Ya, bagaimana Rose bisa melupakan sosok Bian yang dicintainya sampai sekarang. Walau hati, bibir, dan pikirannya menolak mengingat cinta itu. Namun hati, tidak bisa dipungkiri. Rasa itu masih tertinggal dan terbawa selamanya.
'Bian, aku dan anak kita bahagia walau nyatanya, kebahagiaan ini semu bagiku tanpamu. Lalu, bagaimana denganmu?' lirih hati Rose sambil menatap langit yang sama seperti yang ditatap pria tampan yang dicintai Rose.
Di bawah langit yang sama, seorang pria tampan yang beberapa tahun lagi menginjak kepala empat ini, tengah berbaring di sebuah kursi santai sembari memeluk sebuah figura kecil.
Kacamata hitam yang bertengger di hidungnya hanyalah alibi untuk menutupi pandangan orang lain pada matanya yang sembab setelah menangis.
***
Saat kubuka buku yang telah berdebu. Tentang semua masa lalu di dalam hidupku. Kutemukan potret dirimu. Kekasihku…