(Tokyo, 29 November)
Alandra terdiam duduk di ranjang miliknya sambil melihat sebuah headset yang ada di tangan nya.
Sambil mengingat Lex Luthor, gadis rambut putih kemarin. Dia sendiri bahkan sudah memakai masker hitam itu lagi. Wajahnya seperti tak terlihat di sini, sekali kali dia harusnya membuka maskernya sebenarnya ada masalah apa dengan wajahnya, padahal dia terlihat sangat tampan jika masker itu coba di lepas.
"(Rasanya sangat aneh, kenapa aku terus teringat padanya. Yang aku ingat dia memakai celana pendek jeans levis berwarna biru tua dan outfit pendeknya, kulitnya seputih keramik porseline dan rambut panjang berwarna putihnya sangat lah cantik. Warna mata miliknya berwarna biru seperti kucing putih yang lembut tapi...)" dia teringat saat Lex Luthor bersikap layaknya preman pada pria yang melecehkannya di kereta kemarin.
"(Apa dia seorang gangster.... Tapi tidak mungkin bukan... Tubuhnya seperti gadis... Apa dia benar benar masih gadis?)" Alandra benar benar tidak menyadari bahwa yang dia pikirkan tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
"(Mengapa aku memikirkan seseorang, sebelumnya aku tak pernah memikirkan orang sampai seperti ini, apa jangan jangan... Aku tertarik padanya... Mungkin itu yang dinamakan tertarik pada pandangan pertama.)"
Ia masih berpikir lalu melihat jam dinding dan berdiri sambil menyimpan headset itu di lacinya. Lalu pergi berjalan ke kampus.
"(Apa aku benar bisa bertemu dengan nya lagi... Aku benar benar ragu soal ini, apa yang harus kulakukan jika aku bertemu dengan nya, ini pertama kalinya aku tertarik dengan perempuan,)" dia terus berpikir sambil berjalan ke kampus membawa tas ransel di punggung nya yang ia bawa di satu pundaknya saja.
Hingga tak sengaja ada perempuan berlari dari depan dan menabrak bahu nya membuat perempuan itu oleng akan jatuh. "Ak...!"
Untungnya Alandra yang baik baik saja tanpa reaksi apapun termasuk jatuh, langsung menolongnya dengan menahan tangan perempuan itu.
"Huf... Terima kasih," tatap nya dengan sedikit terpesona pada Alandra.
Alandra hanya diam cuek lalu berjalan pergi. Perempuan itu pun juga masih menatap nya.
"(Siapa dia.... Kenapa sangat tampan... Apa senior atas...? Aku ingin berkenalan dengan nya.) Anu...." ia memanggil membuat Alandra melirik tanpa berhenti berjalan.
"Um... Bisa aku-
"Maaf, tidak bisa," Alandra langsung membalas begitu membuat perempuan tersebut terdiam.
"(Kenapa dia langsung menyela ku, dia tampak buru buru dan tatapan nya tadi, benar benar sangat dingin... Tunggu, memakai masker? Sepertinya aku tahu, satu satunya mahasiswa yang selalu memakai masker tampan di wajahnya....)" ia mengenal dari rumor Alandra.
Di kelas, Alandra diam seperti biasanya dan kali ini, dia tak mendengarkan Profesor yang mengajar di depan kelas. Ia beberapa kali menulis nama Lex Luthor di buku catatan nya.
"(Kenapa aku begitu tertarik dengan nya, selama ini menyukai perempuan sangat susah untukku, dan kenapa sekarang aku tertarik dengan gadis muda dengan tubuh yang bagus itu. Kenapa rasanya sangat aneh,)" ia terdiam. Tapi lelaki teman sebangku nya tiba tiba merangkulnya. "Yo bro... Apa kabar, kau dari tadi melamun, lihat... Professor sudah pergi baru saja dan kau tahu apa yang dia terangkan tadi?" tatap nya.
"Aku, tidak tahu," balas Alandra dengan mata mengarah ke buku, tatapan mata yang sinis tapi mensifatkan wajah yang sedang kebosanan atau lebih tepatnya orang yang melihatnya akan teras bosan.
Lelaki itu adalah Lucky teman sebangku Alandra yang sangat pandai bergaul. Tak jarang banyak orang yang tertarik pada Lucky juga. Tubuh mereka memiliki dominan yang sama dan di sebut sebagai duo lelaki yang menonjol dalam rumor populer kampus. Yang satu begitu friendly dan yang satunya begitu datar.
"Apa yang kau tulis...?" Lucky menoleh ke buku Alandra dan menemukan nama. "Lex... Luthor? Siapa dia?" tatap lucky dengan bingung.
"Dia... Hanya seseorang saja," balas Alandra sambil menutup bukunya dengan lirikan dingin pada Lucky.
"Apa lelaki...? Namanya seperti sangar sekali... Seperti bukan nama aslinya, atau malah perempuan?" tatap Lucky, mendengar itu tentu saja Alandra menjadi terdiam terpikir sesuatu.
"(Benar juga... Nama Lex Luthor adalah nama yang sangat menyeramkan, tidak mungkin kan ini nama gadis itu?)" dia terdiam membuat Lucky bingung.
Tak lama kemudian ada beberapa lelaki datang mendekat ke Lucky. "Hei Lucky kau mau gabung kita basket, kau bisa ajak Alandra," kata mereka sambil menawar.
"Oh boleh juga... Bagaimana denganmu Alandra?" tatap Lucky.
Alandra terdiam dan melihat ke jam dinding. "Maafkan aku... Aku harus pergi," dia berdiri. Tapi Lucky mengatakan sesuatu yang membuatnya berhenti berjalan.
"Kau beneran tidak mau ikut, apa kau pengecut kawan, ini hanyalah basket saja," tatap nya.
". . ." Alandra menoleh dengan lirikan nya. Masker nya tak terbuka sama sekali. "Aku akan gabung kapan kapan," tambahnya sambil mengepal tangan dan pupil mata yang menipis.
"Hoho... Baiklah," balas Lucky. Dia bahkan masih tenang ketika hampir melihat khodam Alandra. Lalu Alandra berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Wah sikapnya benar benar keren, dia bahkan tak mau membagi waktunya menikmati bermain disini," kata mereka.
"Yah dia memang begitu, banyak perempuan tertarik padanya juga karena sikapnya... Antara dewasa dan pendiam," Lucky menambah.
Tapi dia menjadi berpikir sesuatu. "(Aura apa itu tadi, dia tak pernah menggunakan nya, kupikir Alandra itu lelaki yang pendiam dan sekarang aku seperti melihat iblis yang ada di dalam tubuhnya, apa setelah aku mengatakan sesuatu padanya, padahal aku tadi hanya main main, tapi paling tidak, kapan kapan aku bisa melihat lelaki besar itu menunjukan kelincahan nya ketika bermain basket nanti,)" ia tersenyum kecil sendiri.
Alandra memang tak pernah bergabung dalam klub olahraga apapun, bahkan klub ringan pun tak mau ikut, dia lebih memilih pulang duluan tapi ketika di kelas, dia menjadi mahasiswa paling pintar dalam memahami apa yang di ajarkan dosen.
"Hei Lucky, menurut mu, apakah Alandra memiliki masa lalu yang membuat nya begitu?" tanya salah satu rekan menatap Lucky.
Lucky terdiam sebentar sambil tersenyum kecil, lalu membalas. "Tidak ada hal yang aneh dalam masa lalunya, dia tidak memiliki kekurangan apapun, hanya saja... Ini di sebut sebagai sikap yang dewasa...."
Saat ini, Alandra menatap ke ponselnya sambil berjalan ke stasiun kereta. "(Aku akan langsung pulang saja, kafe sedang libur, aku tak bisa kerja sambilan,)" dia mengecek sebuah web situs Novel, dimana dia memiliki akun sendiri dengan banyaknya kisah yang telah dia buat, rupanya Alandra seorang novelis. Pengikut dan suka, penambahan buku dan suport sangat lah banyak.
"(Aku masih bingung dengan cerita yang aku buat,)" dia terdiam, rupanya dia memang seorang pencipta cerita, novel novel yang trend pastinya dia yang membuat.
Namun sekarang, dia tengah kesusahan dalam mencari ide novel nya yang baru karena sudah waktunya dia harus membuat cerita yang baru.
"(Pikirkan ide yang bagus.... Semuanya tidak masuk akal dan sudah terlalu umum,)" dia bingung, tapi tiba tiba ia teringat saat bertemu dengan Lex Luthor di dalam gerbong kereta saat itu. Lalu berhenti berjalan dan berpikir. "(Serius?.... Apa aku harus membuat kisah ini?)" dia menatap langit dengan ragu. Dia berencana membuat kisah tentangnya yang bertemu Lex Luthor. Sesuatu soal hal ini pastinya tidak bisa dilupakan dan harus di abadikan, karena ini bisa jadi sebuah takdir.
"(Tapi ini masih kurang meyakinkan, aku tidak mungkin bertemu dengan nya lagi, seperti nya aku tak perlu repot repot membuat cerita yang terlalu berbohong sekarang... Karena tadi mungkin tidak mau mengakui bahwa aku bertemu dengan nya lagi,)" dia menjadi ragu sambil menatap ke bawah.
Tapi tak di sangka sangka di seberang ada Lex Luthor berjalan sambil menatap ponsel, dia menyebrang begitu saja tanpa mempedulikan lampu jalanan dan anehnya dia sudah bisa sampai di seberang dan berjalan pergi ke stasiun.
Karena jalan penyebrangan ada di depan Alandra, jadi Lex Luthor berjalan tidak ke arah Alandra, dia berjalan menjauh.
Sementara Alandra menghela napas, dia masih belum tahu siapa yang sudah berjalan menjauh di depannya lalu dia berjalan. Tapi ia sadar melihat Lex Luthor.
"Itu....!?" dia terkejut melihat Lex Luthor dari belakang, seketika ia berlari mengejar.
Lex Luthor hanya berjalan sambil mengetik pesan di ponsel dan mendengarkan musik lewat headset yang dia pakai satu saja di telinga kirinya.
Lalu ia membuka sebuah novel dan membacanya sambil berjalan dengan ponselnya. Dia membaca dengan seksama dan seperti nya dia menyukai novel tersebut. "(Aku harap orang yang punya banyak novel ini menciptakan karya barunya, aku pasti akan membacanya, banyak kisah romantis yang sangat menyayat hati di sini,)" pikirnya.
Rupanya dia membaca novel online dan tak di sangka sangka, akun pemilik novel itu sama seperti milik Alandra. Apa itu platform milik Alandra sendiri.
Di sisi lain, Alandra berhenti berlari dengan terengah engah sambil melihat sekitar hampir kehilangan Lex Luthor.
"(Dimana?! Dimana dia?!)" ia menoleh ke sekitar hingga ia melihat Lex Luthor masuk ke gerbong kereta. Dengan cepat Alandra berlari dan untungnya bisa masuk tepat waktu, ia melihat Lex luthor sudah duduk di salah satu bangku dengan masih menatap ke ponselnya.
Alandra yang melihat itu menjadi menghela napas dengan pelan lalu berjalan perlahan mendekat.
Lex Luthor masih terdiam lalu merasakan sesuatu di depan nya, seseorang yang berdiri tepat di depan nya membuat nya melihat ke atas, tepat dimana Alandra berdiri agak jauh di sampingnya, Lex Luthor terdiam membuat hati Alandra berdegup kencang. Alandra tak berani melihat, dia pura pura tidak mengenal tapi pandangan nya tak mau terkontrol, ia menatap ke Lex Luthor yang rupanya juga menatapnya. Tatapan yang begitu datar tapi menggambarkan ingin Alandra menatap juga sehingga mereka melakukan kontak mata.
"Kita bertemu lagi," kata Lex Luthor dengan sedikit senyuman akrab. Hal itu membuat Alandra terdiam kaku. "(Apa dia baru saja.... Tersenyum?!)"