App herunterladen
11.37% CINTA SEORANG PANGERAN / Chapter 156: Terbongkar

Kapitel 156: Terbongkar

Di loby Nizam berhenti Ia hampir saja lupa. Ia mengangkat telepon seluler nya dan menghubungi Cynthia. "Aku tunggu sekarang di loby" Katanya sambil kemudian mencari tempat duduk. Nizam duduk sambil berpikir tentang Alycia. Dia seperti pernah mendengar nama itu disebut seseorang. Mulut Nizam jadi terasa tidak enak. Ia melihat ke arah Arani. "Berikan Aku rokok!!" Katanya. Arani segera mencari pegawai hotel dan meminta rokok yang bernikotin rendah. Sebelum memberikan rokoknya Ia iseng bertanya "Bukankah yang Mulia sudah berhenti merokok?"

Nizam mengambil rokok dari tangan Arani. " Aku berhenti karena Alena. Sekarang dia sudah mengandung, tidak apa asalkan Aku tidak merokok didepannya. Aku merasa pusing" Arani tidak bertanya lagi Ia menyalakan rokok dimulut Nizam.

Nizam menghisapnya dengan kuat. Ia masih berpikir keras siapa Alycia itu? Yang Ia ingat dia ikut menari pada malam pernikahannya dengan Alena. Matanya biru dengan rambut sedikit pirang. Ia memang sangat cantik bagai boneka Barbie. Walaupun Ia tidak berupaya keras untuk menggoda nya tetapi sorot matanya tampak Ia sangat mengharapkan Nizam untuk memberikan perhatian kepadanya. Walaupun Nizam mengingat wajah Alycia tapi waktu Ia tidak tahu namanya. Ia tahu namanya setelah diberi tahu ciri-cirinya oleh Arani.

Dan waktu itu mata Nizam malah menatap seorang gadis yang menari disampingnya karena wajahnya sangat mirip dengan seseorang. Hanya Ia lupa lagi siapa-siapanya. Kalau Alycia memang sangat eye catching. Wajahnya khas Azura tapi rambut dan matanya seperti orang bule. Setiap orang yang melihatnya bisa langsung hapal wajahnya karena penampilannya yang sangat berbeda. Hanya saja Ia tiba-tiba teringat ada seseorang yang pernah tidak sengaja menyebutkan namanya didepan dia. Dan Nizam sedang mengingat-ingat siapa dia dan kapan.

Sesaat kemudian Ia terlonjak "Pangeran Rasyid...iya.. Aku pernah mendengar dia menyebut namanya" Wajah Nizam segera berseri-seri bahagia. Arani mengerutkan keningnya. "Ada apa yang Mulia??"

"Tidak..nanti aku akan ceritakan. Buang rokoknya Aku sudah tidak memerlukannya lagi" Ia memberikan rokok yang baru dihisapnya ke Arani lalu Nizam berdiri karena Ia melihat Cynthia datang menghampirinya. "Kita ke Kedubes Amerika sekarang" Kata Nizam sambil melangkah keluar. Cynthia mengikuti langkah Nizam bagai kerbau dicocok hidungnya. "Kau naik mobil bersamaku dan duduk di depan. Arani kau naik di mobil bersama Ali dan Fuad.

Kemudian dua mobil mewah meluncur menuju Bandara. Cynthia menatap Nizam yang sedang mengirimkan pesan ke Azura.

"Nizam..!!" Cynthia memanggil Nizam yang sedang serius menatap layar ponselnya.

Nizam mengangkat wajahnya. "Yaah...?"

"Apa pihak kerajaan sudah menerima ku? Aku sangat ketakutan" Cynthia menatap Nizam dengan wajah ketakutan.

Nizam balas menatap Cynthia." Apakah Kau sedang meragukan kemampuanku bernegosiasi dengan pihak kerajaan?" Kata Nizam sambil mengerutkan kening.

"Bu..bukan seperti itu. Aku belum sepenuhnya memahami adat istiadat dikerajaanmu. Aku takut menghadapi tekanan. Kamu tahu Aku tidak seperti Alena yang begitu polos dan menghadapi semua persoalan bagai angin lalu yang berhembus. Aku tidak akan kuat menghadapinya, Aku tidak akan kuat seperti Alena.

"Kalau kau tidak kuat maka lawan mereka sebelum mereka melawanku. Jangan takut Aku akan ada dibelakang mu. Kau kan sangat cerdas tidak seperti Alena yang begitu konyol dan bertindak seenaknya. Kau harus menganalisa setiap tindakan yang akan kau lakukan dan orang lain lakukan padamu. Pangeran Thalal memiliki kedudukan terpenting kedua setelah Aku. Dia sebenarnya bisa menjadi oposisi Aku kalau seandainya Ia ingin menggeser kedudukanku. Dari awal Aku sudah akan menariknya untuk menjadi salah satu pejabatku agar Aku tidak tersandung olehnya nanti."

"Setahuku dia tidak suka politik" Kata Cynthia.

"Betul..tapi dia orang yang sangat baik hati, sedikit rapuh dan mudah dipengaruhi orang lain. Dia bisa saja menjadi boneka orang lain untuk melawanku. Melihat dia sangat menginginkanmu membuat Aku berpikiran lain. Ada Kau disisinya sekalian saja Aku jadikan perdana menteri. Bagusnya sih, Kau yang harus jadi perdana menteri. Tapi Kau bukanlah orang kami, berkeyakinan lain dengan kami dan seorang wanita."

Cynthia tercengang menatap Nizam. Dengan wajah datar Nizam berkata lagi. "Kau bisa mengendalikan suamimu kelak untuk membantuku, dengan kecerdasanmu, Kau akan menjadi perdana menteri secara de fakto dan suamimu akan menjadi Perdana Mentri di atas kertas."

"Nizam...Kau benar-benar sangat jahat. menjadikan adikmu sendiri seorang boneka" Cynthia merasa darahnya berdesir hebat.

"Lebih baik menjadi bonekaku daripada menjadi boneka orang lain yang nantinya akan berakhir dengan kehilangan nyawanya ditanganku. Dia adalah adik terdekat ku setelah Pangeran Husen. Sebenarnya dia sangat cerdas dan licik juga tapi dia tidak memiliki ambisi. Kecerdasannya hanya akan muncul kalau Ia terdesak.

Seperti dia terdesak untuk mendapatkanmu. Ia baru mengeluarkan segenap kecerdasannya. Sampai melakukan hal konyol" Tiba-tiba Nizam terdiam, Ia lalu nyengir merasa kelepasan bicara dan Cynthia langsung menyadari kata-kata Nizam.

Ia mencengkram erat sandaran kursi mobilnya. Wajahnya memucat, matanya melotot tajam. Nizam menelan ludahnya sambil melonggarkan dasinya yang terasa mulai sangat mencekiknya. Ia tersenyum kaku mencoba meluluhkan hati Cynthia. Tapi jelas, Cynthia bukanlah Alena yang mudah luluh dengan senyum manis apalagi senyum kaku yang tidak enak dilihat. Ia malah bagai binatang buas yang terluka.

"Katakan padaku, Apakah kejadian kemarin adalah jebakan Pangeran Thalal??"

"Eh..mmm..anu he...he..he.." Nizam malah tertawa kecil. Ia menggigit bibirnya sendiri. Berharap jangan sampai mobil yang sudah melaju balik lagi ke hotel karena Cynthia membatalkan semuanya


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C156
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen