Maggie untuk duduk di depannya.
"Iya… mengganti pakaian dalamku… jika kau ingin tahu." Wajah Maggie memerah. Sangat jelas bahwa Maggie menginginkan sesuatu yang lain. Angele menyentuh rambut panjang di sekitar bahu Maggie, dan mencium bau wangi parfum.
"Baiklah, aku akan keluar." kata Angele dengan nada ringan sambil tersenyum.
"Bisakah kau… menggantikan pakaian dalamku?" Maggie menggelengkan kepalanya, dan ekspresi wajahnya malu-malu.