Komentar tiba-tiba itu membuat senyum Mr. Eugene menghilang.
Ia mengerutkan kening dan melihat ke arah pintu masuk ruang resepsi.
Di sana berdiri seorang gadis.
Kulitnya lembut dan putih, seperti krim yang mengental.
Mata phoenix-nya sedikit terangkat, memancarkan cahaya samar yang berkedip-kedip.
Ia terlihat jernih dan dingin, mata dan alisnya memancarkan hawa dingin.
Dia hanya menatapnya langsung.
Meskipun kehadirannya tampak tenang, itu seperti arus dalam di air yang tenang, memiliki kekuatan yang lebih luar biasa.
Tatapan penuh penilaiannya membuat jantung Eugene berdebar, seolah firasat buruk akan segera menjadi kenyataan.
Tetapi sekejap kemudian, ia mengejek dalam hatinya.
Hanya seorang gadis berusia tujuh belas atau delapan belas tahun, apa yang bisa dia lakukan?
Mungkin dia hanya di sana untuk bermain-main.
Ia bahkan sempat terkejut sejenak.