App herunterladen
86.53% Black White Side / Chapter 45: First Kiss

Kapitel 45: First Kiss

"Apa ini? Kenapa mendadak gelap? Albert... jangan main-main, cepat hidupkan lampu nya"

" Bodoh!! Kau pikir bagaimana aku mematikan lampu nya, jika kita berdua masih berada di sini"

" Jadi.. kenapa gelap?" Jeclyn masih bertanya bodoh

" Tentu saja aliran listrik kita mati, errr.. , mungkin ini karena cuaca yang semakin memburuk" Albert melepaskan genggaman tangan nya dari Jeclyn

" Tunggu!!!" Teriak Jeclyn yang ketakutan " Jangan lepaskan tangan mu dari ku" Jeclyn menarik tangan Albert dengan kedua tangan nya, ia menelan ludah nya " Setidak nya .. ehm..berikan aku cahaya"

"Kau tidak sedang menggoda ku di kegelapan kan? Sungguh rugi jika itu terjadi di kegelapan, aku tidak bisa melihat apapun. Jadi tunggu lah.. begitu lampu ini menyala.. kau tidak perlu menahan diri" Mengeluarkan senyuman khas nya, walaupun tentu saja tidak ada yang dapat melihat senyuman itu di kegelapan seperti ini

"Jangan seberangan bicara.." Tetap memengang erat tangan Albert, berdiri dan mengikuti Albert. Albert menghidupkan lampu dari ponsel nya ,ia menyinari ke seluruh ruangan untuk mencari pintu keluar dari ruangan tersebut dan berharap untuk segera bergabung dengan yang lain.

Jeclyn terus menempel pada Albert sambil celingak-celinguk ketakutan , tubuh nya sedikit membungkuk kearah Albert, postur tubuh itu menunjukan kalau ia memang takut. Pandangan nya terhenti pada satu tempat , tubuh nya pun berhenti, ia menyipitkan mata nya untuk dapat focus pada seseuatu yang ia lihat, masih tidak yakin dengan apa yang ia lihat, ia mencondongkan kepala nya kearah tersebut.

Apa yang ia lihat di cahaya yang minim itu tiba-tiba bergerak, Jeclyn segera menutup mulut nya yang terganga lebar hendak berteriak dengan sebelah tangan nya, sementara sebelah tangan nya lagi makin mencengkram baju Albert kuat, namun Albert tidak menyadari nya sama sekali.

Mata nya membulat sempurna menatapi sesosok laki-laki yang terduduk sambil memeluk kedua kaki nya di pojokan lemari, lelaki itu mendongkak kan kepala nya dan menatap langsung pada Jeclyn, senyum kecil terukir dari laki-laki itu, Jeclyn tidak dapat melihat jelas wajah lelaki itu, tapi ia menyadari.. jika ada sesuatu yang salah dengan sosok tersebut. Siapa laki-laki tersebut dan bagaimana ia bisa sampai berada di dalam ruangan ini, terjebak bersama dengan mereka? Yang sedari tadi ruangan ini hanya berisikan dua penghuni.., maling? Pikir nya dalam hati? Benarkah ? atau dia hanya mencari tempat berteduh di cuaca seperti ini? Dan bagaimana cara ia masuk?

Sosok lelaki itu mengerakan tangan nya dan menunjuk kearah Albert, di ikuti dengan gerakan mata Jeclyn yang menatap Albert yang diam di tempat, benar.. ada yang salah di sini, seolah-olah semua berhenti bergerak, hanya aku dan sesosok laki-laki di depan mata ku lah yang bergerak. Tunggu... bukan kami berdua yang bergerak, bahkan badan ku dan kaki ku tidak bisa bergerak, aku hanya bisa diam mematung di sini, hanya mata ku lah yang dapat bergerak sesuai dengan yang ku inginkan, dan pikiran ku yang bergerak dengan sangat cepat.

" Tolong jaga kakak ku..." Suara lelaki itu bergema di ruangan yang cukup besar untuk mereka bertiga

Aku hanya bisa menelan ludah tanpa bisa berbuat apa-apa, aku memilih untuk memejamkan mata ku seerat mungkin. Setelah beberapa saat memejamkan mata , Jeclyn memberanikan diri nya untuk sedikit mengintip dengan sebelah mata nya, hingga ia memutuskan untuk membuka kedua mata nya dan menatapi pojokan lemari tersebut, sambil mengosok-gosokan mata nya.. , ia mendapati sosok lelaki itu telah hilang dari tempat nya, mata nya mulai mencari-cari keseluruh ruangan ke mana sosok itu pergi.

Albert memperhatikan gerak-gerik Jeclyn dari tadi, ia menatap aneh dengan kelakuan anak satu ini, sesekali ia mengelengkan kepala nya, bagaimana bisa di tengah situasi seperti ini, penyakit nya kumat.. . Ya.. , Albert menganggap nya sebagai penyakit, pikiran nya kembali mengulang kejadian di mana Jeclyn lupa akan alamat nya sendiri. Senyum Albert terlukis di wajah nya dalam waktu beberapa detik saja, sampai akhir nya ia memutuskan untuk menyadarkan anak ini, ia menepuk bahu Jeclyn yang masih celingak-celinguk

" Huwaaa..." Teriak Jeclyn yang kaget , dan lupa jika dia berada di sini bersama Albert

" Huwa apa nya? Apa yang kau lakukan?"

" Itu.... " Tangan Jeclyn menunjuk kearah pojok lemari , kepala nya.. perlahan-lahan dengan terbata-bata menghadap kea rah pojok lemari, gerakan nya seperti pintu yang engsel nya sudah karatan , mata Albert ikut tertuju kepada arah yang di berikan Jeclyn

" Tadi.. ada sosok laki-laki.. yang duduk di sana dan saat aku memejamkan mata, ia menghilang"

" Laki-laki?" Albert memasang posisi siaga, sementara Jeclyn bersembunyi di balik tubuh Albert, mata nya menyapu keseluruh ruangan tanpa mengerakan tubuh nya sama sekali, detak jantung mereka saling beradu , berlomba-lomba memompa darah ke tubuh mereka untuk mengikat oksigen lebih , membuat hormone adrenalin mereka mengalir keseluruh tubuh

" SREKKKKK"

Terdengar suara berisik dari balik meja belajar yang berada tepat di belakang mereka berdua, membuat mereka secara otomatis memutarkan badan dan menatap tajam kearah meja belajar tersebut, Albert bergerak maju dengan perlahan sambil membungkuk kan badan kecil untuk mengintip ke kolong meja, di ikuti oleh Jeclyn yang memegang erat baju Albert dari belakang.

" SERRRRRRRRRRRRRR"

" Huwwwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" Teriak mereka berdua saat melihat papan luncur yang bergerak sendiri tanpa ada seorang pun yang mendorong nya, Jeclyn secara otomatis memeluk Albert dari belakang dengan tangan dan tubuh yang bergetar ketakutan ,ia menahan nafas nya sambil memejamkan mata nya dengan erat

" Ya.... Kenapa kau berteriak begitu kencang.. membuat ku kaget saja" Albert masih belum menyadari posisi tubuh Jeclyn

" Kau juga berteriak sangat kencang...., ha.. habis ada hantu di ruangan ini"

" Itu karena kau yang berteriak terlebih dahulu..., hantu apa nya? Aku tidak percaya akan hal seperti itu" Albert tidak mau mengakui jika ia juga berteriak ketakutan dengan sangat kencang, ia menyenteri kolong meja , seketika ia tersenyum saat melihat apa yang ada di bawah meja, dua ekor tupai yang sedang bermain, di mulut mereka terdapat beberapa biji gandum.

Seolah tertangkap basah akan perbuatan mereka, kedua tupai itu memandang kaget kea rah Albert yang menyenteri mereka berdua, salah satu dari mereka bahkan mengangkat kedua tangan nya ke atas, sementara yang lain nya masih memegang biji gandum.

"Lihat itu.. itu lah hantu kecil yang di maksud" Senyum Albert merekah, ia hendak menghadap kearah Jeclyn namun menatap sesuatu yang melingkar di sekitar pinggang nya, ia baru menyadari jika itu adalah tangan Jeclyn, perlahan ia menoleh kan kepala nya kesamping untuk menatap Jeclyn , Jeclyn membuka membuka mata perlahan, menyelinapkan kepala perlahan diantara celah punggung Albert dan tangan kiri nya, dan ia menatap kedua tupai tadi yang masih diam, senyum nya merekah saat melihat keuda tupai yang di anggap nya menggemaskan

Albert menatap Jeclyn yang tersenyum, Jeclyn mendongkak kan kepala kearah Albert sambil tersenyum, lupa kalau tangan nya masih melingkar di tubuh Albert, Albert memegang kedua tangan Jeclyn, membuka kunci kedua tangan Jeclyn, membalik kan badan kearah nya, perlahan mendekati nya.

Jelcyn baru menyadari ia masih memeluk Albert ketika Albert melepaskan kedua tangan nya, ia terdiam sejenak , sambil menatap sekilas Albert yang mendekati nya, ada rasa kecewa di dalam diri nya.., ya mungkin dia memang tidak menyukai nya , dia kan sudah punya Aeychan. Ah... pikiran apa ini? Kenapa aku kecewa?

" Kau ...mencoba menggoda ku? " Tanya Albert

" Hah? Apa maksud mu..."

Jeclyn tidak mendapati jawaban apapun dari nya, raut muka Albert menjadi serius, seperti nya kali ini dia tidak bermain-main atas perkataan nya. Albert semakin mendekat, tangan nya melingkar di pinggul munggil Jeclyn, detak jantung nya sangat cepat, tangan nya mengusap rambut-rambut Jeclyn yang menempel di wajah Jeclyn karena tiupan angin, perlahan ia menyentuh lembut wajah Jeclyn, dengan cepat ia mendekatkan wajah nya kearah wajah Jeclyn , semakin dekat dan semakin dekat, hingga bibir mereka berdua bersentuhan.

Jeclyn hanya terdiam dan membesar pupil nya karena kaget, ya... apa ini? Apa yang barusan terjadi pada ku? Apa ini sebuah ci.. ci.. ciuman? Apa ini, aku bahkan tidak tau apa rasa nya. Yang kurasakan hanya kaget.. aku sama sekali tidak merasakan sensasi nya.., sensasi ciuman pertama yang pernah ku baca, jantung berdetak kencang, rasa bahagia hingga dapat mengangkat sebelah kaki karena bahagia, bahkan kaki ku masih berdiri tenggap, menatapi kedua kaki nya yang tidak terangkat satu pun. Tunggu... kenapa aku berpikir soal rasa dan ciuman pertama.., dia sudah mengambil ciuman pertama ku tanpa izin... aku tidak terima ini... ia menghancurkan semua nya

Albert menatap Jeclyn , mengamati reaksi Jelcyn. Ia tidak mendapat reaksi tolakan atau pun penerimaan, ia hanya terdiam saja seperti patung. Apa aku harus mencoba nya lagi? Tunggu.. apa yang aku harapkan? Aku hanya terbawa suasana saja.. apa yang ku lakukan? Bisa-bisa nya aku mencium nya. Dan tenang lah jantung..., ini hanya sebuah kecupan tanpa ada embel-embel apapun, bukan sebuah ciuman.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C45
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen