"Tidak …," dia menggelengkan kepala. Memungut baju lain yang berserakan termasuk handuk yang sempat ia tanggalkan, "tidur saja seperti itu, sampai aku datang ke kamar ini,"
Aruna terdiam menatap punggung lelaki yang hendak meraih gagang pintu dan entah mengapa Hendra menghentikan langkahnya lalu berbalik.
Menatap Aruna dengan lamat, "Apakah di dalam benak istriku ada hari yang dia inginkan untuk kelahiran baby?" Pertanyaan yang keluar dari bibir Mahendra bertolak belakang dengan kebiasaannya.
Lelaki ini selalu memiliki kontrol terhadap segala sesuatu. Dia punya kebijakan sendiri dan seolah tidak membutuhkan konfirmasi orang lain bahkan istrinya, Aruna. Hendra selalu tahu apa yang dia mau dan apa yang benar versi dirinya.
Perempuan bermata coklat itu memutar bola matanya, mencoba menemukan jawaban.
"hari yang tidak berbenturan dengan hari bahagia kak Anantha," suaranya ringan dan pria yang menatapnya mengangguk ringan.