App herunterladen
0.99% Dosen Tampan itu Suamiku / Chapter 3: 3

Kapitel 3: 3

"Apa ini tidak terlalu berlebihan?" tanya ku kepada Yasmin sambil melihat diri ku di depan cermin.

"kau terlihat cantik Rara, terlebih Austin sangat pandai memilihkan gaun untuk mu" goda Yasmin yang membuat aku mencubit pipi nya dengan geram.

"baiklah sekarang yang terakhir pakai ini" ucap Yasmin sambil menyerahkan sepatu heels hitam nya. Sedari tadi Yasmine yang sangat antusias me make over ku dari ujung kaki sampai ujung kepala dan dia membuat ku seperti tuan putri malam ini aku cukup terkesan.

"Nah sekarang tugas ku sudah selesai, aku akan pergi duluan karna kami ada briefing dulu sebelum manggung" timpal nya lagi sambil merogoh ponsel di sakunya.

"tidak bisakah kita pergi bersama?" tanya ku dengan Yasmin

"Tidak!" jawab nya cepat dan singkat

"aku tidak ingin merusak suasana kalian berdua malam ini" goda nya nya lagi dan mengambil tas nya kemudian pergi.

"bye byeee! Sampai ketemu di acara love you!" Ujar nya sambil keluar dari kamar ku.

"cihhhh.. dasar" ucap ku sambil tersenyum.

Drrrttt....drrtt.... Tiba tiba ponsel ku berdering ku lihat di layar ternyata Austin yang menelpon ku.

"hallo Austin" jawab ku mengangkat telfon dari nya.

" Aku sudah di depan rumah mu"

"Benarkah?" aku menyibak tirai jendela kamar ku dan mendongak ke luar pagar, ku lihat Austin sedang berdiri dan melambaikan tangan ke arah ku.

"Baiklah,tunggu sebentar aku akan turun" ucapku dan mematikan telfon nya.

Sesampainya di bawah aku membuka pagar dan berjalan mendekati Austin. Dia menatap ku sambil tersenyum.

"kau terlihat sangat cantik raina" ujar nya sambil membukakan pintu mobil untuk ku.

"terimakasih, kau juga terlihat sangat tampan malam ini" balas ku memujinya kembali. Dia menggunakan setelan jas hitam dengan rambut yang sangat rapi dan jas itu sangat cocok di tubuh nya.

Kami pun melaju menuju pesta karena sebentar lagi pesta akan di mulai dan kami tidak ingin terlambat sampai kesana.

Sesampai nya di sana ternyata sangat ramai, bahkan dosen dan alumni turut hadir memeriahkan nya.

Austin membukakan pintu mobil dan membuka lengan nya agar aku bisa mengandeng tangan nya. Kami pun masuk ke dalam gedung itu.

"hay Austin" ujar pria yang datang menyapa Austin. Yah Austin cukup populer di kampus. Siapa yang tidak mengenal Austin pria multitalenta dia banyak memiliki prestasi di bidang olahraga mungkin bisa di katakan aku lah wanita bodoh yang pernah menolaknya.

"Hay stev" balas Austin dengan senyum ramah nya. Pria itu menoleh ke arah ku dan dengan ekspresi nya seolah bertanya siapa aku. Lalu Austin mengenalkan aku kepadanya.

"ini Rara mahasiswa tahun ketiga" timpal Austin mengenalkan ku kepadanya. Aku membalas pria itu dengan senyuman sebagai tanda sapaan.

"pacar?" bisik laki-laki itu kepada Austin.

"Doakan saja" balas Austin sambil tertawa.

Aku hanya diam pura-pura tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Mata ku asik menoleh kesana kemari melihat keramaian dan Austin mulai sibuk berbincang-bincang dengan teman-teman nya. Aku berjalan ke arah balkon ada sesuatu yang menarik di mata ku lampu kerlap-kerlip dan indah nya bintang dapat di lihat jelas dari sini.

"ahhh.. segarnya disini" ujar ku sambil menghirup udara malam yang segar, berbeda dari suasana di dalam yang sesak, dan bising karena musik yang sangat keras.

Aku berjalan-jalan sendiri di atas balkon ternyata lama-lama terasa dingin juga ya batin ku dalam hati sambil menggosok-gosok kedua lengan ku yang terekspos angin karena gaun sexy ini.

Tiba-tiba ada tangan yang mendekap mulut ku dan menarik ku ke lorong gedung. Aku tersontak kaget dan berusaha memberontak. Pria itu semakin keras menarik ku dan mendorong badan ku ke dinding, dengan ketakutan aku memberanikan diri bertanya

"Siapa kau!"

Dia tidak menjawab dan mulai mendekati ku perlahan-lahan sambil menunjuk kan senyum evil nya yang membuat ku sangat takut. Dengan situasi malam yang gelap aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah nya yang tertutup topi hitam itu.

Dengan sigap aku berusaha lari untuk kabur dari nya, tetapi dia menarik tangan ku dengan cepat dan mendorong ku lagi ke dinding. Aku meringis kesakitan dan dengan beringas dia berusaha mencium ku dan mencoba melakukan pelecehan terhadap ku. Aku berusaha menolak dan mendorong nya berkali-kali tetapi dia sangat kuat.

Brruuaakkkk..!!!

Tiba-tiba dia terjatuh karena ada terjangan yang menghantam nya.

"Sir Juna" gumam ku dalam hati

Juna Parker menerjang lagi lelaki itu dan menghantam tinju yang membabi buta. Lelaki itu melawan dan melesat kan beberapa tinju ke perut Juna yang membuat Juna hampir terjatuh.

"Sir!" jerit ku ketakutan.

Lalu pria itu berlari pergi dan menghilang di gelap nya malam. Aku langsung berlari memopoh juna.

"Aisss sialan!" ujar Juna sambil memegang perut nya. Seperti nya perut juna terkena hantaman tinju lelaki sialan itu.

"Kau tidak apa-apa?" tanya juna kepada ku.

Aku yang ketakutan dengan situasi ini menatap wajah nya dan tidak bisa menahan tangis. Aku menangis sejadi-jadinya Juna memelukku dan berusaha menenangkan ku.

" Tidak apa-apa, tidak apa-apa" ujar juna lagi menenangkan ku.

Juna melihat ke arah paha ku, ternyata gaun ku robek sehingga memperlihatkan paha ku. sepertinya robek saat aku berusaha melarikan diri dari lelaki sialan itu. Dengan cepat Juna langsung mengikat gaun ku agar tidak terlihat oleh orang. Kemudian dia melepaskan jas nya dan memakaikan nya kepada ku.

Lalu karena aku masih syok dengan keadaan yang baru saja terjadi aku tidak bisa berdiri dengan benar. Kemudian juna dengan sigap menggendong ku, aku hanya diam dan menurut.

Aku bisa merasakan otot-otot tangan Juna yang kekar dan dapat melihat wajah tampan nya sedekat ini, aneh nya jantung ku berdegup kencang sekali aku berusaha menenangkan diri. Keringat mengalir dari pelipisnya menambah nilai plus keseksian nya. Ternyata berkelahi juga mengeluarkan banyak keringat seperti olahraga ya lamun ku sambil tertawa kecil memikirkan teori ini.

"Apa yang sedang kau pandangi!" gertak Juna yang membuat ku kaget.

"ahh tidak ada" ujar ku gelapan

"aku melakukan nya Karena rasa perikemanusiaan ku yang tinggi" timpal nya lagi yang membuat ku mengernyitkan dahi.

"da darah !" teriak ku kaget sambil menunjuk ke sudut bibirnya yang lebam.

"ahh tidak apa-apa" ujar nya tidak menghiraukan.

Dia membawa ku ke mobilnya

"Lebih baik kau disini, jika di dalam pasti semua orang akan bertanya apa yang terjadi" ujar nya kemudian mencari kotak obat seolah tidak membutuhkan jawaban dari ku apakah aku setuju atau tidak. Lagi-lagi aku hanya terdiam karena apa yang di ucapkan nya memang benar, aku juga tidak ingin membuat Yasmin cemas pasti dia akan heboh jika mendengar kejadian ini.

Kemudian Juna membuka kotak obatnya dan berusaha mengobati luka di pelipis dan sudut bibirnya. Aku mencoba menawarkan bantuan tetapi dia menolak.

"Ahh.. aishh" ringis nya saat mencoba mengobati lukanya. Lalu aku merampas kota obat tersebut dan menuangkan betadine ke kapas, dia hanya diam dan menurut. Aku mengobati lukanya dengan sangat hati-hati lukanya cukup lebar batin ku.

"siapa pria tadi, Kenapa dia melakukan itu kepadamu? Tanya Juna serius.

"aku tidak tahu persis, tiba-tiba dia datang mendekap mu ku dan menarik ku ke dalam lorong itu" ujar ku menceritakan kembali apa yang terjadi.

"tapi senyum nya terasa familiar", ucap ku mengingat nya. Juna mendengarkan cerita ku dengan serius lalu dia diam seperti sedang memikirkan sesuatu.

"akan aku antar kau pulang." Ujar juna lagi sambil memasang kan ku sabuk pengaman.

"tapi bagaimana dengan Austin, pasti dia akan mencari ku?" tanya ku

"tinggalkan saja pesan" balas juna tidak menghiraukan.

Aku merogoh ponsel dari dalam tas ku dan mengirim kan pesan singkat kepada Austin, lalu kami pun pergi meninggalkan pesta itu.

Austin's pove

Kemana Raina? Gumam ku dalam hati sedari tadi aku mencarinya di setiap sudut pesta tapi tidak dapat menemukan wanita ku itu.

Drrrrttt.... dering ponsel ku berbunyi dan saat kulihat di layar Raina Maxwell

Message

"I'm sorry Austin aku harus pulang, aku mendadak tidak enak badan"

Apa yang telah terjadi?kenapa dia tiba-tiba pulang? Tanya ku dalam hati lalu memasukkan kembali ponsel di dalam saku celana ku. Aku yang masih bingung memikirkan raina kemudian mengambil segelas wine yang ada di meja dan berbaur bersama teman-teman ku. Ahhh ingin rasanya aku mabuk malam ini karena otak ku yang kacau memikirkan Raina.

AYO KITA SIMBIOSIS MUTUALISME, SALING MENGUNTUNGKAN SATU SAMA LAIN DENGAN LIKE N KOMEN YANG MEMBANGUN JUGA PERLU!

To be continue


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen