"Kenapa lagi.." Tanya nya
"Maurer,beri waktu kami sebentar" Maurer pergi agak menjauh dari mereka tetapi tetap mengawasi mereka
"Kenapa? Katakan pada ku.. Kenapa kau menghindari ku?"
"Tidak, aku tidak menghindari mu"
"Bohong!! Apa masalah mu?"
" Yang seharus nya bertanya adalah aku ,apa masalah mu? Aku ini hanya mainan mu, setelah kau puas kau akan membuang ku. Kalau aku menjauhi mu itu wajar. Kau adalah Devil ,kau selalu kasar pada mainan mu,aku mau menjauhi mu karena aku takut pada mu"
"Bagaimana dengan Maurer? Kau tidak takut pada nya?" Aeychan mengawasi dari balik kamar dan hanya Maurer yang menyadari keberadaan nya.sedangkan mereka berdua asyik bertengkar
"Iya.. Aku takut dengan mu tapi aku nyaman dengan Maurer. Dia lebih baik dari mu.. Dia juga selalu membantu ku,,menjaga ku, menjaga perasaan ku,dia tau memperlakukan sahabat, sedangkan kau.. Maurer itu sangat" Belum sempat Jeclyn melanjutkan pembicaraan, Albert mencium bibir Jeclyn. Aeychan berlari dari kamar ,Maurer mengejar Aeychan.Albert diam sejenak
"Kau bebas sekarang.. Kau bukan mainan ku lagi" Albert pergi meninggalkan nya Kenapa jadi begini? Masih tergiang di telingga ini kata-kata nya yang terakhir,aku menyenderkan tubuh di dinding dan duduk lemas menutupi muka ku dengan tangan menyembunyikan air mata di balik tangan ku
Langkah kaki Albert semakin jauh dari Jeclyn, ia mempercepat langkah kaki nya, semakin cepat, semakin cepat dan semakin cepat dan ia berlari dengan kencang menuju parkiran depan, tangan nya bergerak, mengusap lembut bibir nya sendiri, Apa yang aku lakukan? kenapa aku mencium nya akh.. Pikir Albert sambil berlari melampiaskan emosi nya , perasaan apa ini.. tidak menyenangkan, aku bahkan tidak bisa menggunakan logika ku dengan baik, kemana Albert yang selalu percaya diri dengan semua tindakan nya, apa ini... gerakan tubuh ku semua nya bergerak tanpa izin pikiran ku.,
Aeychan berlari ke arah jembatan penyebrangan di ikuti oleh Maurer,tiba-tiba saja Aeychan meloncat dari jembatan penyeberangan,orang-orang di sekitar berteriak histeris, sebagian besar langsung menutup mata mereka dengan kedua tangan mereka
"Aeychan!!!" Teriak Maurer, Maurer langsung menangkap tangan Aeychan dengan kedua tangan nya, tubuh Aeychan bergelantung di antara jembatan dan aspal yang berjarak sepuluh meter, beberapa kendaraan sedang sibuk berlalu lalang tepat di bawah tubuh Aeychan, jika tadi Maurer tidak sempat menangkap nya..,mungkin ia sudah hancur oleh mobil yang berlalu lalang.
"Lepaskan aku" Aeychan berusaha melepaskan tangan nya
"Apa yang kau lakukan? Kau tau kalau kau sangat berat"
Muka Maurer semakin cemas karena Aeychan dengan sebelah tangan nya berusaha membuka genggaman tangan nya, keringat Maurer bercucuran dari kening nya, ia mengeretakan gigi berusaha sekuat mungkin menarik tubuh Aeychan ke atas.
" Tolong Aeychan...., jika kau melepaskan ku.., dan aku tak bisa menarik mu, aku bisa gila.. tolong jangan lakukan ini... aku tidak bisa membiarkan mu melakukan hal seperti ini .."
"Tidak..,kakak sudah tidak sayang dengan ku. Kak Albert sama saja dengan mama dan papa. Aku di buang setelah mereka bercerai, tidak ada lagi yang menginginkan ku. Mama sibuk dengan anak mereka, papa sibuk dengan wanita muda nya. Mereka membuang ku. Hanya kak Albert yang membantu ku bangkit dan membuktikan bahwa aku bisa hidup tanpa mereka.Membuktikan kalau mereka menyesal telah membuang ku. Kak Albert membimbing ku belajar hingga mendapat juara pertama. Hanya kak Albert yang rela berlarian di tengah hujan untuk ku.Tapi sekarang kak Albert menyukai Jeclyn, Dia akan berubah seperti mama dan papa tidak menginginkan ku dan merasa aku penganggu dalam hubungan mereka. Kak Albert penumpu hidup ku selama ini, kak Albert yang membuat ku merasa hidup, kalau kak Albert sudah tidak memerlukan ku lebih baik aku mati"
"Tidak,tidak boleh, kau tidak boleh mati.. Kau bisa bertumpuh pada ku" Menarik Aeychan ke atas
"Aku sudah lelah bertumpu pada seseorang,kau juga akan seperti kak Albert" Aeychan berhasil di selamat kan. Maurer dan Aeychan duduk di jembatan,Maurer terlihat kelelahan, nafas nya tidak beraturan
"Tidak.., Tidak. Aku dan Albert berbeda.. Bertumpulah pada ku.. Bukan sebagai adiku..aku tidak perlu adik yang manis. Bertumpuhlah pada ku sebagai kekasih ku. Aku tau kau mencintai Albert ". Berteriak sambil memejam kan mata nya
"Tapi kita bisa mencoba nya,cinta akan tumbuh seiring waktu. Dengan bertumpu sebagai kekasih ku..kau tidak akan tergantikan dengan wanita lain.. Kau akan menjadi istri ku"Memperhalus nada bicara nya dan Memeluk Aeychan.
Aeychan menatap dalam kedalam mata Maurer, menganalisa setiap kata dan gerak-gerik Maurer, ia hanya bisa diam membisu mendengarkan perkataan Maurer, apa? Apa maksud nya? Apakah aku bisa mempercayai lagi seseorang? Apakah aku akan di tinggalkan lagi? Bagaimana kalau ia hanya menghibur ku? Bagaimana kalau setelah ini .. ia benar-benar menjadi kekasih ku
" Apa yang kau pikirkan?" Melambai di depan mata Aeychan
" Apa yang kau katakana tadi...? Bagaimana aku bisa mempercayai mu?"
" Jika kau benar-benar ingin pembuktian.., kita akan mengadakan pesta pertunangan secepat nya"
"Hah? Kau gila? Aku bahkan belum menyetujui apapun yang kau katakan?"
Maurer tersenyum geli, ia mendekat kearah Aeychan , memegang lembut wajah nya " Bukti apa lagi yang kau butuhkan? " Maurer semakin mendekat , perlahan wajah nya semakin dekat dengan wajah Aecyan, ia memejamkan mata dan mengecup bibir Aecyhan.., ia mencoba membuka mata nya, menatap Aeychan yang diam membeku, menunggu reaksi yang di berikan Aeychan, dan ia mulai mengamati reaksi dalam diri nya sendiri, gejelak yang mengelitik muncul dalam diri nya, ada sensasi yang tidak bisa ia jelaskan, seperti soda yang mengeluarkan gelembung dan mengelitik di dalam mulut, namun rasa ini di rasakan tepat di tengah dada nya, jantung nya juga mulai berdetak cepat.. saat menunggu reaksi dari Aeychan.
" Aku juga akan bertanggung jawab dengan ini perbuatan ku ini"
" Apa nya yang bertanggung jawab.. kau akan mendapat hukuman nya" Aeychan mengusap-usap bibir berkali-kali dengan tangan nya, merasa jejak itu akan hilang dari bibir nya, Aeychan mengangkat tinggi tangan nya dan hendak menampar Maurer, Maurer dengan cepat menangkap tangan Aeychan.
" Ya....!!! " Teriak Aeychan saat Maurer menangkap tangan sebelah kanan nya, dan dengan cepat Aeychan mengerakan tangan sebelah kiri nya untuk menampar Maurer, sekali lagi Maurer menangkap tangan Aeychan, Maurer tersenyum lebar pada Aeychan
" Aku punya empat anggota tubuh yang bisa ku gunakan untuk memukul mu" Secara bersamaan dengan pembicaraan Aechan, Aeychan menendang kaki Maurer dengan kuat, dan tendangan itu berhasil mengenai nya
" Auww..." Maurer meringgis , tapi ia tidak melepaskan kedua tangan Aeychan, ia menarik tangan Aeychan kea rah nya, hingga tubuh mereka bersentuhan " Jangan salahkan aku , kau yang membuat nya begitu" Maurer mencium bibir Aeychan sekali lagi.. lebih lama dari sebelum nya " Berapa kali pun kau menghapus nya.. maka persekian kali juga aku akan mencium mu terus dan terus"
******************************************************************
Hari ini aku memutuskan untuk tidak bersekolah padahal ujian sebentar lagi. Dengan begini aku tidak perlu melihat nya.. Tapi aku ingin sekali melihatnya,jantung dan hati ini tidak nyaman tanpa melihat nya,aku rindu.namun masih tergiang kata-kata nya di otak ku, sungguh menyakitkan, Jeclyn menutup wajah nya dengan bantal, berharap pikiran nya dapat di redam dengan bantal itu.
Albert menatap pintu gerbang sekolah, berharap sosok itu muncul, ia berdiri sambil menyenderkan diri ke tembok sekolah, menanti sosok itu untuk muncul, waktu berlalu.., bel masuk sekolah telah berdering , namun ia masih belum menemukan sosok itu dan akhir nya ia memutuskan untuk masuk kedalam kelas, masih berharap ia dapat menemukan nya di dalam kelas.
Sekali lagi , harapan nya pupus begitu melihat bangku sosok itu kosong tak berpenghuni, ia menatap ponsel nya cukup lama, beberapa kali ia menekan nama itu, namun ia selalu mengurungkan niat nya untuk menghubungi sosok itu, ia hanya menatap lama pada nama yang tertera di dalam ponsel itu, Sampai ia melihat sosok yang ia kenal
" Sendy... tunggu" Albert mengejar Sendy sampai di kantin, menarik tangan nya karena tidak mendapat respon
" Hah.., Apa? " Sendy menatap Albert sebentar, kemudian menundukan kepala sambil sedikit membungkukkan badan nya karena takut, sebelah tangannya dengan jarak dua puluh centi meter menutupi wajah nya, seolah-olah menangkis pukulan
Albert menatap nya " Kau kenapa?"
" Jangan ganggu aku, aku tidak akan macam-macam, jangan jadikan aku mainan mu berikut nya" Sendy memejamkan mata sambil berteriak mengutarakan isi hati nya, semua ruangan terfokus kepada mereka berdua
" Kau ngomong apa si? Aku tidak tertarik pada mu.. aku hanya bertanya kemana Jeclyn?"
" Huh..., untunglah" Sendy mengelus dada nya beberapa kali, menenangkan jantung nya yang hampir terkena serangan jatung dan membenarkan posisi berdiri nya
" Dia sakit..., itu karena diri mu.., sudah jangan dekati dia lagi. Cukup sekian yang bisa aku sampaikan" Sendy berjalan pergi
Dari kejauhan, kedua orang yang duduk di sudut kantin memperhatikan semua yang di lakukan Albert, salah satu nya masih memengang roti dan mengigit nya perlahan sambil menatap Albert, dan salah satu orang lain nya memangku kan kepala nya di kedua tangan nya sambil menghela nafas menatap Albert.
" Apa yang di lakukan anak itu? Seperti nya dia semakin bodoh saja"
"Kenapa tidak kita bantu saja Maurer?"
" Biarkan saja, biar dia merasakan sakit nya terlebih dahulu, dia nya yang terlalu bodoh.. tidak mau mengakui perasaan nya sendiri"
"Maurer..., bagaimanapun dia itu kakak ku"
" Karena kau yang mengatakan nya, aku akan membantu nya"
Jelcyn masih berbaring-baring di atas ranjang nya, bermalas-malasan sambil memikirkan apakah ia akan berangkat kesekolah besok? Perasaan tertekan karena rasa takut dan rasa gelisah terus menghantui nya,ia tidak ingin hari ini berlalu.. hanya ingin terus begini, tidak ingin bertemu dengan nya.
" DRRRRTTTTTTTTTT" Suara ponsel Jeclyn berbunyi. Jeclyn langsung menahan nafas nya dalam-dalam, seperti nya ia terkena panic sindrom, hati nya langsung berpikir jika itu adalah Albert, walau dalam pikiran nya itu tidak mungkin terjadi. Tangan nya mengapai ponsel yang tergeletak di samping tempat tidur nya dan mendapati jika Maurer yang menelpon nya
" Iya... Maurer?"
" Apakah kau baik-baik saja? Kenapa tidak datang kesekolah?"
" Ah... aku tidak apa-apa"
" Yuk... temani aku mencari udara segar..., bukan kah sangat penat di rumah terus?"
" Baiklah.., di tempat biasa ya. Sekitar setengah jam lagi aku berangkat"
Jeclyn mengerakan badan nya dengan malas, meregangkan setiap otot tubuh nya yang dari tadi tidak bergerak. Ah.. benar juga, aku memang harus mencari udara segar, sudah terlalu lama aku berada di dalam kamar.
Jelcyn berdiri tepat di depan sebuah café kecil, ia menatap jam yang tertempel di pergelangan nya, mata nya melirik ke sekitar, berharap dapat menemukan Maurer secepat nya, lima menit telah berlalu, Jeclyn masih berdiri di depan café tersebut. Sementara di lain tempat tak jauh dari tempat Jeclyn berdiri, dua sosok manusia sedang mengintai pergerakan Jeclyn, mereka bersembunyi di balik semak-semak sambil berjongkok.
" Cepat telp dia .., suruh dia masuk ke dalam"
"Sebentar..Aeychan, aku akan mengirimkan pesan"
Aeychan dan Maurer bersembunyi di semak-semak taman, di belakang bangku taman, mereka mengintip di balik celah-celah daun dengan sebuah teropong, entah apa yang mereka rencanakan kepada kedua insan manusia tersebut, dari kejauhan mereka menatap Jeclyn yang sedang berjalan masuk dan pandangan mereka tiba-tiba menjadi gelap. Maurer beberapa kali mengelap kaca teropong milik nya dan kembali meletakan di antara dedaunan. Namun ia masih tidak melihat apapun, sampai ia melihat sosok seseorang yang berdiri di depan semak-semak dimana mereka bersembunyi. Sosok itu tertawa kecil mengintip mereka berdua di balik semak-semak
" Hallo adik kecil, sana pergi bermain tempat lain" Maurer mengusir anak kecil yang dari tadi menutupi teropong nya, namun anak kecil yang kira-kira berusia empat tahun itu malah tertarik dengan teropong yang di pegang Maurer, sambil terus tersenyum kegirangan ia menatap dan menunjuk kearah teropong
" Paman.... Apa itu?"
" Ssst.... Jangan berisik, nanti paman kasih kalau kau tidak berisik" Anak kecil tersebut langsung menutup mulut nya dengan kedua tangan mungil nya.
Albert berjalan menuju pintu café, ia berhenti sejenak dan menatap kearah taman, secara bersamaan saat Albert membalikkan badan menatap taman, Aeychan dengan cepat dan kuat menarik tangan Maurer kebawah, membuat Maurer langsung berjongkok dan kembali bersembunyi di semak-semak taman. Albert memperhatikan anak kecil yang sedang menutup mulut nya dengan kedua tangan, muka nya terlihat bahagia, tubuh nya bergetar naik turun karena tertawa kecil, dengan siapa anak itu bermain? Kenapa dia mengarah ketempat itu? Namun semua pertanyaan itu di abaikan oleh Albert dan memilih memasuki café tersebut.
Jeclyn duduk membelangkangi pintu masuk, ia menyerap green tea latte hangat nya dengan perlahan, sambil sesekali menghirup aroma nya, Albert berjalan dengan tegap, membuka ponsel nya dan memastikan kembali tempat duduk yang telah di pesan oleh Aeychan. Albert berhenti tepat di depan Jeclyn dan menatap nya, jantung nya mulai berdebar-debar, rasa bahagia muncul karena dari tadi ia memang ingin bertemu dengan sosok wanita di depan nya, rasa cemas dan khawatir yang sedari tadi ia rasakan langsung lenyap begitu melihat Jeclyn dalam kondisi sangat baik sedang duduk dan kembali menatap nya, perlahan senyum tipis tanpa di sadari nya terurai di wajah nya
Jeclyn menatap Albert kaget, jantung nya tak kalah cepat berdetak dengan Albert, ia masih menatap Albert yang ada di depan nya, rasa senang muncul dengan seketika langsung terganti kan dengan rasa menyesak kan dengan kata-kata Albert tempo lalu. Kenapa dia ada di sini? Bukan kah aku hanya membuat janji dengan Maurer? Apakah Albert yang menyuruh Maurer? Karena dia tau.. aku tidak akan menerima tawaran nya? Albert menarik kursi di depan Jeclyn dan menduduki nya tanpa rasa bersalah, dan dengan segera makanan di hidangkan di depan mereka
" Katakan kepada Maurer, kalau aku pulang" Jeclyn berdiri dan melangkah kan kaki nya meninggalkan meja
" Tunggu" Albert menarik tangan Jeclyn " Kau pikir dia akan datang?"
" Apa maksud mu? Kau yang merencanakan ini?"
" Tentu saja bukan. Aku juga korban di sini" Tiba-tiba saja lampu di matikan dan di gantikan dengan cahaya lilin electric , alunan music romantic tergiang di seluruh ruangan
" Ini ulah mereka berdua, toh makanan sudah datang.. setidak nya duduk lah dulu untuk menikmati makanan yang telah di sajikan" Albert masih belum melepaskan genggaman tangan nya
"Jelaskan kembali pada ku" Jeclyn kembali menarik kursi nya dan menempati kursinya
" Ya..." Albert mengambil sepotong roti dan mengunyah nya , bagus... pikir nya, ia dapat menghentikan Jeclyn dan membuat nya kembali duduk di tempat nya, ia sengaja memperlambat pembicaraan, agar bisa mengulur waktu lebih lama bersama dengan Jeclyn
" Jadi.." Jeclyn tidak sabar menunggu penjelasan Albert
" Hm... makan dulu.." Menunjuk meja yang di penuhi oleh makanan " Aku tidak mungkin dapat menghabiskan seluruh nya"
Jeclyn mengambil cup cake mini dan langsung memakan nya " Aku hanya ingin mendengarkan penjelasan mu, dan tidak tertarik duduk berlama-lama dengan mu"
" Aku di telpon Aeychan untuk ke sini, dan kau sendiri menerima telpon dari Maurer.., ini pasti rencana mereka berdua"
" Bagus, kalau begitu aku pulang dulu" Jeclyn melangkah menjauh dari meja mereka tadi. Jeclyn melangkah semakin pelan dari sebelum nya, berharap Albert menghentikan langkah nya. Ayolah..., aku sudah berada tepat di depan pintu, katakan berhenti.... Aku pasti akan berhenti, Jelcyn menghentikan langkah kaki nya, tangan nya memegang ganggang pintu dan diam sejenak di sana, ingin sekali ia menatap Albert namun ia tak sanggup melakukan nya.
Albert hanya memakan kudapan di depan nya dan menatap Jeclyn pergi, wanita itu cukup sekali saja di tahan, maka dia akan kembali lagi kepada mu. Jika kau terus menahan nya, maka wanita akan terus berpikir ia hendak pergi. Itu yang di katakan semua pria di percakapan mereka. Dan kau pikir Maurer dan Aeychan tidak berpikir jauh soal ini?
Jeclyn menarik ganggang pintu dengan berat hati " Eh? Tidak terbuka" Jeclyn mencoba menarik nya sekali lagi , namun tetap tidak terbuka
" Dorong" Teriak Albert
" Kenapa tidak bilang dari tadi...." Teriak Jeclyn kesal dan malu. Pantas saja pintu tidak terbuka dari tadi, Jeclyn mendorong pintu café namun tetap tidak terbuka, ia kembali mencoba nya dan tetap tidak terbuka
" Kau pikir... mereka akan membiarkan kita keluar begitu saja?" Albert menaikan kedua pundak nya
" Aku tidak mengerti" Jeclyn kembali berjalan menuju Albert " Aku hanya tidak ingin bertemu dengan mu.."
" Kenapa?"
" Kau masih bertanya kenapa? Apa kau terkena amnesia?"
" Memang nya apa yang ku perbuat pada mu"
" Kau... kau.. men... men.. mencium ku seenak nya"
" Bukan kah kau juga menyukai nya"
" Berhenti mengatakan aku menyukai nya.. aku tidak menyukai nya dan aku tidak ingin" jeclyn memperjelas semua tiap kata yang ia keluarkan
" Karena kau lebih memilih Maurer? Karena kau menyukai nya?"
" Bukan urusan mu jika aku menyukai siapa dan memilih siapa"
" Tentu saja ini urusan ku... karena kau.."
" Apa? Apa? Mainan mu? Apa kau tidak ingat apa kata terakhir yang kau katakan? Aku sudah lepas sepenuh nya jadi mainan mu. Dan Maurer lebih baik beberapa kali lipat dari mu ,Bagus lah... di mata mu aku hanya mainan mu kan. Jadi untuk apa kita berlama-lama membahas hal yang tidak perlu seperti ini. Aku ingin pulang"
" Kenapa... kenapa kau sangat membeci ku.. dan kenapa kau terus membandingkan aku dengan Maurer.. aku tidak menyukai hal seperti itu. Jangan pernah membandingkan diri ku dengan siapapun"
" Karena memang dia lebih baik dari mu, kau berlarian mencari Aeychan di tengah hujan deras hanya karena kau takut dia tidak nyaman dengan orang lain, tapi apa kau berpikir tentang aku saat itu? Bahkan saat aku kembali lagi untuk berteduh , kau sama sekali tidak menyadari kalau aku hilang sesaat, tapi Maurer... ia datang menolong ku dan memberikan jaket nya kepada ku. Pada saat kau membuat ku berjemur di bawah matahari yang terik, dia juga yang memberikan aku air, bahkan saat aku sudah mengatakan tidak dapat berenang.. yang menolong ku pada saat itu juga Maurer dan saat..."
" Cukup... aku bilang cukup!!!! Aku tidak akan membiarkan kau membicarakan nya lagi"
" Kenapa? Kau mau apa..., aku mau mengatakan dan terus mengatakan nya"
Albert berdiri dan menarik tangan Jeclyn, mengenggam nya erat " Karena kau tidak boleh mencintai siapapun.. tidak boleh"
" Aku boleh dan boleh... kau pikirkan saja Aeychan , kekasih hati mu.. untuk apa kau mengurusi ku"
Albert mendekatkan wajah nya kearah Jeclyn mengeram dan semakin kuat mencengkeram Jeclyn, berharap Jeclyn menghentikan pembicaraan ini
" Kau mau apa? Mencium ku kembali seperti waktu itu" Jeclyn berdiri dan di ikuti Albert yang meluruskan badan nya yang tadi membungkuk menatap Jeclyn geram , Jeclyn langsung mencium bibir Albert, membuat Albert terdiam " Ciuman ini dan sebelum nya sama saja bagi ku... tidak ada arti nya, sama seperti diri mu yang sembarangan mencium wanita manapun, kalau hanya ciuman.. kau tidak bisa menekan ku"
" Aku tidak pernah mencium wanita manapun selain diri mu"
" Bohong... aku melihat nya sendiri di rumah sakit pada saat itu.. , tolong jangan mempermainkan hati wanita, jangan mempermainkan Aeychan yang tulus dengan mu..., jika Aeychan tau kau telah mencium ku... apa yang akan dia pikirkan"
" Aku tidak pernah mencium siapapun... bahkan Aeychan, aku tidak mungkin mencium nya.. karena dia adik ku sendiri.. "
Di lain tempat, Maurer langsung menatap kearah Aeychan, reflek Aeychan menatap balik Maurer dan mengelengkan kepala nya dengan cepat , di iringi oleh gerakan tangan ke kiri dan kekanan
" Aku tidak pernah mencium kak Albert atau di cium oleh nya. Sungguh... Jeclyn yang salah melihat. Aku tidak pernah, sungguh" Aeychan mencoba menyakinkan Muarer yang dari tadi mendengar percakapan mereka dengan alat penyadap.
" Aku tidak perduli... dan bagaimana aku dapat mempercayai mu, jika di rumah sakit aku yang melihat nya sendiri dengan kedua mata ku.... Dan kau masih mengelak nya"
" Aku hanya... mengelap air mata Aeychan, tidak lebih... dan aku sudah mengatakan nya kepada mu... kalau aku tidak melakukan.. nya... dia adik ku sendiri.. tidak mungkin aku melakukan hal tersebut.. dan tidak dengan wanita lain...dan aku tidak bisa melakukan nya dengan wanita lain....."
" Aku tidak perduli.. dan tidak percaya pada mu" Jeclyn mendorong Albert menjauh dari nya
" Kau harus perduli....dan kau hanya boleh memikirkan ku.... Tidak dengan Maurer tidak dengan yang lain, dan kau hanya boleh mencium ku tidak dengan yang lain, berapa kali aku harus mengatakan nya agar kau bisa percaya pada ku" Albert mengcengkram kedua lengan Jelcyn, yang membuat Jeclyn merasakan sakit di kedua lengan nya
" Kenapa.... Kenapa aku harus peduli pada diri mu dan memikirkan mu... , aku punya kebebasan untuk memikirkan siapapun... dan mencium siapapun, tidak dengan laki-laki kasar seperti mu, lepaskan aku... "
" Karena.... Karena.. aku terlanjur cinta kepada mu.. , dan aku hanya bisa mencium wanita yang aku cintai saja.. aku bukan lelaki sembarangan yang dapat mencium siapapun.." Albert menatap Jeclyn yang hanya diam membisu
" A.. apa kata mu barusan?"
" Aku baru menyadari nya.. kalau aku telah jatuh cinta pada mu"
Jelcyn meneteskan air mata nya dan segera mengelap air mata yang terjatuh " Kau hanya mempermainkan ku..., jangan katakan hal tersebut sebagai lelucon.. itu sangat menyakitkan hatiku.. aku tidak bisa memaafkan mu dengan lelucon tersebut.. jangan memberi ku harapan palsu Albert, cukup ... jangan mempermainkan aku lagi"
" Kenapa kau begitu susah nya untuk mempercayai ku, aku mengatakan sebenar nya... aku tidak mempermainkan diri mu.., mungkin dulu aku pernah menganggap mu sebagai mainan yang menyenangkan, tapi sekarang,..., aku tidak pernah menganggap mu sebagai mainan..karena aku benar-benar telah jatuh cinta pada mu"
" Karena... karena.. aku takut .., apakah aku bisa mempercayai mu.. karena.... Karena.. aku juga telah jatuh kedalam perangkap mu... karena aku juga jatuh cinta pada mu.., karena perasaan sensitive ini.. aku takut ini hanya permainan mu kembali"
" Aku janji kalau ini bukan permainan ku, ini permainan takdir yang mempertemukan kita.. ini permainan mereka yang membuat kita bertemu dan jatuh cinta.. aku benar-benar mencintai mu.." Albert memeluk Jeclyn dan menghapus air mata Jeclyn dan membisik kan sesuatu di telinga Jeclyn
" Akh... tunggu Albert.. Jangan terlalu cepat.. ini terlalu cepat" Albert menarik Jelcyn dan berjalan dengan cepat , Jeclyn dengan susah payah mengimbangi gerak Albert, mereka memanjat jendela untuk keluar dari ruangan tersebut
Tiba-tiba saja Aeychan dan Maurer tidak dapat mendengar apapun dari alat penyadap nya, mereka saling menatap karena hal terkahir yang di dengar mereka adalah teriakan dan kata-kata yang mengantung tidak jelas, membuat mereka berpikir kearah yang lebih dalam dari sekedar ciuman. Tiba-tiba mereka berdua tertunduk malu sendiri.
" Tidak mungkin kan.... Itu terlalu cepat" Maurer mengeluarkan suara sambil mengeluarkan teropong nya untuk mencari tau kebenaran nya
" Iya.. itu terlalu cepat... apa semua pasangan begitu"
"Hah?" Maurer langsung menatap Aeychan
" Bukan... aku tidak bermaksud berkata begitu , jangan berpikir yang tidak-tidak"
" Kau.. juga jangan yang berpikir yang sembarangan. Tidak bisa terlihat apapun..."
" Kalian berdua... apa yang kalian pikirkan... cepat keluar dari sana" Teriak Albert yang telah berdiri lama di dekat mereka, dan mendengarkan percakapan aneh mereka
" Al.. Albert.. " Aeychan dan Maurer berdiri dari persembunyian dan mengaruk-garuk kepala sambil tertawa aneh
" Ini ide nya kak" Menunjuk Maurer
" Mau bagaimana lagi... kalian berdua sangat mengemaskan si.. apalagi diri mu Albert.. mengatakan hal itu saja sangat susah.."
THE END
akhir nya kita berada di ujung cerita..
hal yang paling gak menyenangkan saat di akhir cerita.. adalah... terus kebayang.. dan masih berasa di hati cerita mereka..., sehingga untuk move on ke cerita lain perlu waktu...
selamat menikmati cerita yang lain nya...
— Das Ende — Schreiben Sie eine Rezension