Xu Feng termenung di bangku kulit yang empuk dan berlapis di dalam kereta Mercedes Benz miliknya yang melaju mantap menuju Kota Yilin. Gerakan lincah di atas bangku tadi kini berganti menjadi sikap yang dipaksakan dan terkontrol dengan teliti.
Rambut peraknya, yang diatur dengan ahli dalam gaya yang rumit, membingkai wajahnya sehingga menonjolkan kecantikan yang mencolok. Kejadian-kejadian belakangan ini membuat bibirnya tampak semakin merah dan cemberut dari sebelumnya.
Walaupun wajahnya umumnya menunjukkan ketenangan tanpa ekspresi, kemerahan di pipinya memberikan kontras yang menggoda, mengisyaratkan kekacauan yang dia alami sebentar tadi.
Perjalanan tadi telah mendorongnya untuk mengganti jubah formal yang ia kenakan lebih awal hari itu. Kini ia memakai pakaian yang lebih simpel dan praktis, ditumpuk rapi di bawah jaket buatan rumahnya untuk melawan dingin musim dingin.