Menjelang hari H, banyak tamu yg hadir, adik-adik papa kumpul satu persatu hadir dengan keluarganya, kita di buat sibuk dengan berbagai tugas, terkadang harus kepasar atau cari makanan kecil dan lain sebagainya hingga hari H dan sehari sesudahnya, tak banyak yg bisa aku lakukan untuk urusan pribadiku, dengan Tante Ina pun aku sudah tak bisa tidur berdua, karena harus berbagi dengan yg lain, begitu juga kamar Ica juga Oca.
Setelah tiga hari lewat Lebaran, rumah mulai sepi lagi, aku bisa tidur bareng Tante Ina lagi, malam itu aku masuk kamar Tante, dia sudah tertidur, tertutup selimut hingga sebatas lehernya, sepertinya dia kelelahan, aku mematikan lampu,mengganti dengan lampu tidur yang ada di meja kecil kiri kanan ranjang , aku tak ingin menggangu langsung aku mengambil posisi tidur di sisi dekat kaca, membiarkan ada space di antara kita, entah jam berapa tiba-tiba sebuah tangan memeluk ku dari belakang, aku terbangun saat ku tengok, Tante Ina masih memejamkan mata di balik selimut hanya memakai CD tangannya ada di pinggang ku jemarnya meraba dada ku, aku langsung melepas kaos ku dan celana pendek ku, dalam polos aku berbalik memeluknya, Ina mendekap ku erat dan tidur di dadaku, sambil mendesah, lirih
" Kok kamu engga bangunin aku sih, jahat.." Ina protes, sambil matanya tetap terpejam
" Aku takut kamu lelah, besok kan kamu masuk kerja lagi." Aku menjelaskan
"Hmmmmm, alesan aja" sambil tangannya mencubit hidung ku, kakinya naik ke paha ku dan meletakan di antara kaki ku, saat tersentuh dengan penis ku yg mulai bangun, tangan kirinya menggenggam sambil mengelus dan merangsangnya, perlahan berangsur-angsur mengeras.
" Aku kangen ini... Udah hampir seminggu engga di kasih sama kamu" suara Ina protes dengan nada manjanya.
" Bukan engga di kasih, tapi kan suasana engga memungkinkan" jawab ku menjelaskan
" Banyak alesan iiih kamu" lagi lagi dia mencubit hidung aku. Aku hanya tersenyum menanggapinya,
"Aku juga kangen sayang, boleh engga sekarang " aku mengelus rambutnya dan mencium rambutnya. Dia menatap ku sayu, sambil tanganya tak henti terus merangsang juga mengurut penis ku yg sudah semakin keras,
" Yuk, aku mau " sambil tubuhnya bergerak hendak naik ke tubuhku, aku membalikan kembali, tubuhnya ke bawahku menciumi lehernya
"Aaahhh, aku mau di atassss" protes Ina
" Iya nanti dulu" aku menciumi dan meremas buah dadanya yg sedari tadi bebas dari kurungan bra nya, menjilati menggigit lembut putingnya
"Aaarrrgggghhhh..sayang" suara lirih Tante Ina tertahan, terus lidah ku turun ke perutnya menjilati semua tubuhnya, tangan ku tak henti meremas dan mencubit putingnya, mulut dan lidahku makin turun lebih kebawah lagi, ku lepaskan CD putih miliknya, kulihat rambut di dekat vagina Tante telah basah, tampak indah menggemaskan imut banget, makin terlihat sexy, aku menatap matanya, ternyata dia memperhatikan semua gerakan yg ku buat dengan mata sayu, dan mulut terbuka.
" Ssssukaaa enggaaa " bibirnya bergerak bertanya dengan suara lirih, hampir tak terdengar, aku hanya mengangguk, dan lanjut menjilati, menghisap vagina itu yg tampak lebih gemuk dari biasanya, dia bangkit duduk menghadapi rangsangan ku di lubangnya,
" Aaaaa uudahhhh iiiihhh , akuu mauuu sekarangngngng..." Ina memegang kepala ku, coba menahan serangan ku yg terus makin membuat dia belingsatan, aku setuju dia langsung menarik tubuhku untuk tidur di sebelahnya, dia naik ke atas tubuh ku, mulai membimbing penisku yg sedari tadi sudah berdiri sempurna, dia duduk memasukan semua penisku kedalam lubang vaginanya, sambil matanya terpejam mulutnya terbuka menahan sesuatu agar tak keluar suara, ini posisi favorit Tante, saat sudah ingin mencapai klimaks dalam bercinta. Aku hanya bisa menyaksikan tarian erotis Tante dalam mengurut batang penisku di dalam lubang vagina Tante yg mempunyai cengkraman aneh tapi nikmat, aku tak mengerti apa yg ada dalam vagina itu, pinggul perut dan pantatnya menari meliuk liuk di atas kelamin ku, begitu erotis gerakannya, tanganya di dada ku, sambil mencubit puting ku dan meremas dada ku bahkan menarik-narik puting ku, rangsangan ini berhasil membuat aku makin tak tahan tangan ku meraih pinggangnya, aku bangkit duduk, dia semakin mempercepat gerakan itu aku menahan punggungnya karena dia semakin konstan dan cepat meliuk-liukan tubuhnya kepalanya makin ke belakang, tanganya pindah memegang kaki ku, aku makin tak tahan di buatnya.
"Sayang... Aku mau keluar, sssshhhh" rintih ku tak tahan dengan tarian nya
" Sebentarrr sayang..akuuuuhhh jugaaa"
"Aaaaggghhh hh.." kita keluar bersamaan
Tubuhnya di hempaskan ke belakang, aku menidurkan tubuhnya perlahan, penis ku masih berada di dalam vaginanya, dia menahan pantat ku agar tetap di posisinya, pinggul dan vaginanya seperti mengurut, memaksa melepaskan semua sperma keluar, dia menarik tubuhku untuk memeluk tubuhnya, aku tindih tubuhnya dengan tubuhku, Ina memeluk ku erat..
"Hmmmm...enak bangettt ssshhhh " desah dia di telinga ku, dia mencium bibir ku, aku menjatuhkan tubuh ke samping tetap dalam pelukan, tak ku lepas penisku tetap di dalam lubang yg hangat, kakinya mengunci di pinggang ku, seolah tak mau kalo penis itu ku cabut, aku membiarkan di dalam dan menarik selimut, menutupi tubuh polos kita.
" Engga mau di cabut sampe pagi" minta nya, aku makin mempererat tubuhnya ke dalam pelukan ku. Hingga kita tertidur.
Kembali normal suasana pagi di kamar Tante Ina, Seperti biasa tontonan favorit ku adalah menyaksikan saat Tante Ina berganti baju juga melukis wajahnya, pagi ini aku bangun lebih pagi, masih terdengar suara air di kamar mandi. Tandanya Tante masih di sana, aku duduk bersandar di tepian kasur, masih hanya berselimut, tubuhku masih polos, selalu saja Burung belibis ku mengencangkan uratnya bagai batang kayu bengkok keras berdenyut setiap pagi. Pintu kamar mandi terbuka, Ina dengan kimononya menyapa ku, wajahnya segar dan rambut basah habis keramas, wajahnya ceria menatapku, sambil membenarkan kimono yg tetap saja tak mampu rapat karena size dadanya yg kelewat besar,
" Selamat pagi, sayang... , nyenyak tidurnya?" Tanya Tante manja
" Mimpi di peluk bidadari" jawab ku sambil mata terus menatap ke tubuh Tante Ina yg nyaris sempurna, kulitnya yg putih bersih bercahaya kena sinar matahari yg masuk dari jendela.
"Cantik engga bidadarinya?" Sambil Tante menghampiri ku.
"Cantik, dan sekarang Bidadari nya baru selesai keramas, jadi gemes" tangan ku terbuka menyambut tubuh Tante yg langsung menindih tubuh ku di atas kasur. Aku mengecup keningnya, bibirnya dan menarik tubuhnya lebih erat ke dalam pelukan ku, tubuhnya tepat berada di antara kaki ku, aku yakin perutnya merasakan belibis ku yang tegak mengacung ke atas, Ina mencium leherku aku menarik pantatnya ke atas, agar tepat berada di atas penis ku,
" Aaaauuuuwwwwww, ada yg nusuk-nusuk nih " canda Ina sambil menggoyangkan pinggul dan pantatnya, menggesekkan vaginanya ke batang penis ku. Aku membuka ikatan kimononya, menyingkirkan selimut agar tubuhku tersentuh kesegaran kulitnya yg dingin habis terkena siraman air
Ina mengatur posisi penis ku, tepat di belahan vaginanya yg tampak memerah juga gemuk.aku menekan pantatnya lebih ke dalam.tangan ina melingkar di leher ku, dan mencium bibir ku, saat ingin ku balas dia mundur, rebah di dadaku menikmati hangat tubuh ku, aku coba menggoyangkan belibis ku mundur manju.
" Sayang... Nanti malam lagi aja" sambil Ina memeluk tubuh ku makin erat
" Sekali aja, engga bisa , sayang" aku terus menggesekkan penis ku ke vaginanya yg mulai terasa hangat.
"Nanti malam aja ya , sayang, engga lama kok, biar kamu kangen terus sama aku" celotehnya sambil menggenggam penis ku dengan kedua tanganya, lalu mulai mengurut-urut lembut, lubang di helemnya di sentuh lembut dengan ibu jarinya, tubuhku bergelinjang. Dia duduk di atas perutku, mengatur posisi batang penisku di tindih di antara vaginanya, dua kali dia menggesekkan lalu bangkit, dari kasur menuju lemari baju, sempat mencium kening ku sambil lewat
"Sayaaaaaaang, sebentar aja" pinta ku
"Aku engga mau sebentar, mau yg lama" Ina tersenyum menggoda.
Sudah tak bisa di nego keputusan Ina, aku memandang tubuh Ina yg mulai memakai CD hitamnya, kimono bagian depan tetap tak di ikat kembali, aku menyaksikan sambil mengurut-urut penis ku, dia melepas kimononya dan memakai bra secara terbalik mengait kan di depan dan memutarnya hingga posisi cup bra kembali ke depan lalu meletakan tali bra di pundak dengan rapih, Ketika dia berputar ke arah ku, matanya langsung menatap penis yg sedang di urut-urut oleh tanganku sendiri.
"Aaaa... Iiiih, engga boleh di gituin" dia menghampiri aku, dan melepaskan tangan ku dari penis.
" Nanti malam aku yg keluarin, di sayang -sayang atuh spermanya, jangan sampe terbuang percuma, aku butuh itu." Ina menatap ku serius dengan pandangan memohon,
"Tahan dulu ya...aku kerja dulu, nanti sore pulang, kalo engga bisa tahan sampe malam, sore aku keluarin ya, tapi engga boleh keluarin sendiri."aku menganggukan kepala, Ina mencium kepala penis ku dan menutupi lagi dengan selimut, Ina memakai seragamnya, biasa kemeja bermotif tapi tipis, rok nya agak mini dan ketat membentuk sempurna bulatan pantat Tante yg akan membuat setiap mata lelaki memandangnya kagum, sesekali sudut mata Ina melirik ke aku, apakah masih aku mengurut burung belibis ku.ina pindah ke meja rias, sebentar lagi dia akan berangkat, aku masih ingin dekat dengannya, aku bangkit dari tidur menggeser tubuh ku ke tempat Ina duduk melukis wajahnya, ku hampiri lalu memeluk tubuhnya dari belakang, menikmati rasa hangatnya, dan wangi tubuhnya, Ina hanya senyum dan mengelus tangan ku, sambil terus melukis wajahnya, agak lama aku memeluknya, tak ku lepaskan,tangan ku di elus-elus Ina, dan mencium pipi ku yg ada di bahunya.
" Masih kangen ya..." Ina mengelus kepala ku, aku tak menjawab hanya menekan lebih keras pelukan ku.
" Aa.. aku boleh kerja engga hari ini," Ina berbisik di wajah ku. Aku menatap dia dari kaca, ternyata dia sudah selesai, aku tersenyum.
" Maaf, kirain belum beres" aku melepas pelukanku. Ina berbalik ke hadapan aku dan memeluk tubuh ku erat.
" Aku juga masih kangen kamu, tapi hari ini engga bisa ijin, banyak yg masih pulang kampung, nanti aku ambil cuti dan nginep di tempat kamu ya.. atau kamu nginep ke sini," wajah ku ceria membayangkan itu semua.
"Bener ya, janji?" Kata ku meyakini
"Iya sayang...aku janji" jawab Ina sambil mencium bibir aku.
Dia merapihkan rambut dengan tanganya dan keluar kamar membawa tas kecilnya
"Assalamualaikum wr wb...aku berangkat ya" tangannya meraih tanganku untuk di ciumnya, aku kaget tapi seneng serasa telah menjadi suaminya...aku bangga .
Aku ke kamar mandi, menikmati ke sendirian ku, mata ku terpaku menatap CD putih yg tadi malam Ina pakai, aku keluarkan hanya memastikan bahwa Ina menikmati permainan sex kita, aku lihat ada bercak lendir yg lengket, dan sebagian sudah mengeras, iya benar Ina menikmati nya, aku mencium aromanya, sangat suka aku aroma itu, kembali aku kembalikan. CD nya, nanti kalo pulang aku mau bawa CD milik Tante yg penuh bercak lendir pelumas milik Tante, agar selalu beraroma seperti itu, ketika rindu akan ku pakai untuk onani mengurangi libido ku yg sering tinggi dan tak punya tempat untuk melepaskan sperma ku.
Saat keluar kamar, kok sepi ya, tapi TV menyala di ruang tengah, aku cek kamar papa mama ga ada orang, aku hampiri sofa siapa yg lagi nonton TV, karena dari sini tak terlihat orangnya, setelah dekat ku lihat Oca, tiduran mengenakan kaos putih polos, ku bisa melihat jelas Bra warna pink hampir sama dengan warna kulitnya bra itu terlihat agak transparan dan hanya mengenakan CD penuh renda berwarna pink, aku memutar menghampirinya, Oca menoleh ke arah ku dan senyum manis .. aku duduk di antara kakinya, dan memindahkan kakinya ke atas pangkuan aku, dia malah hendak bangkit dari tiduranya, aku tahan pinggangnya dan jatuh ke pangkuan aku, sambil aku peluk.
"Iiiihhh .. Aa mau di bikinin minuman engga?" Dia menatap wajah ku jaraknya dekat hampir bisa aku merasakan hembusan nafas nya.
"Pada kemana Teh, kok sepi tanya ku" sambil aku peluk tubuhnya, Oca memutar tubuhnya ke arah ku, jadi kini Oca duduk di pangkuan ku menghadap ku, tanganya melingkar di leher ku, tangan ku mendorong pantatnya untuk lebih rapat ke arah tubuh ku.
" Tadi papa kamu ngajak yg lain ke Lembang, ke tempat Uwa Upin, adiknya Ninik, aku di suruh nunggu kamu, kalo mau nyusul pake motor berdua kamu, atau pake grabcar, mereka berangkat tadi pagi jam 5an, kamu mau nyusul ke sana?" Tanya Oca menatap ku.
"Kamu gimana??" Tanya ku balik
" Kamu aah, yg ambil keputusan, kalo pergi hayu, engga pun Aku ikut" sambil menyembunyikan wajahnya di balik leherku, hembusan hangat nafasanya terasa di leherku.
" Aku males banget, ca... Ga usah nyusul aja yuk" aku merangkul pinggangnya dan mengelus-elus nya, yg menyebabkan kaosnya naik kini tampak bulatan padat bokongnya dan renda dari CD nya berwarna pink lembut.
"Ya udah kita di rumah aja" jawab Oca
" Mending pacaran sama kamu" jawab aku sambil meremas pantat Oca .
"Auuww" tubuh Oca kaget malah menekan lebih rapat ke tubuhku. Dia tak menghindar dari tangan ku yg mulai menggerayangi dan mengelus bokongnya. tangannya tetap di leher ku, sambil dia mencium leherku. Engga bisa ML sama Tante Ina, kayanya layak di salurkan ke Teh Oca aja nih, batin ku memberi ide, terlanjur libido udah naik ke ubun ubun.
" Kamu mau di bikinin minum engga,?" wajahnya pindah ke depan wajah ku, aku langsung mencium bibirnya mesra, saat dia membalas ciumanku, mulai lidah ku keluar menari di mulutnya, Oca mendesah dan memegang kedua telinga ku, menahan serangan yg aku lancarkan .
" Aku nawarinya minum, mau kopi, susu coklat atau teh?, Bukan ciuman" protes Oca sambil matanya melotot, ke arah wajah ku, aku cuma senyum aja.
"Kalo susu boleh?" Jawab ku
" Boleh, coklat atau putih?" Oca siap -siap mau berdiri. aku malah memendamkan wajah ku ke dadanya yg masih memakai bra dan kaos, aku coba mencari posisi putingnya.
"Iiiihhh... Jail banget sih...Aaaaa" Oca kaget tapi hanya merangkul kepala ku.
" Ca, buka ya bra nya" pinta ku menatap wajahnya.
" Mau ngapain..??" Sorot matanya tampak sayu, itu pertanda ada gejolak birahi dalam dirinya. Aku tak menjawab, tangan ku mulai masuk ke punggungnya dari balik kaosnya, dan melepas kaitan branya.
" Aa...jangan iiihhh" Oca menatap ku resah dan mulai tampak ada dorongan birahi. Aku tak peduli, setelah lepas semua, pengait di pundaknya aku turunkan ke tanganya, Ica pernah melepas bra tanpa melepas bajunya. Oca hanya menatap mataku nanar, aku mencium bibirnya, dan menarik bra-nya dari depan, tampak bulat besar dada Ica, putingnya masih kecil dan berwarna pink, aku mengelus dan coba menjepit putingnya di sela jari ku
"sshhh...Auuuww" Oca tampak kaget saat aku menjepit putingnya, dia hanya menatap tangan ku saat terus memainkan dadanya. Baru mau memulai menjilati puting itu, perutku berbunyi..krrruuuuk, aku senyum.
"Aa, sarapan dulu aja deh... Nanti di lanjut" Oca merasa kasihan belum ada yg aku makan dari bangun tidur, boleh juga rasanya aku kok jadi lapar, dari semalam aku tempur dengan Tante Ina.Oca bangkit dari duduknya dan berjalan ke Pantry,
" Mau minum susu coklat?" Tanya Oca setelah ada di meja kerja Pantry
"Aku mau kopi,"
"Kaya abah-abah iiih"
"Tuh tadi nawarin??, sekarang ngataiin" protes aku
"Iya iya..kopi hitam kopi susu?"
" Kopi hitam aja, susunya ini aja" aku memeluk Ica dari belakang, dan memeras dadanya dengan lembut..kini tak ada lagi bra penghalang,
"Ssshhhhhaaaahhh" desah Oca, dan diam saat aku merangsang nya
" Mau di buatin roti engga?" Tatapan Oca sudah berbeda seperti mulai merasakan sesuatu dalam dirinya.
"Mau" jawab ku sambil meremas dan mengelus payudara yg mulai mengeras tak henti-hentinya aku memeluk dia dan mengikuti kemana pun dia berjalan.dia memberikan kopi ku, sepertinya agar aku tak selalu mengganggu nya. Sambil aku menyender di dekat kulkas, aku mulai menyalahkan rokok, dia melotot ke arah ku tampak kaget
"Aa.. ngerokok juga?" Dia tampak terkejut, sebenarnya, aku lupa bahwa di depan Oca aku belum pernah merokok, kalo teh Ica sudah tau.
"Hehehe, jangan bilang papa ya."
"Iiiih nanti kecium asepnya, di belakang aja deh" komplain Teh Oca, aku menurut dan duduk di kursi ayunan belakang, nikmatnya pagi ini, ada rokok ada kopi, ada wanita cantiknya.
Setelah 3 batang rokok, Oca datang dengan membawa piring berisi setumpuk roti bakar, dan secangkir minuman milik Oca, dia duduk di kursi kayu sebelah meja kecil, sambil kita berbicara tentang sekolah, dan hal lain, tatapanku terus ke payudara Oca yg no bra, puting tampak jelas terlihat, Oca bercerita tentang ayah ibunya, ternyata mereka itu sodara dari Aki, ibu Oca adalah adik terkecil dari Aki, ketika masuk kuliah, Aki yg minta Oca atau Rosa tinggal di rumah, dan tidak di ijinkan untuk kost, sama halnya dengan Ica, nama sebenernya Sisca dan ayah Ica juga adik dari Aki, mulai masuk kuliah di Bandung, tinggal di Rumah Aki, sama Ica juga tidak boleh kost, Ica masuk lebih dulu sebelum Oca, nah kalo Ayah Tante Ina itu kakaknya Aki. Semenjak Ayah Tante Ina meninggal, Ninik minta Tante Ina atau Lina atau Carolina tinggal di rumah, dari SMA hingga kuliah sampai saat ini sudah kerja. Tante Ina anak bontot dari dua bersodara, Papa cucu pertama dari keluarga aki, dari dulu papa aku sangat memanjakan Tante Ina, karena umurnya terpaut kurang lebih 25 tahun dengan Papa, semua terungkap dari cerita Oca, selesai sarapan Oca aku suruh duduk dekat aku.
Oca lanjut bercerita tentang kehidupan pribadinya, Oca termasuk keluarga yg menengah ke atas, tapi orang tuanya tidak lantas memanjakan Oca dengan berbagai fasilitas, justru mendidik mandiri, semenjak bergabung dengan keluarga Aki di Bandung, semua tugas rumah tangga harus di kerjakan sendiri, dari mencuci baju, bersih-bersih rumah, dan memasak mereka bergantian bekerja, Aki dan Ninik tak pernah mau mencari pembantu. Ninik akan selalu mengajarkan mereka untuk Masak, Ninik tak pernah membedakan mereka, semua di anggap anaknya, urusan pacaran tidak pernah di larang, tapi tetap berbatas waktu main, pacaran boleh tetapi harus lebih sering di rumah, aki dan Ninik selalu harus kenal dengan mereka, pacaran Oca cukup sering Gonta ganti, di banding Ica dan Tante Ina. Kebetulan saat ini mereka berbarengan jadi Jomblo, Oca mulai jenuh dengan pacaran karena selalu saja tak pernah bisa bertahan lama dengan berbagai macam kasus, Oca termasuk perempuan ber libido tinggi, cuma urusan ML dia hanya mau memberi kepada lelaki yg menurut dia terbaik, dari semua mantanya tidak satu pun di berikan Oca, karena tidak lulus katagori terbaik buat Oca, dengan kata lain Oca masih perawan. Tak ku duga, dari gayanya bercumbu tadi Oca seperti berpengalaman. Aku harus mencoba lebih dahsyat bercumbu dengan Oca.
Sambil bercerita Oca selalu bersandar di bahu ku dan menggenggam jemari ku, ingin rasanya segera mencumbu Oca. Tapi aku tak mau merusak atau memaksa sesuatu yg Memeng dia pertahan kan. Selesai sarapan kita kembali di ruang TV, papaku sempat telpon mengkonfirmasi, apa kita jadi menyusul ke Lembang, aku bilang tidak, Oca asik dengan TAB nya di sofa dekat TV, aku selalu mencuri kesempatan untuk melirik nya, salah sendiri pake baju menggugah selera, sekarang kaos putih tipis itu, seolah tak mampu menutupi payudara Oca yg tergeletak di dadanya tak berdaya, meski kaosnya agak ke besaran, tetap saja tak mampu menutupi seluruh pahanya yg sesekali tersingkap dan tampak CD pink berenda. Oca sadar kalo aku selalu melirik tubuhnya, dia pindah posisi duduk, bukannya menjauh malah mendekat, dia tidur di atas paha ku, meski beralaskan bantal kecil, makin jelas aku bisa melihat payudara dan puting Oca lebih jelas, tampak besar, ingin rasanya menggigit putingnya, sambal aku menonton TV yang entah acara apa yg ku lihat, tanganku mengelus rambutnya, memainkan anak rambut di keningnya, bermain di alisnya yg rapih tercukur membentuk sempurna, sepertinya dia rajin memperhatikan penampilannya, meski biasanya, anak seni suka masa bodo dengan penampilan, tapi tidak dengan Oca, aku telusuri semua lekuk di wajahnya, bibirnya sexy sepertinya enak buat di lumat, hidungnya Bangir, tidak pesek tapi tidak juga mancung seperti orang eropha, tapi tipikal Asia. Makin gemas aku menggerayangi wajahnya.
" Iiiihhh... Jangan di liatin melulu, nanti naksir loh" Oca mulai jengah terus di selidiki wajahnya.
"Kalo iya naksir gimana?" Tantang aku, dia diam sepertinya bingung harus bicara apa.
"Oca, gimana kalo aku naksir kamu?"
"Engga tau, aaah.." jawab Oca sekenanya
Aku mendekatkan wajahku,perlahan dia tetap diam, aku kecup bibirnya dengan lembut sambil memegang pipinya, teringat ajaran Tante Ina. Dia tetap diam tak menyambut ciuman aku, tapi juga tak menghindar, ini bukan penolakan, aku akan coba dengan yg lebih lagi, aku menjilati bibirnya memasukan lidahku ke mulutnya, dia tak bisa diam, akhirnya membalas ciuman aku, bercampur dengan desahan
"Aaahhhh..ssshhh Aa...."
Gairah ku meningkat, ciuman ku makin beringas, tangan ku mulai masuk ke balik kaosnya menjalar perlahan ke arah buah dada incaran aku, ku remas lembut,mulai mengeras dada Oca.
"Aaaaa... Iiihhh nakal bangettttsss" keluh Oca, tak puas aku angkat kaosnya ke atas meski tidak sampai lepas, agar aku bisa puas memainkan buah dada montok milik Oca, tak mau kalah, tanganya sudah menjamah penis ku yg mulai bangun, Oca terus mengelus dan mengurutnya, tak puas aku turunkan celana boxer ku, Oca makin penasaran, dia berbalik dan melihat ke arah penis ku yang mulai membengkak dan memanjang nyaris sempurna.
"Aa...iiiihhh besar banget" wajahnya hanya berjarak dekat, kini tanganya sibuk mengelus dan mengurut seperti ingin perubahan lagi.
"Masih bisa lebih loh itu" promosi aku
"Beneran Aa,.. " Oca memandang takjub ke arah penis ku, dan semakin terus merangsang, dari di urut hingga di sentuh kepalanya. Oca sepertinya belum berpengalaman merangsang penis pria tangan ku tetap menyentuh dan meremas payudaranya.
"Mau aku kasih tau engga caranya biar lebih besar lagi"
"Gimana? "Wajahnya polos menatap aku dan penis ku,
"Ini nya di ciumin, dan di sini lubang nya di jilatin, kalo yg ini, sekitar helemnya paling sensitive mau di sentuh di jilat atau di masukin ke mulut akan cepat berpengaruh" aku menerangkan bagai mengajarkan kursus bercumbu kilat.
"Aku mau coba ya,boleh?" Wajahnya memohon menatap ku, seperti sedang peraktek dia mengikuti semua instruksi aku, tinggal aku yg merasakan sensasi itu, saat mulutnya mencoba memasukan penis ku ke mulutnya, terasa hangat, hanya sebatas 1/4 yg bisa masuk. aku makin terangsang di buat Oca, tangan ku masuk ke CD nya dari belakang, karena tangan dan wajah Oca fokus ke penis ku, aku hanya mampu memegang bokongnya yg bulat menantang, aku remas, dia tak peduli, sibuk bermain dengan penis ku, dia kaget ternyata benar makin membesar lagi,
"Iiiihhh Aa, ya ampun..besar banget" dia menelusuri lingkaran dan urat-urat yg mulai menonjol dan kepala helem yg makin memerah basah oleh liur Oca tampak gagah terlihat, Oca terus memegangnya, menciuminya, wajahnya kagum dan sambil meneliti semua bentuknya dengan seksama.
"Ocaaa, kalo udah gini aku makin horny nih"
"Rasanya jadi hangat dan keras banget Aa" Oca tak peduli, asik memperhatikan penis ku, coba menjilati sekitar helemnya
"Ocaaa... Geli banget" aku makin tak tahan
Kini tanganya mulai turun ke buah zakar ku, meremas pelan mengocok penis ku
"Aaahhh, udah Aah, aku jadi pengen ML" protes ku
"Nanti dulu iiih, aku mau tau dulu, sebatas mana besarnya" tanya Oca penasaran.
"Udah sayang..itu udah maksimal, emang kurang?" Tanya ku menahan rangsangan yg dia buat
"Ini bakal masuk semua Aa, ke vagina" dia bertanya polos tanpa rasa malu, seolah sedang peraktek ke dokteran.
"Iya, tergantung kamu sukanya sebatas mana? " Aku mulai tak sabar
"Emang cukup Aa, sebesar ini masuk semua?" Dia menjengkal jarinya, karena tangannya yg imut hampir dua jengkal ke seluruhan dari pangkalnya hingga helem,
"Makanya di cobain" aku mulai coba merangsang, jari ku bermain di CD nya menyentuh vagina yg sudah basah.
"Aaauuuwwhh... Iiihhh, Aa geli.." Oca kaget dan menghindar atas serangan ku yg tiba-tiba,
" Tuh, curang kan, kamu boleh pegang boleh jilat bahkan cium, aku pegang aja engga boleh" protes aku.
" Iya nanti dulu" sambil dia senyum- senyum.
" Engga usah engga boleh pegang, mau aku tutup" aku pura-pura menyudahi permainan ini, dia protes menahan tangan ku untuk tidak menutup nya dengan boxer ku.
"Iiih Aa, pelit banget sih, nanti dulu"
" Biar adil gini" aku menghampiri pangkal pahanya, dan dia tetap bisa meneliti penis ku, aku bisa menjilati vaginanya, aku lepas CD nya, dia tak protes, kita bermain menyamping agar keduanya bisa bebas bereksperimen dengan cara masing-masing, saat lidah ku mulai menjelajahi belahan vaginanya, Oca tersentak dengan menjepit kepala ku, dengan desahan tertahan, dia mulai menjilati dan memasukan ke mulutnya sambil tangannya mengurut, agak keras aku membiarkan apapun yg dia lakukan bahkan kalo di gigit pun aku akan tetap merasa nikmat, aku ingin dia merasakan sensasi, agar libidonya tinggi dan berujung ingin ML, lidah ku mulai menari dan menjilati daerah paling sensitifnya, menghisap mengeluarkan dan hisap lagi klitoris nya .
"Aaaggghhhhh... Aa, di apain sih.." dia menengok ke arah wajah ku, tanganya tetap memegang penis ku, dia mulai gelisah tanganya mengocok menggunakan dua tangan tapi wajahnya sudah mulai penasaran dengan apa yg aku perbuat, dia merasakan hal lain yg lebih nikmat, terus aku jilatin, ku lihat mulutnya terbuka, matanya nanar menatap ku.
"Aa...uuuhhhh, tunggu dulu, Aku mau pipis" wajahnya tampak panik, ternyata Oca mulai klimaks, dan dia merasakan seolah ingin pipis.
" Keluarin aja... Aku mau.." jawab ku sambil jari ku masuk perlahan satu, mencari titik G spot nya.
"Iiiihhh..Aa,awasss aku mau pipis" protes wajah Oca.
Semakin aku percepat gerakan lidah ku. Dan Jari ku, Oca menahan wajah ku.
" Aa....aku ga bisa tahan..iiihhh"
" Ayo.. " aku malah membuka mulut aku
"Iiih emang ga jijik..Aa..." Aku menggeleng dan cairan hangat keluar dari lubang itu..aku jilatin dan hisap semua yg keluar, Oca memandangi ku sambil mengigit bibir bawanya, nafasnya tersengal-sengal dan memandang heran ke arah aku.
"Aa engga jijik, uuuhhh enak banget rasanya" celoteh Oca
" Aku suka, enak gurih" jawab ku singkat.
" Di apain sih itu tadi" Oca penasaran
" Mau coba yg lebih enak ga?" Tantang aku
"Apa?" Tanya Oca
"ML" jawab aku singkat.
"Engga mau,Ah..takut, punya Aa besar banget" jawabnya polos, dia membalikan badannya kini wajahnya berhadapan dengan aku, kakinya masuk di sela-sela selangkangan aku, tangannya tetap memegang penis ku.
"Iiih Kamu mah, semakin besar semakin enak tau, cobain dulu." Goda aku
" Engga aaah, takut" tapi penis ku di tempel dan di gesek-gesek ke celah di vaginanya.
"Beneran ga mau coba?" Sambil aku membantu menggesek-gesekkan batangku ke celah makin berirama, matanya terpejam, ada rasa nikmat, aku mulai melakukan peting, tidak memasukan tapi hanya menyentuh dan menggosokkan batang ku ke vaginanya agar dia terangsang.
"Aaaaahhhhh, enak banget Aaaa" rintihnya
Semakin aku tekan agar lebih berasa batang ku, aku peluk dia dan mengangkat tubuhnya duduk di pangkuan aku, aku melepas kaosnya, dan kaos ku, boxer ku sudah turun ke lantai, aku bantu memundurkan dan majukan bokongnya, dia menekan lebih dalam, saat aku mulai mencoba menusuk
"Aaauuuwwhh..Aa, jangan di masukin iiih" Oca kaget atas perbuatan ku.
"Gini aja...udah enak" kembali dia melakukan peting, aku tak mau melakukan apa yg dia tak mau, aku coba enjoy dengan peting, tak lama, gerakannya makin cepat.
Makin di tekan, hingga terasa di urut batang penis ku oleh celah di vaginanya
"Aa..aku mau pipis lagi...iiihhhh"
" Iya ayo... Barengan."
"Aaaa... Aku ga bisa tahannn.." gerakannya makin liar dan cepat, dadanya bergoyang dan saat pelukannya makin merapat ke tubuh ku, aku juga makin berasa nikmat, meski tak sehangat bila di masukan.
''Aaa....auuuuwwwwhhh..aku pipis"
"Jangan berhenti, aku juga mau keluar"
"Aaaahhhhh.." aku keluar, menyemprot ke perut ku dan perutnya.
"Aa keluar juga?" Tanyanya sambil memeluk ku erat
" Iya sayang... Uuuhh, enak banget"
" Iya iiih Aa, enak banget"
" Gini aja udah enak, apa lagi ML" aku bilang
" Aku mau gini aja, belum berani ML, engga apa-apa ya?" Wajah Oca memohon ke arah aku
"Engga apa-apa, sayang" aku menatapnya dengan sayang ke Oca
" Iiihhh, kalo aku mau lagi nanti, kamu mau kan kasih pinjem ini nya" pinta Oca sambil menyentuh penis ku
"Iya kapan pun kamu mau"jawab aku
"Makasih ya, iiihhh aku suka sama kamu," dia peluk aku makin erat.
"Aku juga suka kamu" jawab ku sambil mencium keningnya
" Kenapa sih mantan aku engga ada yg kaya kamu, mereka maksa aku untuk ML dengan berbagai cara, kenapa engga coba begini kan tetep dapet enak juga ternyata ga perlu ML" Oca curhat, aku diam, karena aku lebih sayang kamu dari pada mantan-mantan kamu, aku mau bikin kamu bahagia tanpa harus bikin kamu susah, tapi kalo boleh pilih ya enak ML lah... Tapi dari pada engga dapet, gini juga boleh lah.suara batin ku.
" Karena sayang aku ke kamu lebih besar, di Banding mereka" jawab aku sambil mengelus rambutnya
"Iiiihhh Aa, so sweet.." agak lama kita berpelukan dalam polos. Aku bantu dia membersihkan sperma ku yg muncrat ke mana- mana,
"Aku mau mandi dulu ya..lengket badan ku"
"Aku ikut, mandi bareng yuk.." pinta ku
"Iiihh.. aku malu ah, engga mau" tolak Oca dengan wajah memelas minta pengertian aku. Apa bedanya sekarang juga kita bisa saling liat dalam keadaan polos, batin ku protes lagi.
"Iya, sok atuh" jawab ku dengan logat Sunda
"Nanti aja yaaah, kalo aku udah siap" sambil Oca mencium bibirku dan senyum, dia mengenakan CD dan Kaos nya lagi, meninggal kan aku sendiri di bawah, aku putuskan untuk mandi juga di kamar Tante ina.
Sisa waktu yg kita pakai hanya kita isi dengan makan bersama, dia memakai tangtop hitam no bra dan celana super pendek hitam, sesekali aku memeluknya meremas dadanya,bokongnya ketika aku gemas melihat itu semua, tapi tak berniat mencumbuinya, kita masih berpelukan saat nonton hanya sebatas itu, menjelang sore, dia mulai mengganti kostumnya, dengan celana kulot sebetis dengan bahan lembut, melapisi tanktopnya dengan sweater tipis, khawatir mereka yg dari Lembang pulang.
Sampai jam 3 mereka belum pulang, aku putuskan jemput Tante Ina ke kantor, dan Oca menunggu, mereka yg katanya sebentar lagi sampai, aku ijin papa untuk jemput Tante pake motor, dan meninggalkan Oca sendiri di rumah.
"Iya engga apa-apa, sebentar lagi kita smpe kok" jelas papa, dan Oca yg menyuruh aku untuk jemput Tante Ina, dia pilih tunggu di rumah.