Angin yang berembus menyapu sedikit ujung rambut Storm. Pria itu membenarkan dasi, menatap gedung-gedung tua yang berada jauh dari pusat kota.
Hanya tiga orang yang akan melawan kelompok Thunder. Ya, hanya Malik, Storm dan Sato. Tak perlu membawa banyak orang untuk melawan kelompok tersebut.
Storm menatap jam tangan dan tampak tak sabar.
"Apa mereka tidak datang?" ucapnya dengan kesal. "Buang-buang waktuku saja!" imbuhnya.
Waktu sangat berharga, Storm tipikal pria yang memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Storm membalikkan tubuhnya, dan satu peluru melesat dengan cepat, menggores wajahnya yang sempurna.
"Jadi mereka sudah datang," ucap Storm seraya mengusap pipinya. Sorot matanya tajam, mengintimidasi.
Sato seketika menghilang, sementara Malik memasukkan tangan ke dalam saku celananya. Ia mengamati lima mobil jep yang mengarah pada gedung di mana mereka berada. Satu sniper terlihat mengarahkan senjata pada keduanya, dan siap untuk menembak.