App herunterladen
53.33% Domestic Girl: Antibody of The End World / Chapter 8: Chapter 8: Remang-Remang

Kapitel 8: Chapter 8: Remang-Remang

Aku tampak remang remang membuka mata dan melihat cahaya terang di atasku. Perlahan merasakan bahwa tubuhku sudah tampak lebih baik, tapi kaki ku, masih begitu sakit, bahkan aku tak bisa menggerakan nya. Rasanya seperti tersengat listrik dan tersuntik jarum beberapa kali, mungkin seperti tersengat lebah beberapa kali. Itu juga agak bengkak dengan perban yang sangat tebal.

Kepalaku mencoba melihat ke sekitar, rupanya tak hanya ada satu ranjang tapi ada banyak ranjang berderet seperti ruangan rumah sakit, aku bisa perlahan melihat beberapa orang yang terbaring tampak tak sadarkan diri, kemudian pandangan ku menatap kantung cairan infus yang teralirkan di tangan ku membuatku berpikir lebih baik.

Kemudian muncul seorang perawat lelaki, dia menatap ku yang bangun, kemudian memeriksa ku dengan bertanya. "Bagaimana kondisi mu?" Tatapnya.

"Apa yang, terjadi?" Aku bertanya dengan polos.

"Luka mu sudah di obati, peluru sudah tercabut dan itu akan membuat bekas jahitan sangat panjang, diperkirakan kau akan bisa berjalan sekitar satu minggu" Balasnya dengan sangat tenang dan begitu baik.

Tapi bagaimanapun juga, setelah semua yang terjadi, aku tampak masih bisa mengingat semuanya, apalagi aku mendadak ingat ketika aku di ruangan gelap, dan hanya ada lampu terang yang menyinari tubuhku.

Mereka terus menyuntikan jarum di seluruh tubuhku, mereka pikir itu tidak sakit ketika mereka melakukan nya saat aku tak sadarkan diri, tapi yang paling membuatku berpikir keras adalah, aku sudah melihat mereka seperti menyiapkan kantung darah yang akan di alirkan di tubuhku karena aku sudah terlalu banyak kehabisan darah.

Dalam kondisi agak tak sadar, aku senang karena mereka membantuku dengan menjagaku agar tidak kehabisan darah, tapi ketika suntikan tajam dari selang darah itu menusuk di lipatan siku ku dan darah mulai teralirkan cepat, mendadak saja aku merasakan sakit yang luar biasa. Semuanya menjadi satu, termasuk kepala ku pusing, perutku sakit dan dadaku seperti tertekan.

Mereka juga tak tahu apa yang terjadi hingga tubuhku tanpa sadar membuatku batuk. "Cough!!" Kupikir itu hanya batuk biasa, tapi rupanya aku bisa melihat mereka terkejut dan langsung buru buru mencabut selang darah itu dari tangan ku, kenapa mereka malah mencabut nya? Bukankah itu bisa membuatku lebih baik, tapi aku sadar, aku tadi tidak batuk biasa, melainkan batuk darah yang sangat banyak yang artinya, aku kembali memuntahkan darah yang dari kantung darah itu, dalam artian lain, darah itu tak cocok untuk tubuhku. Kupikir itu akan satu kali saja terjadi, tapi rupanya mereka berulang kali melakukan nya, menancapkan kantung darah untuk menambah darahku.

Tapi tetap saja, aku yang bahkan masih belum sadar terus saja melakukan hal yang sama, yakni menolak darah itu hingga mereka berhenti melakukan nya ketika aku sudah benar benar tak sadarkan diri dan, koma.

Yeah, aku bisa merasakan bahwa aku koma, karena aku tak bisa merasakan apapun selain mendengar dan merasakan mereka yang terus saja menyakiti tubuhku dengan menyuntikan suntikan yang pada akhirnya menarik darah ku keluar, setelah itu pergi tanpa penyesalan. Bisa di bilang aku akan terus tersiksa seperti ini, mereka bersikap menyembunyikan sesuatu dan aku yang tak tahu apapun hanya bisa di kendalikan oleh nasib tak sadarkan diri setiap kali.

--

Karena itulah sekarang aku bisa terbangun merasakan suluruh tubuhku sakit, aku masih belum tahu apa yang terjadi hingga aku kembali menatap ke perawat lelaki itu karena di saat itu juga, aku teringat paman. "Dimana Paman ku?" Tatapku.

"Paman mu?"

"Orang yang membawaku sampai kemari"

"Aku tidak tahu dia yang mana tapi, beberapa orang yang sehat dan tidak terinfeksi di arahkan masuk ke dalam untuk mengevakuasi mereka sementara, karena di luar sana benar benar buruk, sebaiknya aku meminta mu untuk beristirahat selama satu minggu penuh"

"Tapi, aku ingin bertemu dengan nya"

"Tidak dulu" Dia membalas dengan agak tegas kemudian berjalan pergi meninggalkan ku yang terdiam, sebenarnya apa yang terjadi, aku ingin mengatahui semuanya, tapi sayangnya kepalaku masih pusing, perutku mual, dadaku sangat sesak dan tubuhku panas dingin, terpaksa aku harus istirahat hingga aku akan benar benar bosan di sini.

Jika di pikir lagi, jika memang paman ada di sekitar sini, seharusnya dia langsung mengambil ku kan, tapi, kenapa dia tidak terlihat, dia juga tidak khawatir pada kondisi ku yang sekarang, bukankah dia janji akan memastikan bahwa aku baik baik saja, tapi nyatanya, dia tidak terlihat sama sekali, atau mungkin, dia melupakan ku.

--

Aku kembali terbangun membuka mataku, dan akhirnya, aku bisa bangun duduk merasakan tubuhku sudah lebih baik, sebenarnya aku tidak tahu sudah berapa lama aku ada di ranjang ini, yang pasti, semua orang yang ada di sekitarku yang aku lihat pertama ketika membuka mata, mereka yang tertidur di ranjang ranjang rumah sakit yang berderet itu menjadi menghilang satu persatu. Aku hanya bisa melihat mereka yang sudah tampak baikan kemudian di perbolehkan untuk keluar dari ruangan itu.

Aku iri, mereka yang sudah bisa bangun pun sudah diminta keluar dari ruangan itu, aku juga ingin keluar melihat apa yang terjadi di luar sana, tapi jika di pikir pikir, ada perawat yang selalu datang memberikan ku makanan yang mengenyangkan, bagaimana mungkin, bukankah terakhir kali aku membuka mata dengan sadar, dunia sudah sangat hancur, dari mana makanan seenak ini.

Tapi tanpa aku sadari, ini mungkin menyimpan suatu kecurigaan untuk ku, karena setahu ku, di sekian kali aku bangun, aku sudah merasa sangat baik, tapi mereka tidak mengizinkan ku untuk pergi, sebaliknya, mereka malah terus datang dan mengambil darahku secara perlahan dan sedikit demi sedikit, aku tidak tahu apakah pengambilan darah yang berturut-turut itu merupakan urutan menyembuhkan ku, atau malah hal lain, karena semakin mereka mengambilnya, itu saja sudah melebihi batas sample darah.

Hingga tiba tiba ada yang membuka pintu, dia datang lagi, dia yang selalu mengambil darahku dan menanyakan keadaan ku layaknya mengkasihani aku.

"Halo, bagaimana kondisimu?" Dia berjalan mendekat, tepatnya perawat lelaki itu.

Aku hanya terdiam sebentar dan kembali melemparkan pertanyaan. "Kapan aku bisa pergi? Aku sudah merasa lebih baik"

"Jangan khawatir, kau akan baik baik saja, di luar sana sangat berbahaya untuk mu, sekarang izinkan aku mengambil darahmu sedikit ya" Dia mengeluarkan suntikan pengambilan darah.

Dia mengatakan itu sambil menyiapkan suntikan dulu dan aku berinisiatif untuk bertanya. "Kenapa mengambil darahku?" Aku awalnya bertanya baik baik.

Tapi dia tampak terdiam mengabaikan ku, dia seperti sengaja mengabaikan ku agar tak mau menjawab pertanyaan ku. Bahkan dia dengan tak sopan tidak menjawab sampai benar benar menyiapkan suntikan nya. Karena aku sudah muak dan sangat kesal di sini, bahkan sebelum dia benar benar menyuntikkan nya di lengan ku, aku memberontak dengan berteriak. "Memang nya untuk apa darahku!"

Teriakan itu membuat nya terkejut kaku, karena dia tidak menyangka aku akan berteriak seperti itu, kemudian dia menjawab dengan penuh kepercayaan diri. "Ini untuk memastikan apakah kau terinfeksi atau tidak" Dari ekspresi wajahnya, aku saja sudah tahu bahwa dia berbohong, itu membuatku semakin kesal, bahkan aku tanpa kendali mencabut infus yang tertanam di tangan ku membuat darah bercucuran, itu membuatnya juga terkejut.

"Hei, apa yang kau lakukan!!"

Aku juga langsung beranjak dari ranjang, tapi aku menyadari sesuatu, ketika aku sadar bahwa bajuku telah berganti, otomatis, liontin yang aku pakai tidak ada. "Dimana kalung nya!? Dimana kalung itu!!" Aku berteriak menatap nya yang tampak berkeringat dingin, sepertinya dia takut aku akan melakukan sesuatu yang berbahaya karena di pandangan nya, aku berharga, entah dalam artian apapun itu.

"Tenang dulu aku mohon, kami melepaskan liontin itu karena mengganggu proses pengobatan, tapi jangan khawatir, kami menyimpankan nya untuk mu"

Aku yang tak percaya dan masih termakan emosi kekesalan, menjadi mengambil sebuah pisau bedah yang ada di meja lain, aku langsung menodongkan itu ke arahnya, tapi dia tidak berkutik. Seperti mengatakan. "Bunuh saja aku karena masih ada orang yang akan menangkap mu"

"You piece of shit!!" Aku tampak masih kesal, dan mendadak aku mengarahkan pisau bedah itu ke leherku, kali ini sesuai yang aku harapkan, dia terkejut panik.

"Tu-tunggu!! Jangan gegabah!! Jika kau mati, kita tak akan bisa membuat penawar!" Dia berteriak, akhirnya dia mengatakan nya membuatku terdiam.

"Penawar?" Aku menatap serius dan masih dalam menodongkan pisau itu ke leherku sendiri, aku ingin mendapatkan informasi lagi sehingga aku rela menyentuh kan ujung pisau itu ke leherku hingga sedikit darah keluar dari sana.

"Tunggu!! Jangan lakukan, aku mohon!!" Dia malah memohon layaknya nyawaku penting untuknya.

"Jika kau tak ingin aku menusuk lebih dalam leherku, sekarang katakan semua informasi, termasuk apa yang terjadi di dunia ini!! Sekarang dan secara detail!! Cepat" Aku memaksanya.

Tapi dia awalnya ragu membuatku sangat kesal akan mendorong pisau itu, aku tak peduli aku mati karena kematian Ayah, membuatku harus sangat membenci orang orang sepertinya yang berkaitan dengan militer.

Karena tak kunjung dapat jawaban darinya, aku akhirnya mengggenggam erat pisau itu dan mendorong nya dalam ke leherku. Tak peduli, aku tak peduli, aku sudah sangat tersiksa, setiap hari hanya bisa merasakan cahaya remang remang, tak peduli aku mati, aku sudah tak memiliki harapan, dan aku tak mau hidup dalam kesengsaraan ini... Ayah, maafkan aku.

"Tunggu!!" Mendadak dia berteriak menghentikan ku yang akan mendorong pisau itu masuk ke dalam leherku.

"Aku... Aku akan mengatakan nya, jadi, jauhkan pisau itu" Dia mengatakan itu dengan ragu dan beberapa kali terus menelan ludah.

Aku tak mendengarkan nya dan tak menurunkan pisau ku. "Langsung katakan saja!" Aku menatap tajam, aku tak peduli sesakit apa ujung pisau itu telah membuat darah di leherku, yang penting, dia mengatakan segalanya.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C8
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen