'Bian, bila esok kau membuka matamu, dan kau sadar kalau aku tidak ada di sampingmu dan tidak akan datang kembali. Seperti sedia kala di mana kita bisa bercanda, tersenyum, dan saling merengkuh kebahagian,'
'Kuharap, perlahan nanti kaupun akan mengerti dan melupakan aku yang selalu jadi mimpi burukmu. Di mana telah kutancapkan duri tajam yang membuatmu menangis. Ya, menangis sedih. Maafkan aku, Bian!'
'Bian. Bukan maksudku dan bukan inginku melukaimu seperti ini. Dan aku juga tahu kalau kau sadar, di sini akupun terluka,'
'Aku tidak dapat melupakanmu, menepikanmu, membuangmu dari hatiku. Karena apa? Sudah pasti karena kaulah pemiliknya,'
'Jika kehadiranku dalam hidupmu hanya akan membuatmu terluka dan menangis, maka lupakanlah saja. Karena melupakanku akan bisa membuatmu kembali bersinar dan berpijar seperti dulu, sebelum pertemuan yang tidak pernah kita bayangkan jauh sebelum hari itu.'