suatu sore di bagian depan kapal sekolah Nusantara, iring iringan Stuart menyusuri jalan setapak yang ada di sebelah gunung kecil, iring-iringan tank itu baru saja selesai menjalankan latihan menembak dan bermanuver, latihan hari itu lebih berat dari latihan latihan sebelumnya sampai mereka baru selesai ketika waktu sudah mendekati waktu maghrib. dengan dipimpin oleh Husodo dan Yuliana ketujuh tank anggota kelas 1 berjalan pelan untuk menghemat sisa sisa tenaga mereka.
"Yuliana, bagaimana bahan bakarmu?" tanya Husodo, meskipun temannya itu ada di sisi kanannya ia tetap menggunakan radio untuk berkomunikasi karena ia tidak ingin mengeraskan suaranya.
"masih cukup harusnya, kalau ngepas banget ya terpaksa mampir ke pom bensin dulu di dekat kota" jawab Yuliana dengan santai tidak memusingkan kondisi itu.
"bensin saya masih banyak kok kak, kakak bisa minta dari saya jika memang butuh" jawab Susi berinisiatif menawarkan bantuan.
"terimakasih banyak Kanjeng, saya akan sangat terbantu" jawab Yuliana sambil membungkuk kecil.
"yang lain juga bagaimana sisa bahan bakar kalian?" tanya Susi lewat radio. semua komandan tank menjawab bergantian, Ajeng, Retno, dan Nada menjelaskan jika bahan bakar mereka masih cukup. Dewi, dan Dinda mengatakan jika bahan bakar mereka masih cukup meskipun ucapan mereka terdengar meragukan karena kakak beradik itu bersaing ketat ketika latihan berlangsung, Anis tidak dapat melaporkan dengan pasti karena indikator bahan bakar di tank nya tidak berfungsi.
untuk beberapa saat keadaan hening, hanya terdengar deru suara mesin dan deritan rantai tank, angin yang berhembus dari lembah di sisi jalan melewati iring iringan itu dan menabrak gunung kecil yang ada di sisi kanan mereka dengan lembut. Husodo menengok ke sisi belakang kanan tanknya dan ia melihat Susi yang sedang tertunduk memikirkan sesuatu.
"Susi, ada apa?" tanya Husodo dengan penuh perhatian.
"ehhh, ga apa apa kak" jawab Susi yang terbangun dari lamunannya.
"kamu kelihatan banyak pikiran, ada apa?" tanya Husodo terus mendorong Susi untuk menyampaikan keresahannya.
"anu.....saya hanya kepikiran soal hasil latihan hari ini, saya rasa saya tidak melakukannya dengan maksimal" ucap Susi dengan gugup, ia merasa tidak puas dengan hasil latihan hari itu.
"kamu masih merasa tidak bisa memimpin teman temanmu kah?" tanya Husodo menebak bagian yang paling mengganggu Susi.
"he'eh" Susi mengangguk kecil. "selain itu sampai saat ini saya belum mendapatkan satupun kemenangan, apakah pantas saya memimpin teman teman saya ketika saya belum membuktikan apapun, apalagi beberapa seperti Anis, Retno, dan Dewi sudah menang dalam beberapa latihan tanding, saya jadi merasa terbebani" ucap Susi dengan nada sumbang
"jangan terlalu di pikirkan" ucap Husodo. Susi terkejut dengan balasan yang diberikan seniornya itu.
"kemenangan bukan jadi faktor penentu apakah seseorang pantas untuk memimpin di senshado atau enggak, lagipula Kanjeng Susan sendiri saja baru mendapatkan kemenangan pertamanya sebelum pertandingan persahabatan dimulai" ucap Husodo.
"itupun setelah dapet ultimatum dari Kanjeng Kartika juga, kau ingat kan dulu gimana ekspresinya Kanjeng Kartika? ughhh serem banget" sambung Yuliana mengekspresikan kengerian dari pengalamannya itu.
Susi tertawa kecil melihat ekspresi ketakutan Yuliana dan hampir tidak mempercayai ucapan seniornya itu "benarkah? selama ini saya ga pernah liat mbakyu Kartika menampakkan wajah seram atau semacamnya"
"beruntung sekali Ndoro, kalau sudah sekali liat akan terngiang terus pokoknya" ucap Yuliana. Susi kembali tertawa dan malah semakin penasaran seperti apa wajah seram kakaknya yang selalu terlihat ramah dan bersahabat dengannya.
"Maaf kak Husodo, bolehkah saya bertanya?" ucap Ajeng melalui radio.
"ada apa Ajeng?" jawab Husodo dengan ramah.
"untuk pertandingan persahabatan nanti apakah kakak kelas 2 dan 3 juga akan ikut?" lanjut Ajeng mengutarakan pertanyaannya.
"Kenapa Ajeng, kamu takut akan kalah kah kalau kakak-kakak tidak ikut bertanding?" jawab Husodo dengan nada menggoda.
"Ehh, bukan begitu" jawab Ajeng gugup. "Ahahaha tenang tenang" Husodo tertawa puas.
"untuk pertandingan persahabatan kita akan menggunakan 10 tank, karena anggota kelas 1 sudah ada 7 tank jadi kakak kelas yang ikut cuma 3 tank" jawab Husodo menjelaskan dengan sepenuh hati.
"heee begitu, lalu siapa saja kakak kelas yang mungkin ikut?" ucap Ajeng lalu Rani menyahut dan ikut masuk kedalam obrolan.
"kalo saya sudah pasti, kedua mungkin kak Yuliana atau kak Euis, dan terakhir..." ucapan Husodo terhenti sebentar dan ia melihat ke arah Susi dengan tatapan yang layu. "yang terakhir seharusnya Kanjeng Susan sendiri, tapi untuk sekarang tidak bisa dipastikan apakah kanjeng Susan akan ikut atau tidak" lanjut Husodo menjelaskan jika Susan harusnya ikut dalam pertandingan dan memimpin timnya.
Susi terlihat tertunduk tidak berdaya, ia mengharapkan hal yang sama kepada kakaknya namun seperti Husodo dan kakak kelas lainnya, ia hanya bisa berharap.
"tapi, meskipun Kak Susan tidak ikut, aku yakin Susi bisa memimpin kita" ucap Retno secara tiba tiba menyatakan kepercayaannya kepada teman satu angkatannya itu.
Susi tertegun mendengar dukungan yang di berikan Retno, ia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah temannya yang ada di belakangnya, Retno menjawab tatapan Susi dengan anggukan kecil dan senyum penuh percaya diri.
"iya, Susi juga adalah anggota keluarga Ayu yang hebat, aku yakin Susi bisa memimpin kita menuju kemenangan" sahut Nada dengan bersemangat.
"Saya siap mendukung Susi dalam pertandingan jika di perlukan" sahut Anis dengan suara pelan.
"aku dan kakakku yang kolot ini juga siap untuk mendukung Susi, pokoknya kita menang dan kalah bersama" ucap Dinda dengan ceria. Dewi menatap adiknya dengan jengkel dan ingin sekali ia menembak tank adiknya saat itu juga.
"Saya dan seluruh anggota Ambarawa juga akan mendukung Susi" ucap Ajeng disambung dengan semua anggotanya mengangguk bersamaan, mereka menjadi yang terakhir memberikan dukungan kepada Susi.
"Semuanya.....hatur nuhun" ucap Susi dengan terharu, ia membungkukkan tubuhnya menghadap teman temannya yang ada di belakang tanknya, mengapresiasi dukungan moril yang mereka berikan.
"kalian adalah tim paling kompak yang pernah kakak lihat sejauh ini" ucap Husodo tertegun melihat solidaritas anggota kelas 1 kepada Susi.
"iya, ga kayak angkatan sebelumnya....." ucap Yuliana dengan nada menyindir tapi ucapannya itu terhenti dengan tatapan tajam dari Husodo.
Semua orang hanyut dalam obrolan yang seru, Anggota kelas 1 memperdebatkan sekolah manakah yang bisa dianggap sebagai lawan terkuat mereka, sementara Husodo dan Yuliana membicarakan perihal persiapan pertandingan persahabatan itu sendiri, Husodo teringat dengan teman satu angkatannya yang ia rasa bisa memperkuat tim selama Susan tidak ikut dalam pertandingan.
dari atas bukit sebuah selongsong meriam 37mm muncul dari balik pepohonan dan mengarahkannya ke konvoi yang ada di bawah. Sebuah tank misterius tipe M5 stuart berwarna coklat muda dengan corak loreng hitam dan hijau memutar kubah meriamnya mengikuti pergerakan konvoi,
Seorang gadis berambut bondol coklat membidik M3 Stuart berwarna hijau dengan loreng kuning yang ada di depan, tank itu dikomandani Yuliana dan dengan cermat perempuan itu mengunci targetnya dan bersiap untuk menembak.
"Maaf Yuli" ucap perempuan berambut bondol sebelum ia melepaskan tembakan.
suara ledakan menggema dari puncak bukit mengaburkan burung burung yang bertengger di dahan pohon di sekitar tank misterius itu. suasana berubah menjadi tegang dan mencekam, peluru 37mm menghantam sisi kanan tank Yuliana dan melumpuhkan tanknya, suara dentuman keras dari hantaman peluru terdengar dan membuat semua komandan mengarahkan perhatiannya ke Yuliana.
"Yuliana, kau tidak apa apa!?" tanya Husodo dengan khawatir. "akhhh, telingaku" ucap Yuliana sambil memegang kepalanya, ia merasa pusing dan bingung dengan apa yang baru saja terjadi padanya.
Susi menatap tank seniornya yang sudah lumpuh itu dengan terbelalak, ia kemudian memindahkan pandangannya ke puncak bukit, disana ia dapat melihat dengan samar ada tank yang bersembunyi.
"saya melihat sesuatu di atas bukit" lapor Susi melalui radio sambil menunjuk, Husodo langsung menoleh ke arah yang ditunjukkan Susi.
"Tch, apa apaan ini!" ucap Husodo dengan kesal. ia lalu menggunakan teropong yang dibawanya untuk dapat lebih jelas melihat tank yang ada di atas bukit.
"tank yang ada di atas bukit, siapa kau, kenapa kau menyerang kami!?" ucap Husodo dengan nada tinggi menghubungi tank yang ada di atas bukit melalui radio.
perempuan berambut bondol yang ada di dalam tank mengambil mikrofon radionya dan membalas "naiklah ke atas bukit, nanti kau juga tau" jawabnya dengan nada merendahkan.
"suara itu..." Husodo mengkernyitkan dahi berusaha mengingat pemilik dari suara dengan aksen yang khas itu. "kak, apa yang harus kita lakukan?" ucap Dinda menyela melalui radio. "iya kita tidak bisa diam saja setelah diserang kan!?" lanjut Retno. Husodo hampir mengingat identitas dari perempuan yang menjawab radionya itu namun ia teralihkan oleh adik kelasnya.
"semua tank, bersiap untuk melakukan pengepungan!" perintah Husodo dengan lantang, ia memutuskan untuk melawan balik, melumpuhkan tank dan mencari tahu siapa yang sudah menyerang mereka.
"Nada, Retno, Susi ikut saya menanjak dari sisi ini, yang lain menanjak dari sisi lain!" lanjut Husodo memberikan instruksi kepada juniornya. semua anggota kelas 1 saling menatap lalu mengangguk, mereka sudah memahami apa yang harus mereka lakukan dari latihan yang baru mereka lakukan hari itu.
"semua tank, Maju!!!" perintah Husodo sambil mengayunkan tangan kanannya ke depan.
konvoy itu berpisah menjadi 2 kelompok, kelompok yang di pimpin Husodo dan Susi mengepung dari sisi utara sementara kelompok yang di pimpin Ajeng dan Dewi mengepung dari sisi selatan. dengan membagi kelompok mereka, tank misterius itu hanya akan bisa melawan salah satu kelompok dan memberikan kelompok lain untuk mencapai puncak bukit.
tank misterius itu menyadari pembagian kelompok itu dan memutuskan untuk menyerang kelompok yang di pimpin Ajeng terlebih dahulu, Kelompok dari Selatan bergerak menanjak dalam formasi satu banjar yang membuat semua tank dapat melepaskan tembakan ke satu target dalam waktu yang bersamaan, namun formasi itu memiliki kelemahan dimana setiap tank terbuka untuk diserang.
"tank musuh terlihat" lapor Dewi setelah ia mengamati dengan teropong. "posisi kita sangat ga ideal buat mengepung" ucap Ajeng menyadari kesulitan yang dihadapinya karena harus melawan musuh yang ada di posisi lebih tinggi.
Ajeng memerintahkan semua tank untuk berhenti dan bersiap untuk melepaskan tembakan, namun belum sempat semuanya menghitung jarak dan mengisi meriam mereka tank misterius itu langsung muncul dari ujung lereng bukit dan menembakkan senapan mesin dan meriam utamanya, membuat semua tank yang ada di bawah panik.
beberapa tank melepaskan tembakan balasan namun karena panik tidak ada satupun yang berhasil mengenai tank, mendekatinya saja tidak. perempuan berambut bondol itu menatap keempat tank dibawah melalui lensa pembidiknya dan begitu kesal dengan apa yang dilihatnya.
"tch, inikah hasil dari latihan kalian sejauh ini!?" dia menggigit rahangnya dan merapatkan alisnya.
peluru high explossive dimuat kedalam meriam tembakan itu melewati keempat tank begitu saja dan mendarat di belakang mereka, Ajeng dan 3 komandan tank lain mengira tembakan itu hanya sekedar tembakan meleset dan lanjut melepaskan tembakan balasan, namun tidak berselang lama ledakan muncul dari balik mereka yang kemudian membuat tanah yang ada di belakang mereka menjadi tidak stabil, Citra dengan sigap menggerakkan Turangga menjauh dari tanah yang longsor, Anis juga berhasil menghindar, sementara Dinda dan Dewi terseret tanah dan terguling beberapa kali sampai akhirnya mereka tiba di kaki bukit.
"Dewi, Dinda, kalian gapapa!? apakah kalian terluka???" tanya Nur khawatir.
"ad-duh tadi itu barusan apa!?" teriak Dinda kesal.
"tidak ada yang terluka disini, tank lumpuh, maaf kami tidak bisa melanjutkan pertempuran!" lanjut Dewi menjelaskan kondisinya.
Anis yang merasa kesal karena dua tank temannya sudah dilumpuhkan langsung memberi perintah kepada awaknya untuk mengejar tank lawan ke atas bukit, Konta yang dipimpin Anis bergerak zig zag untuk memudahkannya menaiki lereng yang cukup curam.
menyadari ada yang sedang bergerak naik mendekatinya, tank yang ada di atas bukit mundur dari ujung lereng dan bersiap untuk memberikan Anis sebuah kejutan. Anis bergerak ke lokasi terakhir dimana tank lawannya terlihat, ketika ia sudah tinggal sedikit lagi sampai di puncak bukit sebuah tembakan dilepaskan yang menghantam sisi kanan tanknya, tembakan itu tidak hanya melumpuhkan Anis namun juga membuat tank Anis kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh ke sisi kirinya.
Ajeng yang kebingungan setelah kehilangan semua tank yang ada di bawah pimpinannya menghubungi Husodo untuk menanyakan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
"Kak Husodo maaf menggangu, ini Ajeng" ucap Ajeng dengan gugup.
"iya Ajeng, ada apa?" balas Husodo.
"Dewi, Dinda, dan Anis, semua sudah dilumpuhkan, dari regu saya hanya tinggal tersisa saya sendiri" lanjut Ajeng berterus terang dengan situasi yang di alaminya.
"Haaa, secepat itu kalian semua di lumpuhkan!?" Husodo terkejut dan kesal. namun emosinya itu langsung teralihkan oleh serangan mendadak yang datang dari atas bukit, tank misterius itu kini beralih menyerang kelompok yang di pimpin Husodo.
sebuah tembakan menghantam tanah tepat didepan Husodo yang memimpin barisan pasukannya yang memanjang ke belakang, Husodo Reflek menghalangi debu dan tanah yang berterbangan dengan lengan kanannya dan melihat tank yang menyerangnya sudah ada di posisi yang menguntungkan.
Husodo memerintahkan Susi dan Retno untuk bergerak sedikit keluar dari barisan ke kiri dan kanan untuk memudahkan mereka membidik target mereka, sementara Nada tetap di belakang Husodo dan keempatnya membentuk formasi kepala anak panah.
"kau cukup cerdik tapi tidak cukup cepat untuk memanfaatkannya" gumam perempuan berambut bondol yang sedang membidik tank Husodo.
"peluru siap!" ucap loader yang sudah selesai mengisi ulang peluru kedalam meriam.
perempuan itupun lebih dulu melepaskan tembakan sebelum Husodo, Retno, dan Susi sempat melepaskan tembakan, tembakan itu menghantam rantai kiri Husodo yang membuat rantai tank nya putus dan tank nya berputar dengan keras ke kiri, Nada yang ada tepat di belakang Husodo tidak dapat mengelak dan bertabrakan dengan kakak kelasnya, Retno yang ada di sisi kiri Husodo berhasil menghidar dengan tipis dan langsung bergabung dengan Susi mengejar lawan mereka ke atas bukit.
"Ajeng, posisimu gimana?" tanya Susi berusaha menghubungi Ajeng yang ada di sisi lain bukit.
"Maaf ini Citra, Ajeng, dan 2 orang lain dari Ambarawa sedang membantu teman teman yang lain dari tank yang sudah di lumpuhkan" jawab Citra menjelaskan situasi mereka.
"baiklah" ucap Susi datar.
"sepertinya tinggal kita berdua, jadi gimana, kamu ada saran?" ucap Retno yang mendengarkan percakapan Susi di radio.
"kita akan mengepung dia dari dua sisi begitu kita sampai di puncak bukit, tapi salah satu dari kita pasti akan di lumpuhkan lebih dulu" ucap Susi.
Tank Misterius yang ada di atas bukit kembali muncul dan langsung melepaskan tembakan dan kali ini Susi yang menjadi target, tembakan kembali di arahkan ke bagian rantai namun refleks cepat dari pengemudi Turangga mampu menghindarinya. Susi dan Retno balas menembak dan kedua tembakan mereka memantul di sisi kanan dan depan tank itu, tank itu menembak lagi dan kembali menarget Susi namun kembali dapat di hindari, Susi dan Retno menyadari jika tank itu sepertinya mengincar Susi atau Turangga. keduanya saling menatap dan bersamaan mengangguk, memahami apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.
tank misterius mundur dari ujung lereng karena Susi dan Retno sudah sangat dekat dan ia ingin menyiapkan kejutan terakhir untuk mengakhiri pertempuran mereka hari itu. ia mundur sekitar 5 meter dari ujung lereng dan memposisikan tanknya menyerong 45 derajat dengan turret yang di arahkan ke sisi kiri dan badan tank yang di arahkan ke sisi kanan.
Deru suara mesin tank semakin mendekat dari dua arah dan tidak berselang lama dua tank itupun muncul, melompati lereng dengan kecepatan tinggi. namun ada hal yang mengejutkan dimana Susi dan Retno sudah bertukar posisi dan yang di bidik oleh tank itu justru adalah Retno, karena tidak memiliki pilihan lain tank itupun akhirnya melepaskan tembakan yang langsung mengantam turret Retno dan melumpuhkannya, Susi yang ada di sisi lain melepaskan tembakan ke sisi depan namun memantul, ia tidak berhenti dan memanfaatkan arah tembakan yang berlainan dari posisinya untuk memutar dan bisa menembak sisi kanan tank itu dengan sudut tegak lurus. peluru kembali dimuat dengan cepat dan setelah benar benar ada di sisi tank itu Turannga melepaskan tembakan pamungkas yang mendarat dekat dengan simbol yang digunakan tank itu, simbol panah dan tulisan "Arjuna" dibawahnya menjadi pengenal untuk tank itu, Susi menyadari tank itu adalah bagian dari klubnya karena terdapat logo Segi lima merah dan putih serta bunga anggrek ungu di dalamnya, kini ia hanya perlu tau siapa yang memimpin tank itu.
— Bald kommt ein neues Kapitel — Schreiben Sie eine Rezension