"AHHHHHH!" teriak Penny sekeras-kerasnya, uvulanya terlihat bergetar. Namun, teriakannya bercampur dengan tawa kecil dan derai tawa yang terputus-putus, menunjukkan bahwa ia menikmati wahana yang mendebarkan itu.
Zoren, di sisi lain, hanya duduk di sebelahnya. Ekspresinya tetap tak berubah, seolah hati dan jiwanya tak bisa merasakan emosi yang dirasakan orang lain. Ia bahkan punya waktu luang untuk melihat teman kencannya, yang berteriak sejadi-jadinya.
"Ahh..." ia mengeluarkan suara malas, hanya untuk melihatnya menoleh ke arahnya. Ia menekan bibirnya menjadi garis tipis, tidak yakin apakah dia menatapnya dengan rasa kecewa atau terkejut.
Zoren mengangkat bahu dalam hati dan menunggu permainan berakhir. Saat itu terjadi, dia bisa mendengar suara gemetar di sekelilingnya dan merasakan sensasi yang masih tersisa dari permainan itu.
"Itu seru!" seru Penny sambil turun dari wahana, matanya tertuju padanya. "Zoren, kau takut?"
Tidak sedikit pun.