Setengah jalan, Huanhuan merasa seperti akan mati.
Dia duduk di tangga dan mulai terengah-engah. "A-Aku tidak tahan lagi. Aku akan mati!"
Utusan itu melihat kaki Huanhuan gemetar dan tahu bahwa dia memang hampir mati. Dia jongkok dengan tidak berdaya. "Aku akan menggendongmu naik."
"Bagaimana aku bisa melakukan itu?!" kata Huanhuan, tapi dia cepat-cepat naik ke punggungnya dan duduk dengan patuh.
Utusan itu tidak pernah melihat wanita yang begitu munafik. Dia tidak tahu harus tertawa atau menangis atas tindakannya.
Dia melangkah menaiki tangga dengan Huanhuan di punggungnya.
Dia pasti sering mendaki gunung ini. Bahkan dengan memikul seseorang di punggungnya, dia masih cepat.
Setelah mendaki gunung dan tiba di pintu masuk kuil, ekspresinya masih terlihat sangat alami.
Huanhuan tidak punya pilihan selain memberinya jempol ke atas. "Kamu ahlinya!"