App herunterladen
31.03% Caffe Latte With Jae / Chapter 9: Jogja Day 2 pt II

Kapitel 9: Jogja Day 2 pt II

Kami ini sudah berjalan menuju kafe yang Brian katakana tadi, dan Jae sudah membeli topinya. Yap warna hitam. Mungkin warna favorite nya adalah warna hitam

Hari sudah mulai sore dan matahari sudah menguning. Aku baru sadar bahwa kami hampir 3 jam di mekdi, jadi begitu keluar dari mekdi susnset langsung menyambut kami.

"eh foto yuk cahayanya lagi bagus nih" ajak Brian sambil mengeluarhan HP nya.

"foto gue dulu dong bentar" minta ku ke Brian, dan aku langsung mengambil posisi ku untuk difoto sama Brian.

"satuu, dua tiga" Brian memotoku entah uda berapa kali, dah akhirnya berakhir kita bertiga foto, di fotoin sama mas-mas yang jualan topi hehehe

Posisi kami foto masih sama seperti saat jalan tadi, aku di tengah

"Bri foto berdua yu" ajak ku

"sini gue fotoin" Jae menawarkan dirinya jadi tukang foto hahaha

Setalah sesi foto kami lanjut jalan kea rah cafe, aku sudah tidak sabar karena kaf nya mungkin tidak kalah bagus dengan kafe yang kami kunjungi kemarin.

***

Kami sudah sampai di kafe nya, ternyata sangat luas dan nyamapn. Keramaian memperindah kafe ini, banyak pengunjung yang sedang mengambil foto di berbagai sudut di kafe ini.

Aku selalu duduk bersampingan dengan Brian dan tepat nya saat ini Jae ada di depan ku. Dia menundukan kepalanya dengan dua tangan mengusap mukanya. Aku melihat Brian tanda tanya, aku heran kenapa Jae bisa jadi sekusut ini, padahal tadi biasa-biasa saja

"Jae are u okay?" tanya ku

"no, its okay im good" Dia kembali mengangkat kepalanya dengan seulas senyum dimukanya

"gapapa kalo mau cerita, iyakan bri?" aku menyenggol Brian yang berada di sampingku

"iya Je gapapa, ica juga pendengar yang baik kok"

Aku bisa melihat muka nya yang kini kusut, Jae meminum ice Americano nya dan sesekali menghembuskan nafas berat nya, sangat terdengar Jelas Je

"gue tuhh kurang apa ya dimata nyokap nya Alice?"

"kenapa bisa-bisa nya dia jodihin Alice?"

"im a good boy, kerjaan juga Jelas, apa karena gue belum ngelamar Alice?"

Aku dan Brian masih mendengarkan Jae bicara, belum bisa memotong pembicaraannya karena dia terlihat sangat serius.

"gue mau lamar dia tuh tahun depan, semua uda gue siapin"

"tapi kenapa musti gini?"

"asal lo tau Bri, Alice kemarin ngundurin diri dari kantor"

"gue tau nyokap nya pasti yang nyuruh dia buat keluar"

"gue benar-benar butuh support sekarang Bri, gue capek, capek banget"

Aku melihat muka nya yang hampir saja menangis, aku bisa ngerasain apa yang kamu rasakan Je, Brian juga sama karena kita bertiga hampir mengalami kisah yang sama. Aku menunggu Brian yang membuka pembicaraan karena aku taku salah ngomong.

"yaa itulah takdir Je, mungkin lo gabisa jadi pasangan nya di kehidupan ini, tapi lo bisa jadi teman dia untuk support menyupport Jae"

"liat gue sama Ren sampe sekarang berteman meskipun dia udah nikah" Ren itu mantan Brian yang pernah aku ceritakan di atas.

"tapi gue benar-benar gabisa saat ini Bri" Jae kembali mengusap wajahnya

"gapapa semua butuh waktu Jae" kata Brian

"everything will be okay Jae" kataku mengambil peran dalam obrolan ini

Dia mengangkat kepalamu dan menatap ku setelah aku mengatakan hal tesebut

"thanks ca, sorry malah jadi curhat"

"no, you deserve it Jae" kataku, Brian pun mengangguk tanda setuju dengan ucapan ku

"kalo butuh support gue dan ica ada kok Je, toh kita sekantor ini" kata Brian.

Sebenarnya aku agak keberatan dengan perkataan Brian karena aku tidak mau terlalu jauh masuk dalam kehidupan Jae, aku juga masih memiliki banyak masalah dan tentu aku sendiri pun butuh support. Aku hanya memberontak dalam hatiku saat ini, tidak mungkin kan aku mengatakan itu. Bisa-bisa Jae malah memecat ku hahahaha

"thanks ya, harus nya dari awal gue akbrab sama lo berdua, ga cuma lo doang Bri" katanya lalu tersenyum. Akupun ikutan tersenyum

Ternyata dibalik wajahnya yang menurutku tampan ini, dia menyimpan banyak masalah. Aku memang tidak pernah mengobrol dengannya selain pekerjaan kantor, jadi maaf kalau sampai saat ini aku masih canggung dengan mu Jae, karena aku selalu menganggap dia adalah bos ku. Dan memang benar Jae adalah bos ku.

***

Semua staf, aku, Brian dan Jae sudah berada di sebuah kafe yang berada di roftoop tempat penginapan kami. Susasananya meriah, oh iya ada MC juga sebagai pemandu untuk berjalan nyacara kita ini. Tawa ria terlihat dari semua wajah staff yang aku tidak hafal nama mereka satu-satu. Sang MC memimpin acara ini dengan sangat baik karena semua orang yang ada disini terlihat bahagia termasuk Jae. Acara inti sudah lewat sekarang masuk ke acara hiburan. Banyak persembahan dari staff seperti menyanyi dan menari, wahh mereka kreatif sekali ya bisa menyiapkan ini semua

Dan sekarang aku sedang menikmati suara Jae dan Brian yang sedang berada diatas panggung. Aku baru tahu kalau suara Jae ternyata sangat merdu dan aku bahkan kaget seorang Jae bisa main gitar. Brian memamainkan kajon, aku tahu dia mungkin belajar dari Dandi. Penampilan mereka sangat-sangat menghibur harus kuakui. Mereka membawa dua lagu dari One Direction, aku sangat suka mereka. Aku melihat Jae dan Brian turun dari panggung. Semua orang menepuk tangan saat kalian mengakhiri mini konser kalian, dan termasuk aku. aku beretepuk tangan dengan sangat keras hahaha. mereka berdua hebat bisa membuat suasana menjadi semeriah ini, terlihat Jelas dari wajah staff bahwa mereka bangga memiliki atasan seperti Jae.

Jae dan Brian menghampiri ku, dan terlihat Brian sedang menelefon seseorang, Jae langsung mengambil kursi disamping ku yang semula itu adalah kursi Brian.

"wahh yang tadi keren loh" puji ku

"aahh itu iseng-iseng aja kok" kata Jae mengelak, aku tahu dia juga pasti sadar bahwa penampilan kaian malam ini sangat keren.

"eh Ca, Je gue ijin dulu ya" Brian menepuk pundak ku yang membuat aku menoleh kearahnya

"eh mau kemana?" tanyaku

"itu tante Ida nyuruh aku main kerumahnya" tante Ida itu tante nya Brian yang tinggal di Jogja, dia sangat dekat dengan nya karena pas SMP Brian pindah sekolah ke Jogja dan tinggal di rumah tante Ida

"urgent Bri?" tanya Jae

"engga sih Jae, tapi mau kapan lagi kan mumpung disini, besok siang kita dah balik"

"berati nginep disana dong Bri?" tanya ku sedih

"iyaaa, selo ada Jae" kata Brian sambil mengusap kepalaku

Jae hanya mengangguk, lalu aku senyum kearah Brian

"hati-hati" kataku sedikit berteriak kearah Brian yang sudah agak jauh. Brian mengajungkan Jempol dan tersenyum.

Tinggal lah aku dan Jae di hiruk pikuk ini, Jae meminum minumannya. Aku sebenarnya akward banget dengan keadaan seperti ini. Hmmm aku ngapain ya? Acara juga sudah selesai tinggal beberapa Satf yang masih karaokean di depan

"caa mau jalan-jalan ga?" tawar Jae akhirnya

"ha? Mau kemana ya?" tanyaku, aku juga bingung akan kemana dengannya karena jujur saja aku sedikit lelah karena habis nangis semalem. Mengingat kejadian semalam aku tersenyum pahit, aku jadi males kalau harus balik buru-buru ke kamar. Takut aku akan nangis lagi sepanjang malam. Lalu aku bangkit dari kursi ku

"ayo ke cafe kemarin aja yuk, yang jualan soju" tawarku

"ohh mau minum? Yauda ayo"

Akhirnya aku memberanikan diri untuk tidak canggung dengannya.

Pokoknya malam ini aku harus melupakan kejadian semalem, aku tidak mau menangis dan terlihat menyedihkan. Aku harus bangkit


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C9
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen