Tidak disangka, justru Dian yang menelponnya.
"Ada apa, Cal? Aku baru saja mengantarkan ayahnya Devan dan Daniella sampai depan."
"Aku mengganggu kamu tidak?"
"Ada apa sih? Kok sepertinya ada yang penting?" Dian yang sedang menikmati bubur kacang hijau setelah memberikan air susunya untuk Daniella, membasahi bibirnya dengan minuman dan menghentikan sejenak sarapannya.
"Hmm, kamu tahu tidak? Adikku, Anton mau melamar bosnya yang perempuan bule itu, Ruby." Jawab Calista,
"Ruby calon istri suamimu yang dijodohkan sejak kecil?" Dian membelalakkan matanya.
"Iya betul. Kamu ingat betul kalau yang itu, huh." Dian bisa melihat dengan jelas seringai cemberut sang teman di ujung telpon.
"Hahaha, becanda sayang. Oya, kebetulan aku ingat sesuatu. Kamu dapat salam dari teman kamu, Erwin." Ucap Dian yang lega akhirnya dia bisa tidur nyenyak karena sejak kemarin dia merasa ada sesuatu yang harus disampaikan pada Calista tapi Dian tidak kunjung ingat apa itu.