Seorang gadis berjalan setengah berlari menyusuri jalan setapak menuju jalan raya sambil sesekali melihat jam tangannya
"06.30..." setengah bergumam.
Gadis itu bernama Vio, berambut hitam sebahu, bermata coklat dan berkulit kuning langsat.
Setelah menunggu sekitar 2 menit angkutan umum yg di tunggu lewat, setelah menyetopnya Vio naik angkutan umum itu menuju sekolahnya, senyumnya mengembang saat dia turun dari angkutan umum Vio berjalan sekitar 50 meter dan berhenti digerbang Sekolahan barunya, tiba- tiba .... bruk... seseorang menabrak Vio dari belakang terdengar nafasnya terengah- engah, Vio menoleh kebelakang...
"Maaf tidak sengaja..." Orang yang menabrak Vio berdiri dan meminta maaf. Vio tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa," jawabnya.
"Aku gugup, karna hari ini, hari pertama masuk sekolah..." dia memberi penjelasan, sambil mengulurkan tangannya,
"Lia...." Vio menyambutnya "Vio..." jawab Vio, wajah Vio bahagia mendapat teman baru.
"Ayo cepat kita masuk! kalau terlambat di hari pertama masuk sekolahkan, pasti malu," Vio mengingatkan Lia, Lia mengangguk tanda setuju, keduanya berjalan beriringan menuju kelas baru mereka, setelah berjalan berjalan di lorong sekolah, melihat kekanan dan kekiri akhirnya mereka menemukan kelas barunya, untungnya belum terlalu ramai
"Ayo kita cari bangku yang kosong!" Ajak Lia, Vio cuma mengangukan kepalanya.
Bell sekolah berbunyi....
dihari pertama masuk sekolah terlihat ketegangan di mata Vio dan Lia juga temen temen yg lainnya.....
Langkah kaki terdengar di sela- sela ketegangan mereka, ada 4 anak berpakaian putih abu- abu masuk ke kelas. mereka yang datang adalah kakak kelas yang akan memberi pengarahan di masa orientasi siswa.
***
Vio turun dari sebuah angkutan dalam kota
(angkot) berjalan santai melewati jalan
setapak, tentu tidak seperti tadi pagi, sekarang jalannya persis kura- kura yang kelelahan.
Bayangkan! kura- kura yang semangat jalannya aja, jalannya lambat, kalau kura- kura kelelahan itu sangatlah lambat.
Dari arah belakang, ada suara motor lewat. Otomatis Vio minggir dan sekilas melihat siapa orang yang lewat, wajahnya sedikit memerah dan senyuman Vio mengembang setelah tau siapa yang Vio liat,
"Kak Dony ..." pria itu membalas senyuman Vio tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun dan berlalu.
"Huh dasar..." Vio mengeluh, "Dia selalu begitu." Vio cemberut menahan kesal.
Dony adalah orang yang pertama menarik perhatiannya ketika Vio sampai di kota ini. kota kecil tapi sangat indah, mataharinya terik tapi sejuk berangin dan hampir setengah dari kota ini di kelilingi lautan. Kesan pertama melihat Dony, sopan tapi sedikit angkuh.
"Sampai rumah juga ...." Vio menaruh sepatu dirak sepatu dan menuju kamarnya buru- buru berganti baju, makan siang dan pergi lagi meninggalkan rumahnya menuju toko yg Ayah Vio berikan untuknya, untuk mengisi kegiatan positif, tujuannya agar Vio tidak banyak keluyuran,
Vio membuka tokonya, toko itu menjual alat2 tulis dan ada mesin potocopy untuk mengcopy.
Setelah membersihkan tokonya, Vio duduk santai sambil mendengarkan musik yang dia putar di handphone-nya, sedang asyik dengerin musik, motor ninja hitam berhenti di tokonya Vio melirik orang yang turun dari motor itu dan tersenyum setelah tahu kalau yang datang itu Dony, walau tadi sempat mengumpat, tapi memandang wajah Dony, Vio luluh dan lupa segalanya.
"Vi... tolong copy masing - masing satu lembar aja!" Dony menyodorkan sebuah buku ke tangan Vio, Vio mengangguk dan mengerjakannya.
"Kamu sekolah di mana Vi? Dony menatap Vio, nadanya suaranya penasaran," Vio menoleh sebentar,
"Di SMA negeri 2 kak ..." jawabnya pendek, tanpa menatap Dony kembali karna sibuk membolak- balikan buku di mesin potocopy.
"Oh..." hanya itu yang keluar dari mulut Dony dan selebihnya diam.
setelah pekerjaan Vio selesai, Dony membayarnya dan berlalu begitu saja.
Vio menatapnya sampai motor itu hilang dari pandangannya, sampai saat ini Vio galau di buat Dony, kadang Dony itu hangat, selalu melihat Vio dengan tatapan lain, tapi tak pernah sekalipun iya mengatakan apa- apa.
"Woi.... " Reno menggebrak etalase toko sampai Vio hampir jatuh dibuatnya,
"Reno...." teriak Vio murka....
"Maaf..." muka Reno tulus.
"Dari tadi aku lihat kamu kayak patung Vi..." Reno melirik Vio, lalu duduk di sebelahnya,
"Mmm.... " cuma itu yg keluar dari mulut Vio,
" Dony lagi Vi?" Reno penasaran, Vio tak merespon apa- apa.
"Aku tahu di otakmu itu cuma ada Dony .... belum tentu dia benar- benar suka sama kamu Vi." sambungnya, Vio terdiam membisu, hanya menganggukan kepalanya.
Menjelang sore toko Vio tutup, Vio bergegas pulang,mandi, ganti baju, lalu santai duduk di depan tv, tak lama ibu dan ayah Vio pulang kerja.
"Vi... gimana sekolah barunya? udah kenalan sama temen- temennya?" ibunya bertanya sambil duduk di samping Vio,
"Bagus bu, nyaman... Vio suka, Vio juga sudah punya temen," Vio tersenyum memandang ibunya,
"Ibu pasti capek, sini tasnya Vio taroh, Ayah mana bu, bukannya barusan suara ayah?" Vio heran melihat ke halaman depan tetapi Ayahnya tidak terlihat, bahkan mobilnyapun tidak ada.
"Oh ayah pergi lagi Vi..." ibunya beranjak masuk kamar, sebelum Vio bertanya lagi, Vio menarik nafas panjang dan duduk kembali di sofa.
***
Pagi- pagi Vio sudah siap dengan seragam barunya berputar- putar di kaca. Setelah yakin udah rapi, Vio mengenakan sepatu dan berangkat sekolah, tentu saja sendiri seperti hari sebelumnya, Vio bukan anak manja yang harus di antar jemput oleh orangtuanya atau supir pribadinya.
Vio berjalan melewati jalan setapak dan vio kaget didepannya sudah ada motor Dony, vio agak gugup tapi segera menyembunyikan kegugupannya.
"Kak Dony.... lagi nunggu siapa?" nada Vio agak ragu- ragu tapi penasaran, karna setau Vio Dony benci menunggu, laki-laki itu tersenyum manis dan sangat manis di mata Vio.
"Nunggu kamu Vi..." jantung Vio hampir mau copot tidak percaya,
"Aku ka...." Vio menunjuk dirinya setengah bergumam tidak percaya, Dony menganggukan kepalanya
"Ayo cepet naik, nanti terlambat!" ajak Dony, Vio menurut saja naik ke motor Dony, Vio hanya diam, diam bukan tidak seneng, tapi gugup banget, karna baru kali ini Vio begitu dekat dengan Dony, dalam perjalanan semua terasa kaku.
Motor melaju di jalan tentara pelajar menuju sekolah Vio, motor berhenti tepat di depan gerbang sekolah.
"Makasih kak..." laki- laki itu membuka helm Vio, menatap dengan tatapan teduh, tersenyum dan pergi. Vio menghela nafas panjang mengatur detak jantungnya dan berjalan menuju Kelasnya.
"Hai Vi.... aku tadi lihat kamu boncengan sama cowok, pacarmu?" Lia menatap Vio, membuat Vio gugup,
"Mmm.... bukan Li cuma temen,"
"Yakin temen?" ledek Lia, Vio hanya nyengir dan menganggukan kepalanya.
Bell berbunyi...
pelajaran pertama adalah pelajaran Matematika, tak lama setelah bell berbunyi, seseorang berjalan masuk keruangan.
"Pagi anak-anak ..." anak- anak menyambutnya dan menjawab sapaan guru barunya, "Pagi pakk..."
"Perkenalkan nama saya bambang... saya mengajar mata pelajaran Matematika.... mari kita mulai!" dan tanpa basa -basi, pak Bambang memulai pelajarannya, bla... bla...bla... pak Bambang menerangkan materi pelajaran. tapi Vio tak bisa mengikuti pelajarannya, yang ada di otaknya cuma senyuman Dony... ga sadar Vio senyum- senyum sendiri, Pak Bambang mengerutkan keningnya lalu bertanya...
"Kamu terkesan sama ketampanan saya...?" karna kebetulan tempat duduk Vio depan- depanan sama meja guru... spontan anak- anak yang lain tertawa serentak...
"Ih Vio genit..." teriak very dari belakang.
membuat Vio sadar, wajah Vio berubah memerah karen menahan malu....
"Maaf pak saya tidak bermaksud begitu..." terdengar suara tawa lagi termasuk, Lia.
"Sudah-sudah, mari lanjutkan...!" Pak Bambang meredakan suara riuh anak- anak, anak- anakpun diam dan melanjutkan pelajaran hingga selesai.
"Akh...., aku ini kenapa ya...?" Vio setengah bergumam, tapi tetap terdengar oleh Lia,
"Kamu sedang jatuh cinta Vio..." Ledek Lia.
"Entahlah Lia... sudah satu tahun aku mengenalnya, dia selalu muncul tiba- tiba dan kadang lama tak terlihat batang hidungnya sekalipun, tapi akhir - akhir ini, dia sering menemuiku dan tadi pertama kalinya dia mengajak aku sekolah bareng, padahal sekolahku sama sekolahnya beda jurusan ..." terlihat wajah Vio sangat bimbang, Lia sekarang sedikit mengerti dengan perasaan Vio.
"Jalani aja jika kamu nyaman...!" Vio menganggukan kepalanya.