Acara makan siang yang telah di siapkan dengan susah payah oleh Harini kini tidak ada satu orang pun yang menyentuhnya.
mereka kembali menghangatkan dan acara makan siang berubah menjadi acara makan malam.
"Harini, duduklah. kita makan bersama-sama."
Malik meminta Harini duduk tidak jauh darinya, ia tahu betul bagaimana perangai anak dan menantunya pada Harini. dan sikap cucunya Carissa terlihat tidak suka pada Harini.
"Kakek, aku tidak ingin makan satu meja dengan gembel." Carissa merengek pada sang kakek agar Harini tidak makan malam bersama mereka.
Malik, yang mendengar perkataan Carissa menjatuhkan garpu dan sendok sehingga menimbulkan suara yang nyaring. seketika suasana di meja makan berubah hening. Harini yang tahu akan terjadi sesuatu dengan sigap meraih air minum dan memberikan pada sang kakek.
"Kakek, minumlah."
Harini memberikan air yang berada di hadapan sang kakek.
"Terima kasih sayang." Tatapan tajam Malik pada anak menantu dan cucunya yang kini menundukkan kepalanya.
"Siapa yang tidak setuju Harini makan satu meja dengan kita!?" Suara tegas Malik membuat mereka yang berada di meja makan seketika menegang.
"Ayah, sebaiknya kita makan dulu. tidak baik bukan kita berdebat di meja makan?" Malik menatap putranya yang kini menundukkan kepalanya. benar yang di katakan oleh Haris, tidak pantas mereka berdebat di meja makan.
"Lanjutkan makan kalian, Harini ambilkan kakek buah apel dan tolong potong-potong." Kata Malik dan Harini dengan cekatan menyiapkan apa yang di inginkan oleh Malik kakek yang sangat ia sayangi.
setelah menyiapkan apa yang di inginkan oleh sang kakek. Harini memberikan satu piring kecil berisi potongan apel pada sang kakek yang tengah duduk di meja makan.
"Terima kasih Harini,"
Malik tersenyum pada Harini gadis belia yang sangat ia sayangi.
"Setelah makan malam ada yang ingin kakek umumkan dan kakek tidak ingin mendengar apapun. alasannya dan bantahan." Haris saling pandang dengan istrinya. tidak tahu apa yang akan di umumkan oleh sang ayah pada mereka, terlebih saat ini mereka tengah menikmati makan malam.
"Baik ayah."
Mereka kembali melanjutkan acara makan malam hingga tidak berapa lama. acara makan malam pun selesai dan kini mereka berkumpul di ruang keluarga seperti yang diinginkan oleh Malik.
"Ayah, ada apa? kenapa ayah meminta kami berkumpul di sini?" Tanya Haris dengan nada suara penasaran.
"Haris, apa kau sudah memilikinya rencana untuk putrimu?" Haris tersenyum mendengar perhatian sang ayah pada putrinya.
"Sudah ayah, Carissa akan sekolah di R Internasional school." Malik menganggukkan kepalanya mendengar, penuturan Putranya.
"Oke, itu artinya putrimu akan bersekolah bersama dengan Harini." Mereka terdiam seketika, mendengar apa yang di katakan oleh Malik ayahnya. terlebih Carissa yang keberatan jika harus sekolah bersama dengan Harini.
"Tapi ayah itu tidak mungkin. ayah tau bukan sekolah disana membutuhkan biaya yang tidak sedikit!?" Haris yang tidak terima Ayahnya mengeluarkan uang banyak hanya untuk Harini.
"Kamu takut ayah mengeluarkan uang untuk Harini? kamu takut jika uang ayahmu akan habis untuk membiayai Harini?" Kata Malik dengan suara tegas.
"Ayah, aku hanya ..." Malik tersenyum mencemooh.
"Hanya apa!! kamu lupa siapa yang sudah menghabiskan uang ayahmu? dan kamu tahu siapa yang berfoya-foya setiap harinya!?" Kata Malik dengan suara tingginya.
"Sudah!! ayah tidak ingin mendengar perdebatan lagi. dan perlu kamu ketahui jika Harini bisa masuk sekolah disana bukan karena uang ayah tapi karena prestasi. Harini mendapatkan beasiswa. itulah Kenapa cucuku Harini bisa masuk kesana dan tanpa bantuan oleh siapapun, termasuk nama besar kakeknya. aku berharap putrimu juga bisa seperti Harini pandai sehingga tidak menggunakan uang dan nama besar orang tuanya dan tidak menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting!!" Ucapan Malik seketika itu membuat Haris dan Harumi terdiam, apa yang di katakan oleh Ayahnya benar adanya. jika istrinya telah menghamburkan uang untuk hal-hal yang tidak berguna.
"Kenapa diam?" Haris mengangkat wajahnya dan tatapan matanya tanpa sengaja saling bertemu dengan sang ayah.
"Kakek, apa mungkin Harini mampu sekolah disana? bukankah disana benar-benar untuk anak keturunan orang konglomerat dan apa mungkin Harini bisa bersikap seperti anak konglomerat? seperti yang kita ketahui jika Harini adalah anak pungut." Ucapan Carissa membuat Malik marah.
PRANK !!!
Suara benda jatuh mengalihkan pandangan mereka kearah dimana Harini yang tengah membawa nampan berisikan kopi untuk sang kakek kini berhamburan di lantai.
Harumi dan Carissa tersenyum puas apa yang terjadi dengan Harini. mereka berhasil membuat gadis belia yang menjadi benalu di keluarganya mendengar sendiri jika dia bukanlah anggota keluarganya.
"Harini, kamu tidak apa-apa?" Malik berdiri dan membantu Harini yang seketika tubuhnya bergetar.
"T... tidak kek," Malik membawa Harini duduk di sofa.
"Ayah, sebaiknya ayah katakan pada Harini yang sebenarnya." Haris melihat ada kesempatan ia terus mendesak sang ayah untuk mengatakan yang sebenarnya.
Malik diam menatap wajah sendu Harini. dirinya tidak mungkin menyembunyikan semua dan ia ingin mengatakan apapun yang akan terjadi nanti.
"Sayang, maafkan kakek. maaf tidak mengatakan yang sebenarnya padamu. tapi..." Malik menggenggam tangan Harini dan melanjutkan kata-katanya.
"Apapun yang kakek katakan tidak akan merubah apapun sayang. dan kakek akan tetap menyayangi kamu seperti sebelumnya. Harini... Kakek menemukan mu saat kamu berusia sekitar tiga tahun dan pada saat itu kamu mengalami luka yang cukup serius, kakek rasa orang tuamu mengalami kecelakaan dan kamu terpental.. karena tidak lama terdengar suara ledakan, kakek bersyukur karena kamu tidak jatuh ke sungai... terlepas dari apapun. kamu tetaplah cucu kakek yang sangat kakek sayangi... Harini kamu tahu kenapa kakek memberimu nama Harini?" Malik mengusap kepala Harini. dan kembali berucap.
"Itu karena, kamu memiliki hati yang lembut.. dan nama itu cocok untukmu," Malik memeluk tubuh rapuh Harini dan membawanya ke kamar. pada saat berada di tangga Malik menghentikan langkahnya dan berbalik menatap wajah anak, menantu dan cucunya.
"Siapapun tidak berhak mengusik Harini. jika di antara kalian mengusiknya maka kalian bersiaplah untuk keluar dari rumah ini!" Malik kembali melangkah menuju lantai dua dimana kamar Harini berada.
"Mas, aku tidak mau gadis itu berada di sini dan menjadi ancaman untuk putriku!! kamu harus melakukan apapun agar gadis itu keluar dari rumah ini." Harumi mendesak sang suami agar bersedia mengusir Harini.
"Kamu tidak dengar apa yang di katakan oleh ayah?" Kata Haris dengan satu tarikan nafas.
"Mas, kita tidak perlu mengusirnya. kita cukup membuat anak itu tidak betah di sini dan berlahan dia akan memilih untuk pergi dari rumah ini. kita hanya perlu menekan dia setiap hari tanpa ayah mengetahuinya." Ucapan Harumi di angguki oleh Haris dan Carissa.
"Aku setuju. dan tugas kamu tekan Harini di sekolah, jangan biarkan dia memiliki teman disana dan usahakan dia menerima bully. kamu paham Carissa!!" Haris tersenyum puas saat melihat anggukan kepala putrinya.