App herunterladen
8.38% Bonoki / Chapter 13: Permintaan

Kapitel 13: Permintaan

Kuntilanak itu mulai memakan, dua kepala pasukan sempat bertarung dengannya. Gigi taringnya yang mengerikan, melahap dua kepala dengan sangat rakus. Kemudian, aura hitam pada tubuhnya semakin terpancar kuat. Daster yang dia kenakan berubah menjadi merah. Rambut hitam berubah menjadi putih dan kulitnya bersisik hijau terlihat seperti reptile. Sepasang mata hitam, membuat siapa pun melihatnya bergidik ngeri.

"Hi.hi.hi! Datanglah padaku, pasukan kerajaan sialan! Aku akan mencabik-cabik kalian semua!" ancam kuntilanak itu kepada para pasukan terus berdatangan.

"Dasar iblis, serang dia!" perintah siluman buaya putih kepada para bawahannya.

Adu cakar dan bilah pedang tak terhindarkan. Dua cahaya saling beradu, tetesan darah serta teriakan menjadi saksi brutalnya makhluk itu membantai para pasukan. Setiap kali kuntilanak itu melahap pasukan, aura hitam terpancar pada tubuhnya semakin kuat. Kini, makhluk itu melayang di atas langit seorang diri. Seluruh dataran, dipenuhi oleh darah. Puluhan hantu dan makhluk lainnya, bersembunyi berbagai tempat.

Mereka sangat ketakutan, melihat sosok itu meneror seisi Ibukota. Sementara itu, sosok gadis cantik duduk manis di singgahsananya. Gadis tersebut, mengenakan mahkota kecil emas, mengenakan baju ala dayang merah dan samping batik. Di samping singgah sananya, terdapat dua pengawal manusia bertelinga runcing dan siluman buaya putih. Kedua pengawal memegang tombak dan tameng besi.

Seorang gadis bertelinga runcing, masuk ke dalam ruang singgahsana Sang Ratu. Wajahnya tampak panik, seperti melihat sesuatu yang sangat mengerikan. Kemudian, gadis itu berjalan di atas karpet merah lalu berlutut di hadapan Sang Ratu.

"Sampurasun, Gusti Ratu Kirana Pramaswaran," ujar gadis itu sambil berlutut.

"Ada apa, wahai Patih Mila?"

"Ibukota Cendereng diserang."

"Apa? Di serang?! Kerajaan mana berani menyerang wilayahku?! Katakan, berapa musuh yang menyerang?!" tanya Sang Ratu dengan penuh amarah.

"Satu, Gusti."

"Hah? Satu?!"

"Iya, Gusti. Seorang wanita dari ras Kuntilanak, menyerang para warga dan menghancurkan sebagian ibukota. Selain itu, dia memakan banyak sekali warga dan prajurit kita mentah-mentah," jawabnya memberikan laporan.

"Aneh sekali," gumamnya tertunduk serius. "Aku akan kesana, cepat siapkan pasukan!" perintah Kirana.

"Baik, Gusti Ratu."

Sang Ratu bersama orang kepercayaannya, berjalan menuju barak tentara untuk memimpin pasukan. Sementara itu, potongan tubuh tergeletak di atas tanah. Aroma busuk, mulai tercium walau dari kejauhan tempat Juliet bersembunyi. Entah makhluk apa itu sebenarnya. Yang Jelas, makhluk itu telah membunuh banyak makhluk di dunia ini.

Juliet, bersembunyi dibalik semak belukar dengan sangat ketakutan. Betapa mengejutkannya Juliet, ketika makhluk itu melirik ke arahnya. Dalam sekejap, makhluk itu menghilang.

"Lompat!" perintah Zegas.

Spontal Juliet melompat ke depan, tidak disangka makhluk itu berada di belakangnya. Mulutnya mulai terbuka, perlahan butiran cahaya merah dan hitam masuk ke dalam mulutnya. Sinar itu tiba-tiba melesat cepat dan hendak mengenainya. Kalung kujang miliknya, tib-tiba mengeluarkan cahaya emas. Juliet melihat, dua sinar merah dan emas melaju sangat lamabat. Sinar emas membentuk sebuah prisai, sedangkan sinar merah melaju sangat lambat.

Boom!

Terjadi ledakkan membuat Juliet terpental cukup jauh. Makhluk itu melesat cepat bagaikan kilat dan hendak mencincang tubuhnya dengan kuku-kukunya yang tajam. Insting mulai berdengung dalam dirinya. Juliet langsung membungkuk ke belakang, menghindari serangannya. Sontak Zegas, Liva dan Selina sangat terkejut melihat tuan baru mereka menghindar.

Mereka saling berpandangan lalu raut wajah mereka, berubah menjadi sangat senang. Kemudian, Juliet berlari sangat kencang menghidari kejaran makhluk itu. Pemuda itu menangis layaknya bayi seiring dengan langkah kakinya.

"Tolong!" teriak Juliet sambil menangis.

"Tuan, jika begini terus kuntilanak itu bisa membunuh tuan kapan saja!" kata Selina memperingatkan.

Belum sempat menjawab, tidak disangka sebuah batu membuat kakinya tersandung. Dia pun tersungkur di atas tanah sembari merintih kesakitan. Ketika dia melirik ke belakang, kuntilanak itu sudah berada di hadapannya. Tubuh Juliet bergetar hebat, kedua matanya tidak berkedip. Mulut kuntilanak itu terbuka sangat lebar. Terlihat, taring-taringnya yang tajam dan air liur beraroma busuk.

Kedua tangannya, menusuk ke arah wajah Juliet namun entah mengapa pergerakan tangannya sangat lambat. Juliet dengan mudah menghindarinya lalu dia pun bangkit. Perlahan dia mengepalkan tangan kanannya. Tanpa Juliet sadari, kepalan tangannya mengeluarkan cahaya dan petir berwarna jingga. Kemudian, dia memukul wajahnya hingga terpental cukup jauh. Setelah itu Juliet duduk dengan lemas.

"Hah, tadi itu seperti mimpi saja," gumamnya sembari tertunduk lemas.

"Apa yang tuan katakan. Dunia ini bukanlah...," belum sempat melanjutkan perkataannya, Mulut Liva langsung disumpal oleh tangan Zegas dan Selina membuat Liva terkejut.

"Tuan benar, dunia ini hanyalah mimpi!" seru Selina.

"Tidak ada kuntilanak atau hal menyeramkan lainnya. Semua ini hanyalah imajinasi tuan!" sambung Liva.

"Benarkah? Rasanya, apa yang terjadi di sini seperti nyata," timbalnya tidak yakin.

"Benar tuanku. Di dunia ini, anda adalah seorang pahlawan! Jika ini dunia nyata, mana mungkin anda bisa menghindari serangan seperti itu? Dan apa yang tuan rasakan, semua itu murni karena kinerja otak," jawab Zegas berusaha meyakinkan.

Juliet terdiam memikirkan apa yang dikatakan oleh mereka bertiga. Perkataan Zegas memanglah benar. semua telah dirinya alami berikut dengan pertemuan mereka bertiga hanyalah imajinasi belaka. Mimpi super hero telah dia nanti semenjak kecil menjadi kenyataan. Perlahan Juliet bangkit, kedua tangannya mengepal sambil tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang putih. Sorot matanya menatap ke depan dengan penuh percaya diri.

"Iya, dunia ini adalah mimpi!" seru Juliet lalu dia menunjuk ke arah makhluk itu sedang mendekat. "Kuntilanak jelek! Sebentar lagi, kau akan merasakan kekuatanku yang sebenarnya!" sentaknya membuat gema keseluruh arah.

Kalung kujang itu bersinar sangat terang. Seluruh energi di dalam kalung itu mengalir ke dalam tubuhnya. Tubuh Juliet, mengeluarkan sinar senja yang sangat terang. Zegas, Selina dan Liva tidak menyangka bahwa tipuan kecil telah berhasil menipunya.

"Tuanku memang hebat! Sekarang, tuan cukup ikuti perintah kami untuk membinasahkannya," kata Zegas.

"Ok!"

Tubuhnya semakin bersinar, pupil matanya perlahan berubah menjadi seekor harimau. Cahaya jingga terpancar pada tubuhnya telah menembus awan. Kemudian dia berlari sangat cepat mendekati musuhnya. Belum sempat kuntilanak itu menebas, Juliet menarik tangan kanannya. Lengan kanannya membentang ke atas. Perlahan cahaya pada lengannya, membentuk bilah pedang sangat tajam.

Jari-jari dirapatkan, tangan kirinya mencengkram kuat lengan lawannya. Sekali tebas, lengan kanan kuntilanak itu terputus. Kuntilanak itu meraung-raung kesakitan, mulutnya dihantam oleh tinjunya hingga kepala kuntilanak itu hancur. Dalam waktu beberapa detik, kepalanya kembali utuh lalu Juliet melompat ke belakang.

"Tuan, gunakan jurus tangan seribu!" perintah Zegas.

"Bagaimana caranya?"

"Tempelkan telapak tangan, pada pundak sebelah kiri anda lalu konsentrasi dan bayangkan ribuan tinju menghantam tubuhnya," jawab Zegas.

Juliet menyentuh pundak kiri sambil berkonsentrasi. Puluhan lingkaran sihir, muncul di hadapan kuntilanak itu. Puluhan kepalan tangan cahaya, menghantam seluruh tubuhnya dengan brutal. Pukulan yang sangat cepat, membuat kuntilanak itu tidak bisa bergerak. Teringat animasi Naruto, Juliet mengangkat tangan kanannya ke langit. Langit mulai bergemuruh, Kirana beserta bala pasukannya baru saja tiba. Kirana tidak berkedip, ketika melihat seorang manusia yang dia kenal berdiri dengan penuh cahaya.

"Juliet?" ujar Sang Ratu tidak percaya dengan apa yang dirinya lihat.

Sinar senja semakin terpancar pada tubuhnya. Sorot mata harimau, mengeluarkan cahaya kuning keemasan. Kilatan cahaya, mulai terlihat di langit malam membuat seluruh makhluk terdiam.

"Kirin!" teriak Juliet sembari menghentakkan tangannya ke tanah.

Sosok naga petir turun dari langit, naga petir raksasa itu langsung menggigit dan menghanguskan tubuh lawannya hingga gosong. Seluruh makhluk bersorak kepadanya, namun sorak mereka terhenti ketika melihat kuntilanak itu bangkit kembali. Aura hitam penuh dengan kilatan hitam yang sangat mengerikan.

Kemudian, dia melesat cepat dan berhasil mencakar tubuhnya hingga berlumuran darah. Darah mulai menetes, Juliet merasakan panas sekaligus sakit yang luar biasa. Dia memegang bagian yang luka dengan tangan kanannya. Betapa terkejutnya Juliet, melihat kuntilanak itu hendak menebas lehernya. Beruntung, Juliet berhasil menghindar dengan melompat ke belakang.

"Hi.hi.hi!" tawa menggema seiring melayangnya di udara.

"Gawat, makhluk itu sulit diserang jika terus menerus berada di langit," kata Juliet.

"Tuan bisa mengalahkannya, bayangkan saja baji zirah atau apapun dapat membawa tuan melayang di udara," kata Selina.

"Benarkah? Terdengar mustahil," balas Juliet.

"Tuan lupa? Tuan sekarang berada di dunia mimpi," kata Zegas.

"Kalian benar!" timbal Juliet dengan penuh percaya diri.

"Pejamkan mata tuan, konsentrasi dan bayangkan sesuatu membuat tuan melesat cepat," kata Selina memberikan instruksi.

Kedua mata Juliet mulai terpejam, perlahan munculah lingkaran sihir pada tempanya berpijak. Butiran cahaya, keluar dari lingkaran sihir tersebut lalu membentuk sepasang sayap besi, jet terpasang pada kedua kaki, baju besi dan helm besi layaknya pasukan mecha. Mata Juliet mulai terbuka seiring ditembaknya kedua meriam laser pada punggungnya.

Kuntilanak itu, terbang cepat menghindari serangan dari Juliet. Kemudian sepasang jet mulai menyala, dia melesat cepat di angkasa mendekati lawannya. Kedua tangannya, perlahan memunculkan sepasang pedang laser. Adu cakar dan pedang tidak terhindarkan, gerakan Juliet yang sangat cepat membuat lawannya kewalahan.

"Rasakan ini!" teriak Liva sambil membentangkan tangannya ke depan.

Munculah puluhan rantai api berhasil melilit tubuh makhluk itu. Juliet melayang di atas angkasa, menatap lawannya sedang merintih kesakitan terlilit oleh rantai api.

"Sekarang!" ucap kompak mereka bertiga kepada Juliet.

Dua pedang bersinar terang, dua jet dan sepasang sayap membaa Juliet melesat cepat mendekati lawannya. Sekali tebas, kuntilanak itu langsung binasa. Kini teror sudah berakhir, seluruh penduduk Ibukota sangat bahagia. Perlahan Juliet mulai mendarat, Kirana beserta warga dan balatentara berjalan mendekatinya.

"Hidup pahlawan kita!" ucap seorang memberikan sorak kegembiraan. "Hidup!"

"Kukira siapa, ternyata kamu Juliet," ujar Kirana sembari tersenyum kepada Juliet.

"Kirana," balas Juliet.

"Terima kasih sudah menyelamatkan Ibukota kerjaanku. Sebagai Ratu Kerjaan Kaliwereng, secara resmi aku akan anugrahi Juliet dengan pahlawan."

"Suatu kehormatan bagi saya, menyandang gelar pahlawan," balasnya sembari berlutut lalu berdiri kembali.

"Gelar pahlawan akan terus berlaku selama kamu berada di wilayah kerajaanku. Setelah kamu, menyandang gelar pahlawan. Kamu, akan mendapatkan perlindungan dari pihak kerjaan hingga tujuh turunan. Terakhir sebagai tanda terima kasihku, izinkan aku berada di sisimu," ujarnya membuat Juliet sedikit terkejut.

"Di sisiku? Memangnya kenapa?" tanya Juliet tersipu malu.

"Kamu lupa? Aku sangat tertarik denganmu Juliet. Melihatmu, rasanya aku ingin selalu berada di sisimu. Aku berjanji akan merawat dan terus menjagamu hingga menemukan jodoh serta jati dirimu. Bagaimana, apa kamu menerima permintaanku?"

Juliet tersenyum, dia berjalan mendekati Sang Ratu jelita. Betapa mengejutkannya Kirana, ketika Juliet mencium keningnya lalu tersenyum seiring terpancarnya pesona ketampanannya membuat siapapun jatuh hati. Semua bersorak, melihat apa yang dilakukan oleh Juliet.

"Tentu dengan senang hati, tolong rawat dan jagalah aku Kirana," balasnya lalu tersenyum manis kepadanya.

Kirana memalingkan wajahnya, dia tersipu malu melihat tindakan mengejutkan dilakukan oleh Juliet. Tubuh Juliet mulai bercahaya, wujudnya perlahan mulai transparan.

"Sudah waktunya, anda kembali ke Dunia anda," kata Liva.

Seluruh tempat mulai bercahaya, tubuh Juliet terasa ringan seperti kapas. Wujudnya mulai menghilang dibalik butiran cahaya. Suara ketukan pintu telah membangunkan tidurnya. Rupan waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Dia terbangun dari tidurnya lalu berjalan keluar kamar.

"Mimpi yang aneh," gumamnya mengknfa mimpinya semalam sembari berjalan masuk ke dapur.


AUTORENGEDANKEN
Tampan_Berani Tampan_Berani

Kita sebagai seorang manusia, belajarlah untuk memegang ucapan sendiri. Pengecualian untuk ucapan seorang ibu, sebab tiga pasal masih berlaku :D

next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C13
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen