Lamunan Arman tersadar, ketika Amanda menjawab pertanyaasnnya.
"Dia"
"Saya pacar Amanda," potong Roy,membuat Amanda menyikut perut Roy.
"Dia teman aku, kek." Amanda tidak berani menatap sang kakek, masih ada perasaan kecewa di kejdian masa lalu.
"Teman, kok, kok udah berani cium-cium," sindir Mirna.
"Maksud Amanda, saya teman sekaligus pacarnya di masa depan." Roy tak tahu harus memanggil ap terhadap keduanya.
"Panggil saja Nenek," potong Mirna.
"Iya, Nek, itu," kata Roy kikuk.
"Belum mahrom kamu sudah berani cium cucu saya gitu?" Arman geram.
"Eh, anu_" itu kakek salah paham, kami nggak sengaja lakuin itu." Tangan Roy sedari tadi menggenggam tangan Amanda tanpa ketahuan oleh mereka.
"Iya, kek, kami nggak sengaja," ujar Amanda.
Arman dan Mirna merasa cuxunya masih terlihat kecewa. Mungkin karena kejadian masa lalu. Ya, bisa dibilang mereka memang menyesal tidak menuruti kemauan Amanda untuk ikut.
"Nggak sengaja apa karena dia khilaf?" Tunjuk Arman ke Roy.