App herunterladen
53.33% Benarkah Cinta Itu Ada ? / Chapter 24: Pesantren Kilat 1

Kapitel 24: Pesantren Kilat 1

Ramona terbangun saat azan subuh berkumandang, dia mencoba mengingat sesuatu, setelah ngobrol lama di telepon dia tertidur di sofa. Apa jangan-jangan dia berjalan sambil tidur, kenapa sekarang dia saat bangun sudah berada di dalam kamar ya ? Ah...dia bergegas menunaikan sholat subuh, saat menuju dapur untuk cuci piring tak sengaja berpapasan dengan Yusran.

"Kakak yang mindahin aku semalam ke kamar ya ?"

"Papa semalam pulang dan menemukanmu tertidur di sofa, tau gak papa memandangimu lama baru mengangkatmu ke kamar"

"oh"

"Semua sudah bersih, buruan mandi. Pagi ini pengantin ke rumah, prosesi adat tetap dilakukan walau pasangan pengantinnya duda dan janda, tua dan muda acara ngunduh mantu tetap dilakukan. Tuh liat keluarga udah pada datang mau menyambut rombongan." Ungkap Yusran panjang lebar.

Di rumah Pak Ilham, nampak mereka bertiga duduk dimeja makan untuk menikmati sarapan. Fajar putra pertama, Putra kedua mereka Akbar sedang melanjutkan kuliah S1 di Kairo Mesir.

"Kapan ngajak Ramona ke rumah" Pak Ilham memulai obrolan.

"Kapan-kapan"

"Umi pingin mengenal calon anak mantu umi" Ucap Umi Zihan.

"Masih lama mi"

"Apanya yang masih lama"

"Anak mantu"

"Katamu kemarin gak mau lama-lama pacaran, begitu dia lulus SMA mau dilamar, apa Mona menolakmu ?" Tanya Abi Ilham. Seingat dia Fajar pernah memintanya kemarin untuk segera melamar mona begitu mona lulus SMA.

"Itu dia bi, aku sih gak bilang kalo aku jatuh cinta dan ingin melamarnya"

"Terus"

"Dia masih ingin sekolah bi"

"Kan bisa menikah dulu baru kuliah" Celetuk Umi Zihan.

"Aku boleh minta bantu gak ?" Tanya Fajar

"Bantu apa, ngelamar ?"

"Itu bi, Mona mau masuk pesantren Al-Falah".

"Mau ngajar ?"

"Mau sekolah lagi mulai dari kelas 1"

"Apa ? sayang dong udah kelas 3 terus balik lagi kelas 1"

"Katanya ingin memperdalam ilmu agama"

"Kalo itu alasannya umi setuju" Umi Zihan mensponsori

"Artinya kan aku harus nunggu lagi" Ujar Fajar sedih

"Gak masalah, lagian dia baru 17 tahun kan ?, dilarang menikahi anak dibawah umur" Ucap Abi Ilham.

"Tapi pendaftarannya gimana bi"

"Udah nanti abi yang urus, semua biaya dari kelas 1 sampai kelas 3 abi yang bayar, gimana umi, setuju ?"

"Tapi bi, jangan sampai mona tau kita yang bayar, takutnya dia tersinggung dan gak mau sekolah lagi".

"Kan kamu guru disitu, bilang aja ini lagi ada program beasiswa bagi anak yatim atau gimanalah, abi serahkan urusan yang itu padamu. Udah sana mandi siap-siap ke pondok, abi juga mau ke kantor."

Lain lagi dengan keluarga Pak Hendrinata. Selama acara unduh mantu berlangsung Ramona mengurung diri dalam kamar.

Kriingggg...kriing.....!

"Angkat telponnya Tyan," Perintah Rukiyah kepada anaknya karena dia sedang sibuk melayani tamu yang pamitan pulang.

"Hallo ... Wa'alaikum salam".

"Bu de.....bu de... telpon dari bang Fajar", Teriak Tyan.

Ramona segera berlari merebut telepon dari tangan Tyan.

"Hallo, Assalamu 'alaikum" Ramona mengucap salam yang dibalas Fajar.

"Iya tadi lagi rame acara unduh mantu, tapi dah selesai tamu dah pada pulang".

"Lom, ntar lagi aku minta izin ama papa dan kakak"

"Gak usah dijemput, aku mau mampir beli sesuatu di supermarket" Ramona menolak tawaran Fajar yang hendak menjemputnya.

"Iya bang, nanti aku kabarin. Pembukaan sore apa malam ?".

"Oh iya nanti siang aku kabarin",

"Waalaikum salam".

Ramona meletakkan gagang telepon ke tempatnya, dia hendak berbalik menuju kamar tapi sudah dicegat Nuriman.

"Salim ama papa dan tante Dewi dulu Mona,"

Ramona terlihat enggan tapi tangannya udah ditarik menuju ruang tamu, dimana orang-orang yang hadir hanyalah orang-orang terdekat, ada mbak Lusi dan Mira, ada Kak Gunawan dan Kak Rukiyah dan juga ada kak Yusran yang terlihat menatapnya tajam.

Ramona terlihat salah tingkah, Pak Hendrinata yang sangat tau sifat Ramona memilih mendekati dan merangkulnya.

"Berkumpul seperti ini terasa lengkap seperti dulu"Rukiyah mulai angkat bicara.

"Gak sama kak" Jawab Ramona Sengit.

"Maksud mona gak sama karena dulu kan Lusi jarang datang, trus tante Dewi juga gak ada, Gitu kan maksudnya ?" Nuriman segera meluruskan agar Dewi tidak merasa tersinggung.

"Ayo Mona, sini dekat tante" Dewi mencairkan suasana yang terlihat canggung sambil menarik tangan Mona duduk disampingnya, diikuti pak Hendrinata.

Yusran nampak berdiri menuju kamarnya kemudian kembali membawa paper bag dan diserahkannya kepada Ramona.

"Apa ini ?" Tanya Ramona menerima dan membukanya. Dia terkejut. "Bagaimana kakak bisa tau kalo aku butuh Jilbab ? makasih ", Ramona langsung memeluk Yusran.

Ketika mereka duduk kembali Yusran berkata "Sebenarnya itu hadiah yang mau kuberikan saat hendak ke lokasi KKN tapi karena Mona belum siap akhirnya kakak simpan di lemari".

"Makasih, oh ya pa, Mona minta izin mau ikut pesantren kilat ntar sore selama seminggu. Tempatnya di Mesjid Agung" Pinta Ramona.

"ooh jadi itu, hmmm" Ujar Rukiyah.

Pak Hendrinata segera megalihkan pembicaraan, karena tau pasti berujung ke nama Fajar lagi yang akan jadi topiknya.

"Setelah lulus, rencana mau lanjut dimana ?"

"Pa, kalo aku masuk pesantren gimana ? Ramona teringat pembicaraannya semalam dengan Fajar melalui Telepon

Hah ..... !? semua melongo.

"Aku ingin memperdalam pengetahuan Ilmu Agama jadi masuk dari kelas satu lagi"

"Apa ? Kan sayang dong sudah kelas tiga, apa gak sebaiknya lulus ujian langsung kuliah saja ambil jurusan Manajemen Bisnis atau apa gitu " Ujar Lusi yang dianggukan oleh Dewi.

Yusran dan Pak Hendrinata diam mencerna semua pembicaraan lalu Yusranlah yang angkat bicara.

"Pesantren mana"

"Al-Falah"

"hah ? itu pesantren termahal di Indonesia karena setahuku santri-santri yang ada disitu anak-anak pejabat, ada juga santri dari manca negara" Ujar Dewi seakan tidak setuju.

"Mona sudah tau berapa biayanya ?"

"Pendaftaran 20 jt, SPP/bulan 1,2 jt, Uang asrama 1,5 jt/bulan", Tapi papa dan kakak-kakak gak usah pikir soal biayanya. Aku akan usaha sendiri lagian aku masih punya simpanan yang dititipkan mama"

Pak Hendrinata menarik nafas panjang. "Papa yang akan membayarnya".

"Jika sudah begitu keputusannya, aku ikut saja" Dewi mengalah tetapi dadanya bergemuruh menahan emosi. Ngabisin uang saja, batinnya.

"Gak usah pa, sebaiknya uang itu digunakan buat persiapan wisudanya kak Yusran" Tolak Ramona karena dilihatnya wajah tante Dewi terlihat muram.

"Aku juga punya simpanan kok"Yusran jiga melihat hal yang sama sehingga menolak dengan halus.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C24
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen