App herunterladen
3.82% ANAKKU ISTIMEWA / Chapter 8: Bab 8

Kapitel 8: Bab 8

Selamat membaca

***

"Sudah saya bilang bu, kehamilan dengan Autoimun itu resikonya besar, salah satunya ini, HB ibu Kanaya bisa drop dan Laju Endap Darahnya dibawah nilai normal, ada pengentalan darah dan itu tidak bagus sebenarnya untuk janin," Dokter itu menjelaskan

"Terus saya harus bagaimana dok?" Tanya Kanaya

"Ibu nginap disini, transfusi darah satu kantung dulu kalau satu kantung nilai HB ibu naik yah bagus ibu bisa pulang tapi kalau satu kantung belum cukup juga, ibu harus tambah dua kantung dan ibu harus konsumsi obat pengecer darah,"

"Apa aman untuk janin?"

"Ibu tenang saja, saya kasih yang aman untuk ibu hamil, tapi nanti distop jika mau melahirkan, takutnya pendarahan tidak mau berhenti,"

"Lakukan apa yang terbaik buat saya dan janin saya silahkan Dokter." Kanaya sudah pasrah

"Suami ibu mana?" Tanya Dokter

"Lagi keluar kota dok, lusa baru pulang,"

"Wah berarti bu Kanaya sendirian dirumah sakit?"

"Iya dok gak apa-apa, sudah banyak kenal suster dan dokter disini koq",

"Hahaha iya yah bu? Rumah Sakit udah kaya rumah kedua buat ibu gitu yah,"

"Itu dokter tau." kekeh Kanaya

Karena sering boleh balik kesana jadi Kanaya tidak asing lagi dengan Rumah Sakit, dia sudah akrab dengan suster dan Dokter disana.

Hara dan Yana tidak dapat menemani Kanaya diRumah Sakit karena harus menjaga Awan dirumah. Dia sendirian disana tanpa keluarganya tanpa suaminya. Miris memang tapi mau bagaimana lagi, dia tidak dapat mengharapkan keluarga dari pihak suaminya yang mempunyai kesibukan masing-masing karena sudah pada berkeluarga semuanya.

Dia juga sungkan jika meminta tolong pada mama mertuanya, bukannya Kanaya tidak akur dengan mertua seperti kebanyakan. Cerita diluar sana kalau menantu tidak pernah cocok sama mertua, Kanaya tidak begitu, hanya saja dia tidak mau merepotkan mama mertuanya yang sudah lanjut usia, kasihan jika harus tidur dilantai menunggui Kanaya.

***

Satu kantung tapi nilai laboratorium HB darah Kanaya belum juga mendekati nilai normal, seperti dokter bilang, akhirnya dia tambah satu kantung darah lagi.

Selama Kanaya diRumah Sakit dia tidak memberitahu Putra perihal ini, karena dia tidak mau suaminya itu kepikiran dan langsung pulang saat mendengar Kanaya jatuh dari motor dan besoknya drop dan harus dirawat dirumah sakit. Kanaya membiarkan Putra menyelesaikan pekerjaannya dengan tenang disana, setiap Putra kirim pesan atau telpon Kanaya selalu bilang baik-baik saja, dia juga berharap segera keluar Rumah Sakit sebelum suaminya pulang dari jawa.Tapi ternyata rencana Kanaya tidak seperti yang dia rencanakan.

____________________________________

Pagi ini Kanaya terbangun dan dia Langsung kaget karena melihat suaminya sudah duduk disamping ranjangnya sambil memegang erat jemarinya. Wajah Putra terlihat sedikit kecewa dan marah pada Kanaya karena Kanaya sudah tidak jujur padanya.

"Ma-mas, kapan pulang?" Tanya Kanaya gugup

"Kenapa gak cerita jujur sama mas?" Rahang Putra mengeras terlihat jelas dia menahan amarah dan emosinya.

"A-aku hanya gak mau jadi beban pikiran mas disana," ucap Kanaya pelan, kepalanya menunduk dia merasa bersalah karena sudah merahasiakan ini semua dari suaminya.

"Kali ini mas kecewa sama kamu, karena kamu sudah berbohong sama mas, selama tiga hari mas disana tanya kabar kamu selalu jawab baik dan sehat, tapi nyatanya kamu malah kecelakaan motor sama Awan, masuk Rumah Sakit dan harus transfusi darah segala." Putra sampai bangkit dari kursinya dan tangannya besedekap didada.

"Kalau aku cerita sama mas, nanti mas gak akan konsentrasi kerja dan pasti mas akan langsung pulang,"

"Kalau tau dari awal mas pasti akan pulang, mas akan-"

"Tuh kan bener perkiraan aku," Kanaya memotong ucapan Putra

"Lah iya dong, suami mana yang tidak kwatir jika istrinya seperti ini?"

"Iya maaf,"

"Aku gak butuh kata maaf dari kamu saat ini, aku cuma mau kamu juga ngertiin perasaan aku Nay!, kamu tau aku paling gak suka dibohongin, harusnya kamu jujur dari awal. Aku dah bilang naik mobil, kenapa kamu naik motor?"

"Awan minta naik motor,"

"Harusnya kamu bujuk dia dong agar mau naik mobil saat itu, alhasil kamu kecelakaan motor kan? Beruntung janin diperut kamu itu gak kenapa-napa."

"Iya maaf," air mata Kanaya sudah mengalir, baru kali ini dia melihat suaminya marah dan memarahinya.

"Kamu tuh-" Putra berhenti berucap saat melihat bantal yang Kanaya peluk basah terkena tetesan air matanya, karena terus menunduk dari tadi Putra tidak dapat melihat kalau Kanaya menangis, dia terus saja mengomel.

"Sayang, hei jangan nangis. Mas minta maaf yah, mas emosi tadi harusnya mas gak marah-marah saat kamu seperti ini," Putra langsung memeluk Kanaya dengan erat, ada rasa sesal juga dihatinya karena terbawa emosi. Tangis Kanaya pecah didada suaminya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C8
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen