Anita berjalan dengan langkah lunglai keluar dari hotel mewah itu. sesampai diluar, ia mendongak keatas. menatap langit pagi berwarna biru yang membentang luas diatas kepalanya. cahaya pagi yang benderang terasa begitu menyilaukan mata, hingga membuat penglihatan anita berangsur-angsur kabur. tidak terasa air mata mengalir lembut membasahi wajah pucatnya. namun ia buru-buru menyeka air matanya dengan tangan. sebelum ada orang yang melihatnya.
Anita terus memandang kearah langit dari dalam jendela taxi dengan cukup lama. ia terus melamun didalam taxi yang membawanya pulang. pikirannya sibuk mencari jawabban bagaimana semua ini bisa terjadi …she lost her virginity with totally stranger she even don't know who he is… dan lebih parahnya lagi. ia sama sekali tidak bisa menginggat bagaimana kejadian itu bisa terjadi. bagaimana ia bisa berakhir tidur bersama dengan pria asing itu didalam kamar hotel.
Menginggat semua itu…
Anita kembali menangis pilu. tapi kali ini ia benar-benar tidak dapat menahan lagi suara tangisnya. sopir taxi didepannya tampak salah tingkah melihat penumpangnya tiba-tiba menangis sesenggukkan. Anita berharap bahwa semua yang terjadi padanya hanyalah mimpi belaka.
"… jika ini adalah mimpi … please let me wake up quickly " batin anita pilu. terus menepuk pipinya sendiri berulang kali. namun sayangnya semua yang ia rasakan adalah nyata. dan ia menyadari dalam keadaan-nya seperti tadi. pasti telah terjadi sesuatu dengannya. saat ia mendapati dirinya tidur bersama seorang pria diatas ranjang. dengan tanpa mengenakan selembar benangpun ditubuhnya. apalagi yang bisa terjadi, kalau bukan telah berhubungan intim sebelumnya. dan saat ini, ia bahkan masih dapat melihat tanda merah dibeberapa tempat didadanya.
Anita kembali menangis tersedu. wajahnya menunduk kebawah. sambil menarik kerah leher pada kaos putih yang dikenakannya. ia dapat melihat dengan jelas, beberapa tanda merah memenuhi area sensitive miliknya itu.
Anita kembali menangis terisak, Ia merasa benar-benar hancur. ia merasa dirinya sangat kotor. dan sangat menjijikkan.
Anita tidak tahu. sudah berapa lama ia menangis. ia baru tersadar ketika sopir taxi memanggilnya dan memberitahu bahwa ia telah sampai ditujuan. ia tersadar telah sampai didepan gerbang rumah mamahnya di Jakarta utara. Anita segera mengambil uang dari dalam dompet kecil dalam tas kuliahnya. dan memberikan lembaran uang pada sopir taxi.
Meskipun sopir taxi itu tampak tidak mengerti apa yang terjadi pada anita. namun sorot matanya menunjukkan rasa sympathy yang dalam.
Tubuh anita tampak masih gemetar. ternyata saat berada dalam keadaan hancur seperti ini. nuraninya menuntun ia untuk pulang kembali ke pelukan mamahnya.
Dengan tangan gemetar anita membuka pintu gerbang rumahnya dengan lunglai. bik imah yang mendengar suara berisik pintu pagar langsung melihat keluar pintu rumah, kepalanya setengah keluar untuk melihat siapa yang datang. ia lalu berlari kecil menuju ke pintu pagar untuk membantu membuka pintu gerbang, saat mengetahui nona rumahnya yang datang pulang kerumah.
"Ehhh enon… pagi-pagi udah pulang … kokk gak ngabarin dulu … tumben …" tanya bik imah berbasa basi, seraya menebar senyum hangat pada anita. namun anita tidak menjawab sepatah katapun. ia langsung berlalu pergi begitu saja. melepas sepatu kets hitam miliknya dan langsung berjalan menuju ke kamar pribadinya dilantai dua.
Mamahnya terlihat melongo. melihat puterinya pulang pada pagi hari, tepat pada jam kuliahnya. dan sekarang tampak berjalan linglung melewatinya tanpa kata. mamah anita yang dalam kondisi baru bangun dari tidur. dan sedang menonton berita pagi otomatis terkejut bukan kepalang.
"kamu kenapa nitaa ?? Kamu lagi sakit bukan??" tanya mamah dengan intonasi cemas. langsung berjalan membuntuti langkah anita dari belakang.
Mamah terus mengikuti langkah anita menuju ke lantai dua. tempat kamar pribadi anita berada.
"Jangan ganggu nita mah… nita ingin sendiri …" jawab anita lirih. kemudian menutup pintu kamarnya rapat-rapat dan menguncinya dari dalam.
Mamah hanya dapat terbengong. dengan wajah tidak mengerti, terpaksa pasrah saat anita menutup pintu kamar darinya.
Anita langsung membuang tubuhnya diatas ranjang tidur. menumpahkan rasa hancur dalam tangisan. ia tidak dapat menerima realita, yang terjadi dengan dirinya saat ini. ia menolak untuk menerima kejadian yang menimpanya. dalam waktu hanya semalam ia telah kehilangan kesucian dirinya.
Tangisan anita meledak seketika. ia membenamkan wajahnya dalam bantal dan menangis sekeras kerasnya. ia benar-benar merasa kecewa pada dirinya sendiri. yang tidak aware dengan apa yang terjadi. rasa penyesalan, trauma dan sakit hati bercampur aduk menjadi satu. berkecamuk, dan kini seolah sedang menghukum dirinya.
"Sayang … buka pintunya nak … mamah ingin bicara … please " mamah terus berusaha membujuk anita dengan halus. agar anita mau membuka pintu kamar. dan berbicara dengannya.
Namun anita berkeras memilih tetap mengunci pintu kamarnya. karena saat ini. ia hanya ingin sendiri.
*****
Lima jam kemudian …
"Sayang setidaknya makan siang dulu yukk… meskipun sedang marah. kamu tidak boleh melewatkan makan siangmu … "
"Nitaa sayang … buka pintunya dong …" bujuk mamah, tidak berputus asa.
"Nita gak lapar mah…" akhirnya anita membuka pintu kamarnya. setelah tidak tega mendengar bujukan mamah yang pantang menyerah, terus berbicara dari luar pintu kamarnya sejak tadi pagi.
Sejenak, wajah mamah tampak terpana. saat melihat wajah dan mata puteri kesayangannya tampak bengkak dan memerah. mamah tahu itu akibat anita menangis dalam jangka waktu yang lama.
"Ohhh sayang … jangan menangis nak…" mamah langsung memeluk tubuh puteri kesayangannya, sambil menepuk punggung belakang anita dengan penuh cinta.
Tubuh anita seolah meluruh rapuh, langsung membenamkan tubuhnya dalam pelukan mamahnya. ia menangis terisak, hingga tenggorokkannya seakan tercekat. Anita tidak mampu berkata sepatah katapun. ia terus menangis pilu dalam pelukan mamahnya.
"Tenangkan dirimu nakk, mamah disini bersamamu.… jangan menangis. … katakan pada mamah, apa yang sebenarnya terjadi hmm…" suara mamah yang sangat lembut langsung menyejukan hatinya. meskipun suara itu terdengar parau dan diliputi kecemasan yang dalam.
Mamah adalah seorang single parent, sejak kecil anita tidak mengenal sosok ayahnya. satu satunya gambaran tentang ayahnya hanya bisa ia lihat dari sebuah memory foto ketika ayahnya mengendong dirinya saat baru dilahirkan.
Namun tidak pernah sekalipun anita mempertanyakan ketidak hadiran ayahnya pada mamah..., karena ia tidak ingin menyakiti hati mamah lebih dalam lagi. dalam dua puluh tahun hidupnya, ia telah menyaksikan ribuan air mata tumpah dalam diam mamahnya, ia tahu banyak luka yang telah mamah lalui dan coba ia tutupi demi dirinya.
Membuat anita percaya. apapun keputusan yang diambil mamahnya pasti telah melalui proses yang tidak mudah.
"Maafkan nita mah… sudah membuat mamah selalu khawatir … tenang saja mah, nita baik-baik saja kok …"
Anita menutup mulutnya rapat-rapat. ia tidak ingin menghancurkan hati mamahnya dengan memberitahu insiden yang semalam menimpa dirinya.
"… ceritakan pada mamah … apa yang sebenarnya terjadi hmm..." ucap mamah lembut. sambil membelai rambut anita. tentu saja mamah tidak percaya begitu saja dengan kata-kata anita bahwa ia baik-baik saja. sebab kenyataan yang dilihatnya kini bicara sebaliknya.
"Tidak ada seorangpun yang boleh menyakiti putri mamah !!.... kamu katakan pada mamah, siapa orangnya ?… yang sudah berani bikin kamu menangis begini ?… mamah akan kasih pelajaran dia huhh !" lanjut mamah dengan suara berapi-api. seolah berusaha ingin menjadi pahlawan bagi puterinya itu. pasang badan, dan siap melindunginya dari orang jahat.
"Mah … nita ingin berhenti kuliah …" ucap anita lirih.