"Tunggu aku di kampoeng resto 2 jam lagi"
Ramona menerima telepon dari Nikita dibuat kebingungan, 2 jam lagi artinya dia sedang di Jakarta dan akan ke semarang melalui penerbangan pagi ini. Ada apa dengannya ? begitu pertanyaan yang melintas di benak gadis itu.
2 Jam waktu yang singkat, dengan berdandan seperti biasa, jilbab putih, kaus putih dipadukan dengan rok jeans hitam, sepatu kets putih. Tas putih ditautkan di bahu, hari ini gadis itu berdandan serba putih. Gadis itu duduk sendirian di pojok kampoeng resto, hari ini resto dipadati pengunjung. Kilatan kenangan pertemuan sebelumnya dengan Fajar ditempat ini membuat dadanya terasa nyeri. Air matanya menetes perlahan diraihnya tissu di atas meja. Apapun yang terjadi aku tak boleh menangis di depan Nikita.
"Aku datanggggg....." Nikita memeluk Ramona yang sedang duduk dari belakang.
Ramona tersenyum sumringah, sahabat yang memahami dirinya, yang selalu memberi suport saat dia jatuh dan kini sahabat itu berada dihadapannya.
"Aku kangen tauuu...." Nikita melepaskan pelukannya dan menarik kursi dihadapan Ramona.
"Aku juga kangen, sendiri ?" Tanya Ramona
"Diantar suami"
"Oh bang ikram, trus mana orangnya ?" Tanya Ramona, matanya menengok kiri kanan, dilihatnya suami Nikita duduk di pojok kanan sendirian.
"Ayo gabung bang" Ajak Ramona
Ikram menolak dengan lambaian tangan, dia memberi ruang untuk istri dan sahabatnya biar bisa saling curhat.
Nikita memesan minuman dingin dan kentang goreng untuk dirinya dan Ramona, tak lupa dia memesan kopi capuccino untuk suaminya.
"Kamu kok nampak tegang, ada apa ?"Tanya Ramona yang melihat kelakuan Nikita tak seperti biasanya.
"Gak kok" Nikita berusaha memalingkan wajahnya kearah suaminya. Suaminya mengedipkan mata memberi dukungan. Nikita menarik nafas, mulai dari mana ya ? ahh...
"Mona, menurutmu Cinta itu apa sih"
"Hah ? hahahaha....tumben nanya cinta"
"Aku serius"
Ramona memicingkan matanya, diliriknya Ikram disudut sana, yang dilirik pura-pura melihat ke arah pengunjung.
"Bagiku cinta itu saling memberi dan menerima, kayak kita berdua" Ramona menjawab dengan enteng.
"Ihhh, maksudku cinta terhadap kekasih"
"Dengar Niki, Cinta yang sebenarnya itu adalah cinta kita kepada sang Khalik dan RasulNya, cinta untuk sang kekasih itu biasanya berupa bentuk rasa sayang dan ketertarikan pribadi, dan menurutmu cinta itu apa hayooo" Tantang Ramona.
"Kalo cinta kepada Allah sih aku tahu, tapi cinta untuk kekasih menurutku saling memiliki dan tak ada orang ketiga itulah yang dinamakan cinta" Nikita mulai mengarahkan ke inti dari tujuannya bertemu Ramona.
"Cinta kepada Allah yang tak boleh ada pihak kedua dan ketiga loh Niki, kita hanya benar-benar mencintai Allah dan bukan makhlukNya, kalo kekasih sih tidak harus saling memiliki".
Nikita mulai minum teh es yang dipesannya, kerongkongannya terasa kering tak tau harus bilang apa.
"Mona, kamu punya firasat gak sih kenapa sudah sebulan ini Fajar tidak memberi kabar padamu ?"
"Firasat itu ada, aku sudah mempersiapkan diri sejak lama untuk menerima apapun yang terjadi dalam kehidupanku, bukankah kau tahu jika aku sudah pernah kehilangan sebelumnya, maka saat ini aku pun siap untuk kehilangan jika memang itu tujuanmu menemuiku"
Nikita gelagapan dibuatnya perlahan airmatanya mengalir.
"Hei apa yang terjadi denganmu, jangan sedih gitu dong. Apa kata-kataku membuatmu sedih ?" Tanya Ramona sambil menyodorkan tissu ke arah Nikita. Ramona panik melihat Nikita malah menangis sesenggukan. Para pengunjung resto mulai memperhatikan mereka berdua.
"Maaf mbak ada yang bisa kami bantu ?"Tanya seorang pramusaji yang datang menghampiri meja kami berdua.
"Gak apa-apa dia cuman lagi sedih saja" Jawab Ramona bingung, pengunjung sudah mulai saling berbisik.
"Ditinggal pacar kali" komentar salah seorang pengunjung. Ikram yang melihat adegan itu segera menghampiri.
"Ditinggal nikah ya mbak ? Lupain aja, laki-laki kayak gitu mah gak pantas untuk ditangisi" Seorang wanita datang menghibur.
Ramona dengan isengnya spontan menjawab.
"Pacarku yang nikah malah dia yang nangis"
Ucapan Ramona menimbulkan reaksi dari Nikita.
"Gak lucu tau"
"Hahaha,...emang gak lucu".
hahaha...Nikita yang masih dengan airmatanya turut tertawa.
Ramona segera bergeser kesamping dan memeluk temannya itu.
"Inikah yang membuatmu jauh-jauh dari Jakarta tanpa mampir ke rumah orang tuamu dan langsung kesini ?" Bisik Ramona sambil memeluk Nikita erat. Yang dipeluk mengangguk. Perihhh...
pengunjung geleng-geleng kepala melihat ulah kedua sahabat itu. Ikrampun hanya bisa menarik nafas panjang dan kembali ke tempat duduknya semula.
"Pasti ada alasannya" Ramona bahkan tak meneteskan air mata setitik pun.
"Kamu kok masih membelanya, dia mengkhianatimu" Nikita berhenti menangis dan menatap Ramona dengan gusar yang kembali duduk dikursinya.
"Ada hal yang orang lain tidak akan pernah tau dan hanya Allah jualah yang tau, itu rahasia Allah Niki, kita tidak boleh menjustis orang tanpa tahu yang sebenarnya. Kita hanya melihat dari luar saja."
"Mona, kamu kok polos amat ? ditinggal nikah kok malah anteng-anteng aja"
"Trus maumu aku harus meraung-raung seperti gaya nangismu tadi ?"
hahahahaha.....keduanya tertawa terbahak.