Kapitel 141: Teman yang Tulus

"Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?" desak Stevi yang sudah tidak sabar menunggu Haiden bicara.

Haiden kembali menarik napasnya dengan dalam. Ia lalu mengembuskannya perlahan. Beberapa detik saat Haiden bernapas seakan bom waktu yang hendak meledak untuk Stevi.

"Kita putus saja, ya," ucap Haiden sambil menunduk.

Ucapan itu bagak sambaran petir di telinga Stevi. Ia tak menyangka kalau Haiden bisa sampai hati untuk memuskannya.

"Kenapa?! Apa salahku? Kenapa kamu tega sama aku. Aku bakal bilang sama mama kamu!" tanya Stevi sambil mengancam.

Ia tidak terima diputuskan seperti itu oleh Haiden, orang yang sangat dicintainya sejak dulu. Hanya saja memang ia belum bisa mengubah sifat buruknya.

"Hubungan kita ini sudah tidak sehat. Hatiku sudah beku dan mati untukmu. Aku juga sudah tidak bisa memaklumi semua sikapmu yang tidak sesuai dengan keinginanku," tutur Haiden menjelaskan semua unek-uneknya yang selama ini dipendam.