***
Evan membuka kedua matanya dan melihat dirinya berada di suatu tempat yang begitu gelap, hanya ada dirinya yang disoroti cahaya dari atas tubuhnya. Terlihat kaki-kakinya berdiri di atas permukaan seperti air, bergelombang dan tenang.
"Di mana aku?" tanya Evan, kebingungan.
"Tak kusangka di zaman ini, bisa kutemukan seseorang yang mampu mengaktifkan mantra agung selain Maximillian."
Terdengar suara yang begitu berat berasal dari kegelapan di depan Evan, pemuda itu bersiaga sembari kaki-kakinya bersiap memasang kuda-kuda bertahan.
Dua cahaya merah tiba-tiba muncul dari depan Evan, berada cukup atas seperti tengah memandang dirinya dengan tajam. Cahaya-cahaya itu mulai mengecil hingga seukuran mata seseorang, tetapi tempatnya masih di atas.
"Siapa kau?!" tegas Evan.
"Mereka menyebutku penyelamat, juga penghancur."
"Aku menantikan pertemuan kita, Evan," sambungnya dengan tawa melenting yang mengerikan.
Mengungkapkan perasaan bukan hal yang mudah. Jadi, hargailah mereka karena sudah berusaha sekuat tenaga.
Bagaimana jawaban Jophiel mendengar permintaan dari Evan? Apakah dia bisa mewujudkannya?