Setelah bermain dengan anak-anak sebentar, Huo Xiaoran meninggalkan anak-anak bermain sendiri di taman. Dia kembali ke studinya dan mengambil sebuah buku catatan berharga yang merupakan milik ibunya.
Dulu, ia sering melihat banyak keluhan di buku harian ibunya. Ibunya mengeluh bahwa ayahnya adalah seorang pria sangat tidak bertanggung jawab. Dia mengeluh telah ditipu menunggu dengan sia-sia. Dia bahkan mengeluh bahwa dia menjadi pengecut dan meninggalkan dia saat hari pernikahan mereka.
Kadang-kadang, ibunya secara tidak terkendali kehilangan kendali emosinya dan mengutuknya. Dia menyebutnya sebagai sampah. Namun, sangat jarang bagi ibunya untuk kehilangan kontrol. Huo Xiaoran tahu bahwa cinta ibunya kepada ayahnya yang mendukung penguasaan dirinya, membuatnya tidak mau memfitnah karakter ayahnya tanpa kontrol saat dia merasa ditipu.
Ada juga banyak kehangatan di dalam buku harian tersebut.