App herunterladen
20% Bukan Gadis Idaman / Chapter 1: Tak Terduga
Bukan Gadis Idaman Bukan Gadis Idaman original

Bukan Gadis Idaman

Autor: Indah_Sari_2781

© WebNovel

Kapitel 1: Tak Terduga

Hari ini adalah hari yang sungguh menguras emosi. Nirmala mengendarai motornya dengan bercucuran air mata. Bahkan pandangannya tak fokus karena air matanya sebagian menggenang di pelupuk mata. Pipinya sudah basah karena entah sudah berapa lama dia menangis sepanjang jalan. Sesekali dia bergumam menyalahkan diri sendiri.

"Kamu memang bodoh banget Mala, bodoh banget." Ujarnya

Saat ini dia benar-benar merasa kecewa dan terluka. Bagaimana tidak, dia melihat tunangannya sedang bermesraan dengan sahabatnya sendiri. Sunggguh tragis sekali nasibnya, disaat bersamaan dia dihianati tunangan dan sahabatnya sendiri. Siapapun pasti akan sangat terluka dan terpukul jika berada di posisi Mala saat ini. Dia masih menangis tersedu-sedu sambil mengendarai motor maticnya.

Tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara klakson mobil yang begitu memekakkan telinga. Mala kehilangan keseimbangan dan akhirnya banting stir ke kiri dan menabrak sebuah pohon. Mala terpental cukup jauh dan meringis kesakitan. Dia berusaha bangun lalu menghampiri motornya yang terlihat rusak. Dia berjalan tertatih sambil memegangi tangan kirinya. Saat dia terduduk di aspal, ponselnya bergetar. Dia melihat siapa yang menghubungi tetapi membiarkannya saja karena ternyata yang menghubunginya adalah tunangannya. Mala kembali terisak, dia sangat kesakitan saat ini. Bukan karena dia baru saja kecelaan tetapi hatinya jauh lebih kesakitan. Tak berapa lama ada seseorang yang menghampirinya, ada sekitar dua orang. Maklum, jalanan ini memang cukup sepi di malam hari. Mala merasa takut melihat dua orang asing yang mendekatinya. Mala waspada dan bersiap lari jika ternyata orang itu orang jahat. Tetapi syukurlah dugaan Mala salah, dua orang itu terlihat orang baik.

"Mbak nggak papa?" tanya pria berjaket hitam.

"Mbak habis jatuh ya?" tanya pria berkemeja navy.

"I...iya, saya jatuh tapi nggak papa kok Mas."

Kedua pria itu membantu Mala mengambil motornya dan mencoba menyalakannya. Saat ini Mala terlihat sangat kacau, bajunya sobek dan hijabnya sudah tak karuan. Apalagi wajah Mala yang terlihat sangat sembab karena terlalu lama menangis. Dua orang pria ini melihat Mala dan merasa kasihan.

"Apa Mbak bisa pulang sendiri?" tanya pria berjaket hitam.

"Bisa, saya bisa pulang sendiri. Terima kasih sudah membantu saya." Ujar Mala

Terlihat dua orang pria itu berdiskusi sebelum akhirnya bersuara.

"Sebaiknya saya mengantar Mbak pulang, ini sudah malam tidak baik jika seorang perempuan pulang sendiri. Apalagi kondisi Mbak terlihat tidak baik. Mala terdiam, dia mengamati penampilannya. Memang benar dia terlihat sangat kacau, apalagi ketika dia menyadari telah robek. Dia menghela napas panjang dan berusaha menutupi bajunya yang sobek dibagian lengan sebelah kiri. Dia ragu untuk menerima bantuan pria ini tetapi saat ini dia memang membutuhkan bantuan. Setelah berpikir dia akhirnya menerima tawaran pria di depannya ini.

"Kalau begitu biar motor Mbak teman saya yang bawa ke bengkel. Mbak bisa memberikan alamat rumah Mbak, biar kalau motornya sudah selesai diperbaiki bisa diantar ke rumah Mbak."

"Apa tidak merepotkan? Saya bisa meminta teman saya untuk mengambil motor saya."

"Tidak apa-apa, kami senang bisa membantu."

Mala menerima tawaran itu meski hatinya masih sedikit was-was. Tak berapa lama ada mobil pick up datang. Mala heran karena mobil yang datang adalah mobil polisi. Beberapa orang datang dan langsung menaikkan motor Mala. Pria berkemeja Navy langsung pamit pada Mala dan Pria berjaket hitam.

"Mbak saya bawa dulu motornya, jangan khawatir saya orang baik. Oh iya nama saya Dani, saya seorang polisi di Polres sini."

"Ooo.oh iya Pak Dani, maaf merepotkan. Saya Nirmala."

"Nggak papa Mbak, kalau begitu saya pamit. Tar, jagain Mbaknya, aku pergi dulu."

Mala dan Pria yang dipanggil Tar itu mengangguk. Saat ini hanya tersisa Nirmala dan Bumantara. Mereka berdua saling diam, sampai akhirnya Tara membuka suara.

"Mari Mbak saya antar pulang." Ujar Tara

Mala mengikuti Tara dan masuk ke mobilnya. Di dalam mobil Tara memerhatikan Mala sampai dia melepaskan jaketnya untuk diberikan pada Mala. Mala sangat sungkan tetapi pada akhirnya menerima jaket dari Tara karena dia merasa risih melihat bajunya yang robek. Tara juga memberikan tisu untuk membersihkan wajah Mala yang berantakan.

"Maaf Mbak, kalau tidak salah nama mbak Nirmala ya?"

"Iya," jawab Mala singkat, Mala merasa malu karena penampilannya sungguh memalukan saat ini. Tara mengangguk-angguk.

"Rumah Mbak di mana?"

Mala menjelaskan di mana rumahnya. Setelah itu tak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Sampai akhirnya mereka tiba di rumah Mala.

"Terima kasih Pak, eh Mas...." ujar Mala menggantung karena baru sadar kalau dia belum tahu nama pria yang menolongnya ini.

"Bumantara, Mbak bisa panggil saya Tara."

"Oh iya, makasih Pak Tara sudah mengantar saya pulang. Tolong sampaikan ucapan terima kasih saya juga pada Pak Doni."

"Baik, kalau begitu saya pamit."

Tiba-tiba ibu Mala datang dan panik melihat putrinya dengan kondisi yang memprihatinkan. Ibu Mala sangat khawatir.

"Nak kamu kenapa?"

"Nanti Mala ceritain ya Bu!"

Ibu Mala mengangguk, tiba-tiba ibu Mala melihat Tara di samping Mala. Tara segera menyalami ibu Tara dan memperkenalkan diri. Mala juga bilang kalau Tara dan temannya yang menolongnya ketika dia jatuh. Ibu Mala sangat berterima kasih dan meminta Tara untuk masuk ke dalam. Tara yang tak bisa menolak ajakan ibu Mala akhirnya masuk ke dalam. Ibu Mala langsung meluncur ke dapur untuk membuatkan minuman dan membawakan camilan untuk Tara. Sedangkan Tara dan Mala berada di ruang tamu. Setelah minuman siap, ibu Mala menghampiri mereka di ruang tamu dan mempersilakan Tara untuk mencicipi. Setelahnya ibu Mala mengambil kotak obat untuk mengobati Mala. Ternyata luka di tubuh Mala akibat kecelakaan tunggal tadi cukup banyak. Beberapa bagian tubuhnya memar dan lecet, bahkan tangan kiri Mala seperinya terkilir.

"Besok kita ke rumah sakit saja ya Nak, ibu takut tangan kirimu kenapa-napa."

Mala mengangguk, dia juga sebenarnya merasa malu pada Tara tetapi bagaimana lagi.

"Ayah di mana Bu?" tanya Mala.

"Ayahmu sedang dinas ke luar kota, katanya dua minggu di sana. Apa perlu ibu minta ayahmu pulang?"

Mala menggeleng, bagaimana jadinya jika ayahnya tahu masalah ini. Pastinya Rangga akan habis ditangan ayah. Jadi untuk sementara waktu cukup ibunya saja yang tahu masalahnya dengan Rangga.

"Nak Tara, terima kasih sudah menolong putri ibu."

"Iya Bu, kalau begitu saya pamit karena hari sudah malam. Mbak Mala semoga cepat sembuh."

Mala mengangguk, Tara berjalan ke depan diantar ibu Mala. Setelah Tara pulang, Mala bercerita kepada ibunya mengenai kejadian yang dia alami malam ini. Mala menceritakan semuanya, termasuk mengenai Rangga dan Tiara.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C1
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen