'Kamu pikir ada cowok baik-baik yang mau sama cewek kayak kamu?'
'Nggak ada.'
'Nggak bakal ada.'
'Selamanya, cuma aku orangnya.'
Perkataan Bara di masa lalu yang seharusnya tidak perlu Kirana ingat justru terus berputar seperti kaset rusak. Kalimat yang sama terdengar berulang kali hingga kepalanya semakin pening. Dadanya juga terasa sesak karena dia bahkan bingung apakah dirinya masih bernapas atau tidak.
'Kamu pikir ada cowok baik-baik yang mau sama cewek kayak kamu?'
'Nggak ada.'
'Nggak bakal ada.'
'Selamanya, cuma aku orangnya....'
Suara Bara yang telah menjelma mantra kutukan itu terdengar memudar, tapi bukan berarti Kirana merasa lebih baik. Dia justru mendengar suara tawa orang-orang yang seolah sangat bahagia bisa menghinanya tanpa ampun.
'Perempuan kotor!'
'Dasar tidak tahu malu!'
'Kalau aku jadi dia, rasanya lebih baik mati saja!'
'Tidak ada yang menginginkanmu!'
'Sok suci!'