App herunterladen
50% Bukan Benci Jadi Cinta / Chapter 7: Tuan Putrinya Ikram

Kapitel 7: Tuan Putrinya Ikram

" mau kemana tuan putri?" tanya Ikram pada Rere yang tampak cantik hari ini dengan pakaian gaun berwarna mint

" ihh apaan sih loe.. justru gue risih tau pakaian kayak gini. emang loe mau ajak gue kemana sehingga gue harus berpakaian kayak ini?" risihnya sambil mengibas-ibas pakaiannya dihadapan Ikram.

Ikram tersenyum simpul, Rere begitu menggemaskan kalau sedang kesal seperti ini. Ya, waktu libu ini seharusnya Rere memanjakan dirinya di kamar malah diganggu oleh Ikram yang mengajaknya ke nikahan sepupunya. Awalnya Rere menolaknya dan memberikan banyak alasan, namun entah kenapa mama Rita sangat mendukung Rere diajak pergi keluar sore itu. Rere dengan muka cemberut berlalu kamar membawa gaun hadiah dari Ikram sebelumnya.

" uda nanti disana rere harus ngapain?" tanya Rere dengan rasa khawatir dalam dirinya.

" Rere cuma berada disamping uda aja kemana pun uda pergi." balas Ikram.

" uda ke toilet sekalipun?" tanyanya dengan polos.

Dibalas anggukan senang oleh Ikram, Rere menyunggingkan bibir atasnya. lalu berkata, " apaan dah mesum banget jadi orang!"

" uda hanya bercanda santai..." ucap Ikram dengan santai sambil menyetir mobilnya.

Rere melirik ke arah jalan, baru kali ini Rere diajak pergi ke pesta bersama dengan seorang kekasih hati. Apakah penampilannya saat ini sudah berhasil memikat hati banyak orang disana? apakah orangtua Ikram akan suka melihat Rere disana?

Sesampainya di lobby hotel, Ikram menitipkan mobilnya pada salah satu petugas hotel disana. Ikram mebukakan pintu Rere dan meminta rere menggenggam tangannya. Rere melakukan itu dengan baik walau saat ini hatinya berkecamuk dan khawatir.

Hotel bintang lima yang terkenal megah dikota Padang memiliki arsitektur yang unik dan berbeda dari hotel-hotel bintang lima yang lain. Rere yang baru kali ini datang ke tempat ini terkesima melihat segala yang ada didalam hotel tersebut sampai pada Rere di tempat acara pernikahan itu. Banyak para tetamu yang datang dengan sukacita. Mereka semua berasal dari kalangan atas dapat dilihat dari pakaian yang mereka pakai dan aksesoris yang mereka kenakan. Sangat mewah dan mahal.

" re, kenalin ini Agnes sepupu tertua gue." ucap Ikram pada Rere.

" Rere kak," sapanya dengan senyum manisnya pada Agnes.

" Agnes.. salam kenal ya re. cantik banget cewek loe Ikram." goda Agnes sehingga membuat keduanya menjadi malu.

" kak mama papa mana?" tanya Ikram pada Agnes.

" Tuh disana sama rekan bisnis mereka." tunjuk Agnes lalu Ikram menggandeng tangan Rere menuju ke orangtuanya.

" ma, pa kenalin ini Rere." sahut Ikram dengan rasa takut pada kedua orangtuanya.

Mama Bella dan Papa Raditya saling menatap satu sama lain. Mama Bella seolah memberikan isyarat kepada Papa Raditya.

" ohh yaa... halo rere, saya bapaknya Ikram dan ini sebelah saya mamanya Ikram, tante bella." ucap Papa Raditya.

" iya om tante, salam kenal.." balas Rere sambil menyalami Papa Raditya dan ketika ia mau menyalami Mamanya Ikram ditepis begitu saja. Ikram yang melihat itu hanya menatap penuh amarah kepada mamanya. Mungkin jika dirumah, mereka berdua sudah perang mulut seperti sebelum-belumnya.

" ikram ajak rere makan ya disana." ajak Papa Raditya mencoba mengalihkan.

" baik om tante, saya kesana dulu." pamit Rere dengan grogi dan kikuknya, ia berjalan mengikuti Ikram dari belakang.

" dek.. maaf ya soal mama uda tadi." ucap Ikram dengan pelan.

" apa uda?" tanya Rere karena meriuhnya suasana disana saat itu.

" maaf uda karena persoalan mama uda tadi." balasnya dengan suara yang lantang.

" ooo yayaya enggak apa-apa santai saja." balas Rere kemudian mengambil beberapa cemilan cokelat yang dia suka.

" tuan putri banyak sekali coklatnya, enggak takut gemuk?" tanya Ikram dengan menggodanya.

" enggak ngapain takut toh uda tetap sayang kan?" balasnya menggoda Ikram balik.

" tentulah, seperti apapun bentuk tuan putri nanti uda akan tetap sayang kok." jawabnya tanpa berpikir panjang.

Tentang semua yang ia takuti saat ini adalah restu, mungkin bagi Rere bukan hal yang sulit dalam mendapatkan sebuah restu. Tapi setelah ia mendalami perannya sebagai kekasih Ikram, ia menjadi tahu arti sebuah restu dan memang tidak semudah itu keluarga dari pasangan kita akan menyukai kita. Rere terus berpikir tentang cara tante Bella dalam menyambut tangannya sangat tidak ramah dan tidak sopan. Apakah semua pebisnis seperti itu? tapi Om Raditya tidak begitu.

" dek.. yang dipelaminan itu sepupu uda yang perempuannya." ucap Ikram sambil menunjuk dan menatap Rere.

" ah yaaya uda.." balas Rere seadanya.

" Re, marahkah sama mama uda tadi?" tanya Ikram terlihat merasa bersalah.

" apa? tidak? rere tidak pernah marah dengan orang yang lebih tua." sanggahnya.

" beruntung sekali uda punya kekasih bernama Rere ini." puji Ikram padanya.

Wajah Rere Kembali berseri hanya karena bualan kosong Ikram saja. Mereka berdua sama-sama cinta pertama, Rere yang belum pernah pacaran begitu juga dengan Ikram. Jadi, saat ini pacaran mereka layaknya anak sekolahan yang saling melempar bualan-bualan kosong semata.

**

" makasih ya uda untuk waktunya." ucap Rere dengan tulus.

" iya sama-sama sayang. makasih juga sudah mau menemani uda dan berdandan cantik hari ini." balasnya dengan memuji Rere, sehingga membuat jantungnya saat ini kembang kempis.

Rere pun turun dari mobil Ikram. Ia melambaikan tangannya sampai Mobil ikram benar-benar hilang dari pelupuk matanya. Amel sedari tadi menunggu kakaknya dibalik pintu.

" kakakakk..." panggilnya dengan riang lalu memeluk rere.

" ya ampun.... adekkk"balasnya membalas pelukan Amel.

" kakak napa lama ulangnya,, mel kila kak dak ulang-ulang." ucapnya dengan kata yang masih cadel dan terbata-bata.

" maaf ya tadi pestanya lama banget dan kakak segan sekali kalau duluan pulang." jawab Rere berusaha menenangkan hati Amel yang risau.

" kakak angan egi lagi ya.. cukup papa ja yang elgi tinggal mel." sahutnya dengan beriba hati.

Rere mengelus rambut Amel yang lurus, ia memeluk adek semata wayangnya itu.

" amel jangan bicara kayak gitu ya, papa pergi lama karena tuntutan pekerjaan bukan bermaksud meninggalkan Amel lama-lama." balas Rere mencoba menasehati adiknya.

" udah pulang ya kak?" tanya mama Rita.

" belum ma ini masih di rawa-rawa." candanya pada mamanya.

Mama Rita tersenyum manis, kemudian membalas " mama baru siap masak ayam rica-rica dan sayur tumis kangkung. yuk makan!"

" Rere sudah kenyang ma, besok aja." balasnya menolak.

" ya sudah ganti bajumu sana, bersih-bersih dan jangan lupa shalat. Amel, ayo makan temani mama." ucap Mama Rita sambil menggandeng tangan amel yang kecil dan mungil.

Ikram : sayang, aku sudah nyampe dirumah ya. kamu sudah ganti baju?

Rere : sudah dong. ya sudah tidur sana. jangan chattan terus.

Ikram : iya deh iya, good night my princess.

Rere : good night my prince.

***

plak!!

" sudah mama ingatkan ya ikram, jangan pernah bawa-bawa gadis tak dikenal dikeluarga kita." bentak mama Bella.

" dia bukan gadis yang tidak dikenal, dia adalah kekasih Ikram ma." balas Ikram membela Rere.

" itu apa? baju gaun yang seharusnya kamu berikan kepada Fiona justru gadis itu yang makai. Hebat kamu sekarang ya!" bentak mama bella lagi.

Ikram daripada melawan apa yang dikatakan Mama Bella, alangkah baiknya dia diam. Mama bella selalu begitu mengira apa yang dia katakan itu benar sedangkan apa yang oranglain katakan itu salah.

***


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C7
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen