Keberuntungan berada pihak Calista. Waktu di arlojinya masih menunjukkan satu jam lagi butik dibuka namun tiba-tiba Dian sudah terlihat duduk di teras samping butik. Suasana di luar teras bisa dilihat dari dalam lewat kaca besar membentang sepanjang sisi.
Calista mengetuk kaca dengan buku-buku jarinya. Dian yang sedang menatap jalanan, memalingkan wajahnya mencari asal bunyi. Senyumnya sumringah lebar ketika melihat teman satu-satunya tersenyum ke arahnya.
"Pagi sekali kamu datangnya. Apa setiap hari selalu sepagi ini?" Calista menghampiri Dian dan duduk di depannya. Kursi besi dengan untaian cantik berwarna tembaga itu, menjadi saksi obrolan dua sahabat di pagi hari.