HARI KE SEBELAS
Bangun dah agak siang sekitar jam 8 lebih dan segera ambil wudhu untuk sholat dhuha.
Abis itu dia segera berangkat pasti aspal sudah panas ini, tak mengiraukan orang yang melihat dia karena sudab hitam, dekil, baju robek-robek gak pake sendal, nenteng tas kresek merah, apalagi Kalau mereka keheranan, orang gila?orang stress?”atau orang miskin?”hehehehhe...
Arjuna cuek saja dan melewati pasar kecil tak jauh dari situ.
“Mas...,” kata tukang parkir disitu.
“Ya pak, ada apa?” tanyaku.
"Mas kemaren yang dimesjid samping kantor desa ya?” tanyanya.
“Oh iya tadi malam saya disana,” kataku.
“Memang ada apa pak?” tanyaku
“Gak papa mas, lagi musafir ya?” katanya.
“Ya semacam itu pak, cuma namanya Ngedan bukan musafir,' jawabku.
“Bedanya dimana?”selidik dia.
“Bedanya Ngedan itu tidak boleh minta dan mencari Ridho Allah saja,” kataku.
“Hhmm....sudah makan?” katanya.
“Belum pak,” kataku.
“Yuk makan disana...,”sambil menunjuk gerobak nasi uduk.
“Yang nasi uduk atau cilok?” kataku
“Nasi uduk mas..." katanya.
Aku pergi ke sana dan segera dibuatkan nasi uduk komplit sama ibu yang jual sebelumnya pak tukang parkir yang ternyata namanya pak Hasan sudah mengkode ke ibu penjuak nasi uduknya.
Pak Hasan menyusul pas aku lagi makan nasi uduknya,
”Kenyangi mas, kalau mau tambah hilang ajah, itu ada gorengan juga kalau mau dimakan juga boleh,” katanya.
”Bu inem, buatkan kopi dua yaa..mas kopi hitam atau teh manis?” tanyanya padaku.
“Kopi ajah pak, terima kasih pak sebelum nya semoga dibalas oleh Allah semua kebaikan bapak,” kataku.
“Ya amin mas makasih doanya,” katanya.
“Mau ke atas?hati-hati mas di sana lagi banyak begal, katanya lagi banyak maling juga disana,” katanya.
“Oh gitu, ya gak papa pak semoga Allah melindungi saya,” kataku.
Sesudah makan dan minum, Arjuna menghisap rokok, dan menawarkan ke pak Hasan.
“Maaf mas saya sudah berhenti merokok,” katanya.
“Kenapa pak, sakit?” tanyaku.
“Iya agak nyesek kalau merokok, nyesek dompetnya...hahahahaha,” katanya melawak.
“Ah bisa aja pak Hasan ini,” kataku.
********
Akhirnya kuteruskan Jalan ke arah yang lebih jauh lagi, sampai sholat Dzuhur dan Sholat Adzhar dijamak di sebuah mesjid Jamii dan Arjuna akhirnya sampailah dekat sebuah makam dan sepertinya dikeramatkan, tapi Arjuna kembali jalan dan ketemu mesjid Jamii agak besar dan tampak agak ramai daerah sekitarnya seperti ada pasar malam.
Masuklah Arjuna sholat maghrib sudah menjelang sholat Isya. Setelah selesai dzikir 10 ment kemudian sholat Isya berjamaah dan selesai dzikir hendak melanjutkan ke waqiahan tiba-tiba ada seorang bapak dan anak lelakinya agak kecil, dia cuma pake sendal jepit dan anaknya juga.
Bapak itu masuk ke halaman mesjid dan duduk sambil membuka nasi bungkus dan makan berdua dengan anaknya. Arjuna samperin keduanya,
“Assalamualaikum Pak...,”sahut Arjuna.
“Wa'alaikumsalam, eh nak mari makan ..,” katanya.
“Hhmm makanlah pak, saya sudah makan tadi, darimana pak?” tanyaku.
“Dari pasar malam, anakku mau beli sepatu katanya sepatu nya robek dan kebetulan dia mau sepatu. Maklumlah nak, saya hanya buruh tani dan kesehatan saya juga lagi agak kurang sehat jadi jarang dapat uang,” katanya.
“Kukeluar kan uang beberapa lembar sisa beberapa kali dikasih orang di mesjid besar itu dan kukasih ke bapaknya semua,
”Maaf pak, saya hanya punya uang segitu, silahkan buat tambah beli sepatu adek ini,” kataku
"Namanya siapa pak?” tanyaku
“Alhamdulillah nak, terima kasih semoga dibalas yang banyak dari gusti Allah. Oh anak saya namanya Bisma,”sambil memegang kepala anaknya.
“Amin pak, maaf loh pak, saya hanya punya segitu saja, itu juga pemberian orang-orang dimesjid ke arah kota,” kataku.
“Ya nak, saya belum kenal saja sudah dikasih sama nak...,” tanya bapaknya.
“Nama saya Arjuna pak,”sambil mengulurkan tangan.
“Saya Andi nak,” katanya.
“Ya sudah saya lanjut masuk duku ya pak, mau lanjutkan ngaji sebentar. silahkan lanjut makannya pak,” kataku.
“Subhanallah nak, semoga barokah hidupmu nak..,” katanya.
“Aamiin...mari pak pamit dulu, assalamualaikum,” kataku.
“Waalaiakumsalam,”jawabnya.
Anaknya menyalami aku dan cium tangan, kemudian kumasuk ke mesjid dan kuambil tas kresek ke teras mesjid dan kubaca waqiahan dan surat Al-khafi lagi.
Setelah selesai kulihat ke depan halaman sudah tidak ada bapak dan anaknya.
Kukeluar sambil liat-liat walaupun masih memakai baju sholat. Ramai sejali suasana nya. Kumasuk lagi sambil duduk di teras mesjid nya. Sambil menyender di dinding kupejamkan mata dan sedikit tertidur dan bangun-bangun sudah septi jalanan hanya beberapa orang saja
***
Jam 4 sebelum subuh Arjuna sudah bangun, langsung ambil wudhu dan sholat sunnah 2 rokaat.
' Aduh ketiduran gak berasa, agak capek sih nih badan, dah hari ke 11 kayak nya harus jalan balik deh ' pikir Arjuna.
Sehabis sholat Subuh dan dzikir kembali Arjuna ketiduran dan tidak sadar sepertinya badannya letih sekali.
Bangun jam 8 pagi merasa aneh dengan kakinya, kok sakit ya nih kaki, dibuka kaki palsu nya.
'Waduh ada yang lecet pantes sakit banget dan badan tidak enak gini' batin Arjuna.
Dia akhirnya menyiram kakinya yang lecet dengan air mineral dan kembali tiduran, tapi dingin udaranya kayak nya mau hujan lagi soalnya langit keliatan agak mendung
Kayak nya dia harus tinggal lebih lama di mesjid itu sampai kakinya gak sakit lagi dan bisa dipakai berjalan lagi.
' Mana masih lama lagi ' pikir Arjuna.
Yah jalanin saja takdir nya dan nikmati sakitnya cuma badan agak mulai demam alias panas. Sambil meringkuk dan kaki palsu nya dipakai sebagai bantal, dan memang selama Ngedan dia berbantal kaki palsu nya agar tidak ada yang copot xixixixi..maklum kaki palsu nya mahal dan terbuat dari besi kaki bawahnya.
Lumayan menggigil badan Arjuna dan akhirnya dia berdoa agar bisa cepat sembuh.
Berarti aku harus memilih Ridho atas sakit yang menimpa ku jadi tak boleh hanya sekedar menerima saja. Mudah-mudahan bisa menjadi pengurang dosaku.
Jadi kutenang saja sambil tidur dan bersholawat saja. Akhirnya Arjuna tertidur lagi. Bangun jam 10 an dan ada orang lagi membersihkan mesjid jadi dia bangun. Marbot mesjid nya lagi membersihkan kaca-kaca dan menyapu lantai setelahnya. Melihat Arjuna tiduran akhirnya dia menghampiri Arjuna.
“Maaf mas, kenapa kakinya?, tanya nya.
“Lecet pak jadi sakit Kalau dimasukkan ke kaki palsu nya apalagi buat jalan. Demam juga akhirnya badan saya,” kata Arjuna.
“Mau saya bawakan air panas ya pak, dan nanti buat minum bapak dan Kompres,” katanya.
“Sudah pak jangan repot-repot,” kata Arjuna.
“Tidak kok, sebentar yaa pak,” katanya.
Dia masuk dan beberapa menit kemudian memberikan termos air panas, baskom kecil dan handuk kecil.
“Ini pak, pakai saja nanti bapak kan bisa lebih enakan lagi,” katanya.
“Kalau boleh tau bapak lagi musafir yaa?.” katanya.
“Iya sejenis itu pak tapi kami menamakan nya Ngedan, jalan tak tau arah kemana saja dan hanya mencari Ridho Allah,” kata Arjuna.
***
Permasalahan hidup memang sangat pelik dan kadang bisa membuat iman seseorang bisa membuat dia akan keilangan akal. Pak Marbot bercerita mengenai seorang warganya yang hampir mirip dengan Arjuna hanya memang dia seperti orang stress. Ngedan Kalau diartikan secara harafiah seperti Gila atau Ngegila walaupun tidak gila. Kalau orang gila itu ya kebanyakan hilang akal dan bermain dengan akalnya atau dunianya sendiri dan akan membuat orang itu memang akan kehilangan akal.
Baru saja kita bicarakan eh orangnya muncul dan melintas mesjid. memang Kalau kelihatan seperti orang normal tapi ya dia linglung. Tangannya dibawah perut, perutnya agak buncit seperti ada isinya dan menggendong nya. Arjuna tanya ke marbot nya apakah ada yang pernah melihat isi yang ada didepan perutnya itu?dan pak marbot bilang belum pernah dan belum tau isinya.
Saya liat seperti orang normal, dia jalan saja dengan pakaian lusuh jarang dicuci dan kotor, saya tanya mengenai ceritanya.
“Begini pak ceritanya, dia itu keturunan ningrat cirebon, hanya dia itu lahir dari anaknya Ratu, dia lahir dari inces antara bapak dan anak. Dia itu pinter mengaji, dan punya rumah sendiri, tapi ya hidup sendiri sampai dia tua seperti itu,” jelas marbot.
“Maaf pak, saya Arjuna,” kataku sambil mengulurkan tangan.
“Saya Midun pak,” kata marbot itu sambil menjabat tanganku.
“Terus dia kerjaannya begitu ajah?keliling kampung tak ada yang hiraukan?, terus makannya dari mana?” kataku.
“Sama kayak bapak, dia makan Kalau ada yang ngasih, dia juga pinter buat meja, kursi Kalau liat kayu bekas. Ya begitulah hidupnya pak. Kami gak ada yang berani untuk menegur atau mengajak bicara. Cuma Kalau jumatan dia hadir di mesjid tapi diluar dan Kalau ada yang tahlilan dia ikut tahlilan,” katanya.
“Berarti orang yang edan beneran ajah rejeki nya ditanggung Allah ya pak?, bagaimana saya yang ”Seperti” orang edan?harusnya lebih yakin dari dia ya pak?" kataku.
“Hahahahahaha ..bisa aja bapak, berarti saya juga kudu lebih yakin ya pak akan terpenuhinya kebutuhan kita dari Allah?" katanya, dan dia langsung mengangguk-anggukan kepala.
“Ya harus nya pak karena Tanggungan Allah atas hidup kita itu nyata. Asal makan pasti Allah memenuhi cuma kan kita ingin makan yang enak dan selera keinginan kita bukan kebutuhan makanan nya itu sendiri,” kataku menegaskan.
“Benar kata bapak seharusnya manusia tanpa bekal pun pasti makan ya pak setiap hari,” katanya.
“Oh iya bapak dah makan belum dari pagi?" katanya.
“Sudah tadi pagi pak...,” kataku.
“Maaf pak saya jadi lupa nanyakan makan bapak...sudah minum kopi belum?” katanya.
“Saya buatkan kopi yaa pak..,” sahutnya lagi sambil berjalan ke rumahnya.
“Baik pak terima kasih sebelumnya semoga Allah membalas kebaikan bapak,” kataku.
Rumahnya dibelakang mesjid persis, pak Midun baru dua tahun jadi marbit di mesjid ini dan dia juga tidak pernah meminta uang untuk gajinya jadi marrbot tetapi dia akhirnya digaji sama orang kaya di desa itu yang juga sebagai donatur dan sering membantu pembangunan dan dana DKM.
Kadang dia mulung untuk cari uang jajan anak- anaknya. Anaknya 3 orang dan dia sendiri gak kelihatan pemulung karena mukanya bersih dan kulitnya putih. Tadi saja Arjuna liat dia mengepel mesjid dan mengelap kaca.
Gak berapa lama datanglah kopi hitam yang dibawakan oleh pak Midun.
“Enaknya pak, baru pengen kopi tadi...hahahaha,” kataku.
“Memang Kalau Ngedan kadang makan gak pengen pak, pengennya ngopi, soalnya jarang yang kasih kopi Kalau kasih makan...apalagi rokok soalnya orang ada aja yang tidak merokok juga,” kataku.
“Hahahaha...segitunya ya pak, tahan lapar!” katanya.
"Saya jadi pengen belajar dari bapak, saya sendiri Kalau kayak bapak gak akan bisa dan sanggup untuk Ngedan kayak gini,” katanya lagi.
“Ya setiap orang permasalahan nya kan sesuai dengan batas kemampuan kita pak, lagi pula masalah Kalau kita serahkan sama Allah maka Allah akan menyelesaikannya juga dan Allah hanya menguji kita sampai sebatas mana kita yakin bahwa Allah segalanya bagi hidup kita,” kataku.
“Ya betul pak, saya aja kalau ada masalah Kalau dah mentok ya berserah diri kepada Allah dan masalah itu selesai sendiri..kadang jadi aneh ya pak...,” katanya.
“Ya manusia kan punya tingkat yang berbeda-beda dalam hal pemahaman dan keyakinannya pak,” kataku.
“Ya sudah sudah mau dzuhur pak, saya lanjutkan dulu pak,” katanya.
“Ya pak silahkan,” kataku
Abis ngopi sebentar aku mengesotkan badan ke pinggir untuk merokok, dan tidak lama adzan dzuhur berkumandang.
Arjuna coba memakai kaos kakinya lagi cuma diganti dengan yang lain yang belum pernah dicuci. Arjuna membawa banyak kaos kaki pengganti karena dia nanya sama Mas Pujangga apakah dia boleh membawa kaos kaki buat kakinya untuk ganti-ganti?dan mas Pujangga membolehkannya, karena menurut dia kaos kaki itu sebagai bagian dari kaki nya Arjuna dan bukan aksesoris.
Memang ngedan selain itu gak boleh memakai aksesoris seperti topi, gelang, dan lain-lain karena akan mengurangi kedekatan dengan alam (mungkin itu maksudnya....hehehehe).
Akhirnya Arjuna walaupun masih sakit kakinya dipaksakan agar bisa sholat berjamaah, setelah sholat dan dzikir dia keluar kembali dan mencopot kakinya kembali agar luka lecet nya bisa kembali kering dan bebas tidak ada tekanan dan gesekan.
Entah kenapa Arjuna selalu mendapatkan ilmu baru yang tidak sengaja dan tidak disadarin ya muncul begitu saja dalam omongan dan pemahaman nya.
Habis itu dia tiduran saja dilantai berbantal kaki palsu nya....hehehe.
Sampai sholat Isya begitulah Arjuna begitu saja, makan dikasih sama pak Midun dan kopi juga, untung Arjuna stok rokoknya banyak karena pak Midun gak merokok.
*******
HARI KE DUABELAS
Besok pagi nya abis subuh dia kembali ngobrol dengan pak Midun,
”Pak, nanti Kalau saya kakinya dah enakan akan pergi lagi, karena ini dah harus balik, sudah setengah jalan.” katanya.
“Oh iya pak Arjuna semoga bapak selamat di jalan dan kita bisa bertemu kembali,” katanya.
Kemudian dia masuk kembali ke mesjid beres-beres dan kembali ke rumahnya. Sekitar jam 10 an Arjuna mengecek kakinya apakah masih lecet atau tidak?.
Ternyata sudah lumayan ada yang kering dan masih sakit tapi masih bisa jalan. Kaos kaki ditambahi agar empuk dan akhirnya jam 11 dia kembali ke arah dia datang. Jalanan agak turun jadi agak enakan.
Tapi kadang Arjuna memang kadang pelan-pelan jalannya supaya tidak membuat luka baru ataupun luka lama yang terbuka kembali. Tak terasa adzan dzuhur berkumandang dan dia tidak cepat-cepat dan tetap berdzikir karena belum ketemu mesjid atau mushola untuk dia sholat.
Dia mengeluarkan rokok dan duduk dulu dipinggir ujung sebuah toko, sambil melonggarkan kaki palsunya, dan kembali mengeluarkan botol air mineral.
'Ternyata kehidupan seperti orang Ngedan ini memang enak sekali, nikmat, tak ada masalah, tak ada telpon , tak ada pesan masuk, tak tergantung dengan HP yang selalu dipegang dan selalu dicek-cek' pikir Arjuna.
Tiba-tiba ada seorang yang teriak-teriak sambil lari-lari di sebuah lapangan dan dia begitu senang sambil menonton orang main bola. Kalau dilihat dari mukanya dia seperti orang stress dan suka ngomong sendiri ke atas langit, ke samping dan tidak ada yang mengajak ngobrol.
' hhmm ketemu lagi orang stress gini', pikir Arjuna.
Arjuna melanjutkan ke arah mesjid yang ada di samping lapangan. Masuk lah ke mesjid dan shilat dzuhur sampai selesai.
***
Perjalanan nya ke arah balik ke majelis nya lagi ternyata lebih cepat sampai, dari hari ke dua belas dan tiba di mushola di Waled hanya 5 hari saja jadi dia masih punya 4 hari lagi untuk sampai di majelis.
Sebelum maghrib sampailah Arjuna di mushola di daerah Waled dan dia langsung ambil wudhu agar bisa masuk ke mushola setelah ganti pakaian sholatnya. Dia ketemu dengan pemilik mushola dan ketua DKM dan beberapa jamaah yang pernah dia temui waktu berangkat ngedan.
Setelah selesai sholat berjamaah dan dzikir, Arjuna keluar ke teras mushola dan berbincang-bincang dengan mereka. Ada yang kasih rokok dan kopi ke Arjuna.
Mereka nanya-nanya mengenai perjalanan Arjuna sebelumnya, ya diceritakan sebisa mungkin ke mereka.
Adzan Isya akhirnya dikmumandangkan oleh salah satu jamaah dan akhirnya Arjuna sholat berjamaah kembali. Setelah dzikir selesai dia keluar lagi dan disitu cuma ada 3 orang saja. Kemudian ketua DKM nya datang ke sana dan membawa kantung plastik yang ternyata dikasih ke Arjuna
“Pak ini ada baju koko dan sarung, supaya segar kelihatannya bapak mandi saja,” kata pak DKM.
“Maaf pak saya gak boleh mandi!” kata Arjuna mengembalikan plastik nya.
“Oh gitu pak,” katanya.
“Ya pak amaliah saya gak boleh mandi dan ganti baju, jadi maaf ya pak, Kalau memang bapak-bapak terganggu dengan bau badan atau bau baju saya, saya mohon pamit saja dari sini, dan terima kasih atas semuanya,” kata Arjuna.
“Ya terserah bapak saja!” katanya.
Akhirnya Arjuna mengganti baju ngedan nya kembali dan pamitan kepada mereka untuk melanjutkan perjalanannya kembali ke arah Pabuaran kidul.
Walaupun tidak terlalu jauh dari situ tetapi beberapa kali Arjuna berhenti dan gerimis mulai turun, dia langsung bangun kembali dan jalan kembali walaupun masih kecil sekali gerimis nya tetapi geladak geluduk sudah mengisi suara langit.
Sampailah Arjuna di mesjid Jamii di Pabuaran Kidul depan pasar Pabuaran kidul, dia melewati beberapa tukang dagang disana sebelum masuk dari samping mesjid karena tiba-tiba hujan langsung turun dengan deras, alhamdulillah Arjuna gak banyak basah kehujanan.
Arjuna ganti baju Ngedan nya ke baju sholat karena ada di lingkungan mesjid dan Arjuna melanjutkan dzikir waqiah dan baca surat khafi dimana diluar sedang hujan deras.
Sedang waqiahan tiba-tiba masuk seseoang ternyata tukang ketoprak yang jualan disamping mesjid. Bapaknya langsung masuk ke mesjid dan menyerahkan sepiring ketoprak yang dia bawa ke Arjuna.
“Pak, ini buat makan pak!” katanya.
"Wah pak ini hujan, gak usah repot pak!”sahut Arjuna.
“Tidak repot kok, makan ya pak, Kalau belum kenyang ke gerobak saja pak!” katanya lagi.
“Baik pak terima kasih banyak semoga bapak dibalas kebalikannya oleh Allah,” kataku.
“Aamiin...,” katanya.
“Saya kembali lagi ya pak,” katanya.
“Ya pak, hati-hati hujan tambah deras, nanti bapak basah dan masuk angin!” kataku.
“Ya pak terima kasih,” kata nya.
Kemudian Arjuna melanjutkan kembali waqiahan yang sempat terpotong dan baca surat Al-khafi sebagai penutup. Lama juga hujan deras nya sekitar 1 jam dan liat jam waktu itu sudah jam 10.03 dan hujan belum berhenti sama sekali. Reda sedikit deras lagi sampai sekitar jam 11.23 hujan berhenti total.
Arjuna yang hanya bisa tiduran di mesjid sebelah selatan karena disitu agak hangat dan tidak terkena cipratan air hujan dan terpaan angin.
Ingat sama piring ketoprak yang belum dikembalikan dia akhirnya bangun dan keluar mesjid sambil membawa piring dan gelas yang kemudian diberikan ke bapak penjual ketoprak nya.
“Mau nambah pak?” katanya.
“Nggak pak, alhamdulillah sudah kenyang!” kata Arjuna.
Dia akhirnya duduk di kursi yang dibelakang gerobak agak ke dalam dipinggir bangunan yang sedang direnovasi. Setelah duduk pak Dadang yang nama penjual ketoprak nya itu datang bawa air minum ke Arjuna.
“Ini pak teh hangat!” katanya,”Darimana pak?” tanyanya.
“Saya abis pulang dari kuningan pak, ini mau arah pulang ke majelis sekitar 3 / 4 hari lagi.
“Oh gitu...,” katanya.
“Iya pak, tumben sepi ya pasar nya, sudah banyak yang beli pak?” kataku nanya.
“Yah dinikmati saja rejeki dari Allah, semua kan dari Allah,” kata pak Dadang.
“Iya pak, oh iya saya mau nanya, Kalau ke kiri sana kemana ya pak?” tanyaku.
“Oh itu ke Sindang Laut pak!” katanya.
“Oh yang ada pabrik gula kosong itu yaa?” tanyaku.
“Iya pak kok tau?” katanya.
“Pernah lewat pak cuma saya blm tau sih, hehehe...pengen ke sana besok tapi kok hanya tinggal 4 hari apa cukup ya?hari ke 4 harus dah sampai di majelis.” kataku.
“Dicoba aja pak, Kalau gak cukup dua hari balik lagi supaya pas sampai majelis bapak,” katanya.
“Iya pak..,” kata Arjuna sambil mengeluarkan rokoknya.
Karena dingin sekali, Arjuna pamitan ke pak dadang untuk masuk ke mesjid, selain itu Arjuna kebelet ke kamar mandi.
Setelah abis dari kamar mandi kembali hujan deras dan akhirnya Arjuna cuma bisa meringkuk di sana kedinginan. Sampai pagi sekitar jam 3 lebih dia terbangun karena kedinginan sekali.
***
HARI KE DELAPAN BELAS
Arjuna akhirnya setelah sholat Dhuha melakukan perjalanan ke arah barat dan ke arah sana agak sepi karena sedang masa pandemi virus koroni, selama dia jalan seharian sampai maghrib dia melawati hanya 3 desa dan bermalam di sebuah desa yang ada mesjid jamii nya.
Setelah Sholat Isya dan selesai berdziikir dia keluar ke arah jalan, jalanan hari ini yang dilalui jelek dan banyak batu kerikil yang panas. Setelah dipinggir jalan dia duduk di halte depannya ada mimimarket.
Lagi merokok Arjuna disamperin sama seseorang dan mengajak ngobrol dan seperti biasa orang-orang hanya menanyakan mengenai lelaku yang dia sedang jalani ini
Gak lama kemudian bapak itu mengajak Arjuna untuk mampir ke rumahnya, tapi Arjuna tolak karena dia tidak mau kemana-mana alias lelah.
Setelah itu Arjuna menyeberang jalan dan disitu ada tukang ketoprak dan nasi pecel ayam, bermaksud hanya untuk mencari teman ngobrol saja karena desa itu kelihatan sepi dan hanya ada beberapa orang pedagang dan lewat saja.
Tukang ketoprak nya ternyata kakak beradik dengan tukang ketoprak yang mangkal di rumah sakit Pabuaran, saya tidak kenal tapi pernah melihat gerobak ketoprak memang disana jadi saya tidak kenal sama yang di rumah sakit.
Ternyata tukang ketoprak nya yang di rumah sakit lewat dan dagangannya habis jadi dia mampir. Dan akhirnya Arjuna berkenalan juga. Terlibat pembicaraan dengan mereka sampai jam 12 malam sebelumnya Arjuna diberikan ketoprak dan teh hangat.
Arjuna akhirnya tidur di halte saja sambil melihat jalanan, dan bisa tidur juga dia, untung tak hujan. Subuh dia bangun mendengar adzan subuh dan ikut berjamaah disana. Abis sholat dhuha dia balik lagi ke Pabuaran karena tinggal 3 hari lagi.
***
Note. Terima kasih Para Pembaca yang setia! saya harapkan kalian berikan Komen di setiap bab dan berikan Like dan jadikan Novel saya ini di dalam perpustakaan anda! Kami akan selalu mendoakan kalian selalu sehat dan dalam Lindungan sang Pencipta, Aamiin...
PERJALANAN SANG SALIK KAKI PALSU
By . SKI