*Mencintai diri sendiri jauh lebih sulit dibandingkan dengan mencintai orang lain*
~Cassie Qianzie Putri
✓✓✓
Satu bulan adalah waktu paling banyak yang bisa orang tua Cassie gunakan untuk mengulur waktu tentang rapat pemilihan calon pewarisnya. Selebih dari itu para pemegang saham selalu bertanya dan kadang mendesak agar acara itu segera dilakukan. Tidak ada pilihan yang bisa mereka lakukan selain mengatakan hal yang sejujurnya, karena mereka sama sekali tidak ingin jika Allen mendapatkan posisi itu
Mereka tidak membela salah satu anaknya, hanya saja mereka tidak ingin Allen semakin menyalahgunakan kekuasaannya. Namun bagi Allen itu adalah pembelaan dan semua kebencian tertuju kepadanya
"Pa ngapain sih nunggu orang yang udah mati balik lagi kesini" Allen yang baru saja pulang langsung menerobos masuk keruang kerja ayahnya
Prakkkk...
Tanpa ragu Edward menampar putranya dengan keras, dia sudah lama ingin melakukannya, karena cara baik-baik sudah tidak akan berarti lagi bagi Allen. Sedangkan lesya alzalea hanya menangis saat mendengar ucapan anaknya yang sama sekali tidak berperasaan. Semua orang disekitar mereka berduka cita dan menangis saat mengingat Cassie yang begitu baik dan selalu ceria menghilang, tetapi kakak kandungnya malah seperti tidak merasakan apapun
"Kamu bilang adik kamu sudah mati?" ujar Edward
"DIA BAHKAN GAK ADA KABAR SELAMA SATU BULAN PA, APA LAGI KALAU BUKAN MATI?" teriak Allen
"Okey, dia bisa aja selamat dari kecelakaan itu, tapi apa dia bisa bertahan selama satu bulan tanpa makan, tanpa apapun disana?" Lanjut Allen
"Allen hikss... Kapan kamu berubah nak" lesya
"Sekali lagi kamu berani bilang Cassie sudah mati, silahkan pergi dari keluarga ini Allen" Edward
"Belain pa, BELAIN TERUS JALANG ITU, ANAK KESAYANGAN KALIAN ITU" Allen
"ALLEN" bentak lesya
Praakkk....
Dan kini untuk kedua kalinya Allen ditampar oleh ayahnya. Laki-laki itu hanya tersenyum lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi
"Huuhh, kenapa dia bisa sekejam itu kepada adik kandungnya" gumam Edward
Edward berjalan menuju kearah meja kerja dirumahnya, mengambil sebuah kalender yang penuh dengan coretan tinta merah pada setiap angkanya. Air matanya terjatuh dan dia kembali mencoret angka selanjutnya dengan perasaan yang penuh dengan kesedihan
"Dimana kamu nak" tangisnya
"Hikss... Kenapa kamu tidak kembali nak hikss" racau lesya
"Maafin papa sama Mama nak"
Edward segera mengambil jas yang kebetulan berada diatas kursinya. Dia menelpon sekretarisnya untuk mengumumkan rapat calon pewaris yang akan dimulai sebentar lagi. Sejauh apapun dia menghindar, suatu saat rapat itu akan tetap terjadi, tidak ada gunanya untuk terus diam dan menutup semuanya sendiri
Dia menuju keruang rapat yang telah dipenuhi oleh sebagian pemegang saham dan juga Allen yang senantiasa setia meski keadaannya sedang kurang bersahabat dengan ayahnya. Edward duduk dan mulai membuka acara dengan beberapa kata sambutan kepada tamu undangannya, dia sungguh menantikan suatu keajaiban jika putrinya akan datang, tapi sepertinya dia sedang bermimpi terlalu tinggi
"Sejujurnya pewaris ku hilang" ujar Edward setelah mengucapkan kata sambutan
Semua orang didalam ruangan rapat tercengang, mereka mulai bertanya-tanya apa yang terjadi? Semua saling berpandangan dan terkadang berbisik kecil. Edward tau jika berita itu bukan berita yang menyenangkan bagi mereka, tapi tentunya itu juga bukan kabar baik bagi Edward. Dia menghempaskan nafasnya dengan kasar, tangannya membuka sebuah dokumen yang berada didepannya
"Satu bulan yang lalu putriku mengalami kecelakaan pesawat terbang, dan sampai sekarang belum ada kabar apakah dia masih hidup atau entah kemana, saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya, karena kami juga tidak menginginkan hal seperti ini terjadi" ujar Edward dengan mata yang mulai berkaca-kaca
"Sebelum kabar tentang putriku jelas, untuk sementara Allen yang akan memimpin perusahaan" Edward
"Hmm"
Beberapa orang merasa tidak nyaman, mungkin karena mereka tau bagaimana kelakuan Allen selama ini, dan bagi mereka yang berada di pihak Allen tentu saja bahagia. Allen dengan bangga maju kedepan untuk menyapa semua pemilik saham
"Tentu kalian semua sudah mengenal saya, Allen Alzelvin. Saya akan memimpin perusahaan ini semampu saya" Allen
"Tapi..."
Perkataan Edward telah mengubah senyuman Allen yang tadi berseri-seri menjadi gelap
"Jika Cassie kembali, dia yang akan mengambil semua warisanku di perusahaan" lanjut Edward
Kesal? Tentu saja dia sangat kesal. Dia anak laki-laki, dia yang seharusnya menerima warisan itu, tetapi dia malah menjadi cadangan disaat tokoh utama hilang. Hanya karena didepan banyak orang Allen tidak membantah ataupun memperlihatkan kemarahannya, dia masih saja mencoba untuk tetap tersenyum dan menuruti semua perkataan ayahnya
"Tentu pa, Cassie pasti kembali" Allen
"Untuk hari ini cukup disini, terima kasih telah menghadiri rapat hari ini" Edward
Semua orang meninggalkan ruang rapat, hanya tersisa Allen dan pamannya, Raitrama Priestley. Dia adalah adik kandung dari Edward yang merupakan ketua keuangan perusahaan L.A company. Dia adalah salah satu pemegang saham yang juga berpihak kepada Allen sejak lama. Raitrama mempunyai seorang putri yang sedikit lebih muda dari Cassie dan sekarang dia telah bertunangan dengan seorang CEO muda dari perusahaan Star business
Alexa Raitrama, bagi keluarganya dia sangat berarti. Gadis cantik ini selalu dipuji karena kecerdasannya, belum lagi sekarang dia sudah menjadi tunangan dari Artha Farrely Rayleigh. Banyak orang yang iri dengan keluarga Raitrama yang selalu terlihat ceria, berbeda dengan keluarga kaya raya Edward yang selalu bermasalah. Allen yang suka keluar masuk penjara dan sekarang putri kesayangannya yang menghilang
Sejak lama L.A company dan Star business telah bekerja sama, keduanya bagaikan saudara yang tak terpisahkan. Apalagi pertunangan itu membuat hubungan mereka menjadi semakin kuat, walaupun mereka baru bertunangan beberapa hari yang lalu setelah kasus kehilangan Cassie ditutup oleh pihak kepolisian. Ahh kasus yang sudah lama tidak terselesaikan memang akan ditutup, karena banyak kasus lain yang terjadi
"Kerja bagus nak" Raitrama menepuk pundak keponakannya
"Paman kira-kira kemana Cassie pergi kalau dia belum mati" tanya Allen
"ALLEN" tegur Raitrama
"Kamu gak boleh berbicara sekejam itu mengenai adik kandungmu" lanjut Raitrama
"Allen serius, kemana perginya anak sialan itu?" Allen
"Allen" Raitrama
"Gue penasaran dia udah mati atau enggak" Allen tersenyum tipis lalu duduk dengan menyandarkan kakinya diatas meja, dia meraih secangkir kopi panas yang membuat suasana hatinya semakin membaik. Sekali-kali dia memutarkan kursinya, bersenandung riang didalam ruangan yang cukup luas itu. Tapi sesaat kemudian dia terkejut dan langsung menatap kearah pamannya
"Gimana kalau dia masih hidup paman?" Allen
"Dia akan pulang kesini kan?" Raitrama
"Gak boleh, itu gak boleh terjadi" Allen
"Allen" tegur Raitrama lagi
"Udahlah paman, stop buat pura-pura baik didepan Allen, Allen tau kalau tujuan kita sama" Allen
"Maksud kamu apa Allen?" Raitrama
"Bukannya paman juga pengen Cassie mati?"
"Kalau dia mati, Allen bakalan jadi penerus selanjutnya dan paman akan naik jabatan. Allen tau kalau hubungan paman sama Cassie gak terlalu baik, bukannya paman takut kalau Cassie yang bakalan memimpin perusahaan?" Allen
"Hahahaa kenapa hubungan paman sama Cassie tidak baik hmm? Paman sama Cassie akrap kok" Raitrama
"Hahaa akrap? Jangan lupa kalau Cassie sempat dengerin omongan paman sama orang suruhan paman buat singkirkan posisi papa dari perusahaan ini" Allen
"ALLEN"
"Allen juga tau itu, kalau paman mau Allen tetap diam, paman harus ngaku kalau sebenarnya paman juga pengen Cassie mati kan?" Allen
Raitrama terdiam
"Tenang paman, kita sejalan dan setujuan" Allen berbisik kecil