App herunterladen
76.74% BUKAN SALAHNYA CINTA : Cintaku di Ujung Senja / Chapter 33: KEBAHAGIAAN HASTA

Kapitel 33: KEBAHAGIAAN HASTA

"Akkkhhhh... akkhhh, Mas...aku sudah tidak kuat Mas." ucap Hanin dengan tubuhnya yang semakin menegang ingin segera di masuki batang milik Hasta yang sudah mengeras.

"Hanin aku juga sudah tak tahan lagi, aku sangat menginginkanmu..Assshhh." bisik Hasta menatap sendu wajah Hanin dengan batang miliknya yang sudah berdiri dan mengeras.

"Cepat, teruskan Mas...ouuchhh, aku sudah tidak tahan lagi Mas." jawab Hanin semakin memeluk erat pinggang Hasta berharap Hasta segera melakukannya.

"Ya Hanin," ucap Hasta dengan hasrat yang sudah tidak bisa di tahannya lagi, Hasta kembali bersiap-siap memasukkan batang miliknya pada lubang milik Hanin.

Sambil mengulum lembut lidah Hanin, Hasta mengarahkan batang miliknya pada lubang intim milik Hanin yang sudah menunggu untuk di masukinya.

"Aakkkhhh...akkkkhhh....akkkhhh Haninnn... akkhhh!!" lenguh Hasta menenggelamkan batang miliknya pada lubang intim milik Hanin yang sudah basah.

"Aahhhkkkk!! akkkhhh.... akkkkhhh... Haniiin." suara Hasta semakin parau, mengerang, kedua matanya setengah terpejam merasakan kenikmatan yang luar biasa saat batang miliknya berada dalam jepitan lubang milik Hanin.

"Masss...., tekan lebih dalam Mas, Akkhhhhh," desah Hanin dengan tubuh mengejang.

"Aahhhh...Aaahhh...aku tekan keras Hanin," Bisik Hasta seraya menggoyangkan pinggulnya dengan pelan.

"Aakkkhhh!! Akhhh!!! sakit Mas!!" teriak Hanin saat Hasta menenggelamkan batang miliknya lebih dalam.

"Aaahhh... Hanin maafkan aku, aku akan melakukannya dengan pelan Nin." Rintih Hasta dengan bibir terbuka.

Hasta memagut dan mengulum lembut lidah Hanin seirama dengan batang miliknya naik turun bermain di lubang intim milik Hanin kemudian menghujamkan batang miliknya menerobos masuk ke selaput dinding rahim Hanin.

"Aaakkhhh... Akkhhhh!! Mas!! tekan lagi Mas! Akkhhhhhhh!!!" teriak Hanin mencengkram kedua bahu Hasta. Hasta menghentikan sejenak gerakkannya dan menarik pelan batang miliknya. Ada setetes darah perawan milik Hanin menetes di tempat tidur. Sesaat kemudian Hasta melanjutkan kembali memasukkan batang miliknya dan menggoyangkannya naik turun hingga Hanin sudah tidak bisa menahan hasratnya lagi.

"Akkhhhhh....Akhhhh....Mas... aku sudah tidak kuat lagi, tekan lebih dalam Mas...Akkhhhh," pinta Hanin dengan tubuh semakin menegang dan suara mengerang.

"Aku juga Nin, aku sudah tidak tahan lagi! kita keluarkan sama-sama Nin." bisik Hasta di telinga Hanin sambil menggoyangkan pinggulnya.

Dengan kekuatan penuh Hasta menggoyangkan pinggulnya dengan lebih keras naik turun hingga berkali-kali terdengar desahan suara Hanin yang benar-benar menikmati surga dunia yang diberikan Hasta padanya, hingga detik-detik terakhir Hasta menenggelamkan penuh batang miliknya ke dalam lubang intim milik Hanin.

"Aakkkhh!! Akkkhhh! Akkhhh..Akkhhh...Akkhhh Hanin...Hanin..aku mencintaimu Akkhhhhhhh," teriak Hasta menekan dalam batang miliknya saat pada puncaknya.

"Akkkhhhh... Akkhhh... Akkhhhhhhh, aku juga mencintaimu Mas.. Asshhhhh...." Desah Hanin terdengar begitu indah di telinga Hasta.

Dalam kesunyian malam suara Hasta dan Hanin terdengar bersamaan seiring tubuh mereka menyatu menjadi satu dengan posisi saling menindih.

****

Perlahan Hanin membuka matanya saat embun pagi menerobos masuk di sela-sela jendela kamarnya.

Hawa dingin masih menyergap kulit tubuhnya. Sejenak Hanin melihat ke wajah Hasta yang mulai terganggu dengan hawa dingin yang masuk ke dalam kamar.

Dengan penuh perhatian Hanin menyelimuti tubuh Hasta sampai pada batas lehernya.

Hasta sedikit menggerakkan tubuhnya saat merasakan tubuhnya tertutup selimut dengan rapat.

"Sssttt..." Hanin membelai rambut Hasta agar Hasta tertidur kembali.

Namun dengan belaian Hanin yang Hasta rasakan malah membuat Hasta terbangun dan tidak bisa tidur lagi.

Perlahan kedua mata Hasta terbuka, di lihatnya Hanin menatap dirinya dengan posisi berbaring miring di sampingnya.

"Terima kasih sudah menyelimutiku Nin." ucap Hasta dengan dengan wajah sedikit merah. Ini sudah hari kedua pernikahannya dengan Hanin, tapi masih saja rasa gugup menguasai hatinya.

"Kenapa harus terima kasih Mas, tidak ada kata terima kasih atau minta maaf bagi suami istri." ucap Hanin dengan tersenyum.

"Aku berharap kamu tidak akan pernah bosan memperhatikan aku seperti ini Nin. Mungkin aku akan selalu merepotkan kamu." ucap Hasta dengan tatapan penuh.

"Tidak akan pernah bosan Mas. Mulai sekarang aku akan menjagamu dengan baik." ucap Hanin berusaha tenang setelah memenuhi kewajibannya sebagai istri Hasta.

"Aku sangat bahagia mendengarnya." ucap Hasta tidak bisa berkata-kata lagi selain menatap penuh wajah cantik Hanin.

"Apa kamu mau kita jalan-jalan di taman di depan Mas?" ucap Hanin ingin mengajak Hasta menikmati suasana pagi di taman depan yang sudah penuh dengan bunga.

Hasta menganggukkan kepalanya kemudian bangun dari tidurnya dan duduk di pinggir tempat tidur.

"Hanin." panggil Hasta melihat Hanin turun dari tempat tidur dengan memegang area intimnya.

"Tunggu sebentar." ucap Hasta dengan cepat memegang kedua bahu Hanin.

"Apa kamu merasa sakit Hanin?" Tanya Hasta dengan wajah cemas.

Hanin menggelengkan kepalanya dengan tersenyum tidak ingin membuat Hasta cemas akan rasa perih di area intimnya.

"Sungguh?" tanya Hasta memastikan lagi.

"Benar Mas, aku tidak apa-apa. Kenapa kamu selalu mencemaskan aku?" ucap Hanin sambil mengusap wajah tampan Hasta.

"Karena kamu istriku Hanin." ucap Hasta dengan tatapan penuh cinta.

Wajah Hanin memerah dan menundukkan wajahnya merasa malu.

"Terima kasih Mas." ucap Hanin kemudian memberanikan diri mengecup pipi Hasta.

Hasta mengusap pipinya merasa bahagia dengan ciuman yang di berikan untuknya.

Masih dengan perasaan malu Hanin mengambil jaket yang ada di dalam almari dan diberikan pada Hasta agar tidak merasa kedinginan saat di luar.

"Pakailah jaket ini Mas, di luar udara masih dingin aku tidak mau kamu kedinginan di sana." ucap Hanin ikut membantu Hasta memakai jaketnya.

Hati Hasta benar-benar terharu dengan sikap Hanin padanya.

"Terima kasih Nin." ucap Hasta kemudian berjalan keluar kamar di samping Hanin.

Suasana di sini sangat nyaman ya Mas. Aku baru bisa melihatnya hari ini, kalau di sini sangat cocok untuk duduk bersantai." ucap Hanin duduk di bangku panjang sambil menikmati bunga-bunga yang sedang bermekaran.

"Karena kamu terlalu sibuk Hanin, kamu lebih banyak menghabiskan waktumu di sekolah untuk belajar di banding di rumah." ucap Hasta ikut menatap bunga mawar dan melati yang sedang mekar.

"Aku menghabiskan waktuku di sekolah karena di rumah sepi Mas. Waktumu juga habis untuk bekerja di luar sana. Bekerja pagi sampai malam, aku tidak tahu apa yang kamu kerjakan dalam waktu bertahun-tahun itu? apa hal itu tidak membuatmu bosan Mas?" tanya Hanin selama ini dia selalu bertanya dalam hati apa alasan Hasta hingga jarang di rumah.

Hasta menatap Hanin kemudian tersenyum.

"Apa kamu mau bertanya apa alasannya aku melakukan hal itu?" ucap Hasta tak lepas pandangannya pada wajah Hanin.

"Hem... sudah sangat lama aku penasaran akan hal itu Mas. Setiap aku di rumah kamu selalu tidak ada di rumah. Pak Rahmat bilang kamu sedang sibuk bekerja. Di saat malam aku sudah tidur, kamu datang. Pagi-pagi di saat aku bangun kamu sudah berangkat kerja. Sudah berapa tahun hal itu terjadi Mas? dan aku tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi? Apa sekarang kamu bisa menjawabku Mas?" tanya Hanin dengan tatapan penuh.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C33
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen