App herunterladen
15.24% Solo vs. Squad (Sang Dewa Game) / Chapter 25: Skill Skullix

Kapitel 25: Skill Skullix

"Fireball!" teriak Zord yang sudah bangkit sambil mengarahkan tongkat sihirnya. Sebuah bola api langsung tercipta dan menghantam skeleton raksasa yang datang menuju Vi.

"Raven! Lihatlah ke depan!" teriak Zord dengan keras, saat itu juga Raven langsung menggerakan kepalanya menatap ke depan tepat melihat Satria yang berhadapan dengan dua skeleton raksasa serta Skullix sekaligus.

"Apa kau melihatnya? Seorang priest yang bertarung di barisan depan! Meski kita baru pertama kalinya bertemu tapi kau pasti bisa melihatnya, tidak ada sedikitpun rasa takut di dalam hatinya. Apakah seorang swordman sepertimu hanya akan tertunduk dan mengharap perlindungan priest? Di mana harga dirimu!" teriak Zord lagi sambil terus menggunakan sihirnya untuk menyerang skeleton raksasa yang mendekat.

Vi dan Lea terus menerus melesatkan panahnya menuju skeleton hingga dia kesusahan untuk bergerak, sementara itu Sil terus membantu mereka dan Satria dari kejauhan. Tatapan Raven langsung tertuju ke arah pedangnya yang tadi terjatuh.

"Triple slash!" teriak Satria yang langsung melesat ke arah dua skeleton raksasa serta menebaskan pedangnya tiga kali secara beruntun.

"Jika kalian tidak bisa menghadapi rasa takut kalian, maka seumur hidup kalian tidak akan pernah menjadi petualang yang kuat!" ucap Satria yang sudah berada di belakang dua skeleton raksasa. Tiba-tiba saja kedua skeleton raksasa itu langsung hancur berkeping-keping karena terkena tiga tebasan beruntun dari Satria.

"Apakah kemampuan berpedangmu itu hanya sampai segitu saja, Raven?" tanya Satria tanpa menoleh sedikitpun dan langsung berlari menuju Skullix.

Perlahan Raven mengepalkan kedua tangannya, setelah itu dia langsung memungut pedangnya yang tadi jatuh dan mulai bangkit dengan tubuh yang gemetar. Keempat temannya terlihat masih berusaha menghalau skeleton raksasa yang tersisa.

"Kau benar, aku benar-benar pengecut. Tapi setelah melihatmu, aku yakin aku masih bisa menjadi lebih kuat lagi," batin Raven seraya menatap Satria yang sedang beradu pedang dengan Skullix.

"Lindungi aku dari belakang!" teriak Raven yang langsung melesat menuju skeleton raksasa sambil menghunuskan pedangnya.

"Ya!" jawab Zord, Sil, Vi dan Lea secara bersamaan. Mereka terlihat senang melihat pemimpin squad mereka sudah bangkit lagi.

'Trang'

Suara benturan pedang berbunyi lagi saat Satria menahan tebasan dari Skullix. Kaki Satria lagi-lagi menghujam ke tanah karena kekuatan tebasan Skullix yang begitu hebat. Tapi Satria terlihat tidak kesusahan sedikitpun, secara dia memang sudah unggul dari segi level ataupun statistik.

Skullix dengan cepat mengayunkan pedang di tangan kirinya mengincar Satria, tapi dengan cepat Satria melompat jauh ke samping. Skullix kembali menebaskan pedang di tangan kanannya namun Satria kembali menghindar dengan melompat ke belakang. Tanah yang terkena bilah pedang Skullix langsung berhamburan ke udara. Getaran tanah terus terasa seiring dengan tebasan Skullix yang menghujam tanah.

"Kelihatannya masih sama dengan yang ada di game, dia tidak akan menggunakan skillnya selagi HP miliknya belum sampai habis setengah," batin Satria yang langsung memegang pedangnya dengan erat, kali ini dia tidak berniat menahan kekuatannya lagi.

"Dimensional.." ucap Satria yang langsung mengangkat pedangnya secara vertikal di depan tubuhnya. Perlahan gradasi cahaya warna hitam mulai menyelimuti bilah pedangnya bagaikan kilat yang menyambar.

Tanah di sekitar tempat yang Satria pijak langsung berhamburan ke udara bersama debu-debu dan kerikil. Tanah di ruangan lantai 10 Dungeon Luxurie terasa berguncang hebat, Squad Raven bahkan terlihat kesusahan untuk berdiri melawan skeleton raksasa yang juga oleng akibat guncangan tanah.

"Slash!" sambung Satria menggunakan tehnik pedang tingkat tinggi yang dikuasainya.

Satria menebaskan pedangnya ke depan, sebuah tebasan dengan gradasi warna hitam kemerah merahan langsung tercipta dan melesat menuju tubuh Skullix. Riuh angin yang bergemuruh terdengar menderu membawa debu-debu yang beterbangan menuju ke arah tubuh Skullix.

'Dddhhhhoommmrrrr'

'Ggggrrrr'

"Roaarrrrrr," Skullix langsung meraung kesakitan saat tebasan jarak jauh dari tehnik pedang yang digunakan oleh Satria langsung mengenai tubuhnya dengan telak.

Suara dentuman hebat saat tebasan jarak jauh Satria menghantam tubuh Skullix terdengar menggelegar bagaikan guntur yang memekakan telinga. Tanah langsung berguncang hebat dalam sekejap. Deru angin langsung bergemuruh dan bertiup kencang di lantai 10 Dungeon. Raven dan teman-temannya langsung berlutut ke tanah agar tidak terhempas oleh gelombang angin yang datang.

Tubuh Skullix terlihat sempoyongan dan menghantam dinding gua, zirah armor di tubuhnya terlihat terpotong secara diagonal dari bahu kiri ke pinggang kanan. Tulang-tulang yang tertutup zirahnya tampak ikut terpotong. Guncangan tanah serta deru angin akhirnya mulai mereda, saat itulah perlahan tulang-tulang Skullix tampak beregenerasi, dia juga sudah bisa bangkit lagi.

"Tidak akan aku biarkan begitu saja!" ucap Satria yang langsung menghentakan kedua kakinya sampai tubuhnya terlontar melayang menuju ke tubuh Skullix. Dia tidak akan memberikan waktu bagi Skullix untuk beregenerasi, karena itulah saat ini dia berniat melakukan serangan beruntun kepada Skullix.

"Dengan luka seperti itu kau pasti akan memerlukan banyak waktu untuk pulih kembali!" kata Satria yang langsung mengayunkan pedangnya ke depan.

'Trang'

Suara dentingan senjata yang beradu kembali terdengar kencang, ternyata Skullix berhasil menangkis pedang Satria menggunakan pedang di tangan kanannya. Sementara itu pedang di tangan kiri Skullix terlihat bersinar dengan cahaya gradasi berwarna abu, Satria sangat terkejut sebab dia yakin kalau serangannya tadi tidak akan mampu mengurangi setengah HP Skullix tapi kini dia nyatanya sudah bisa menggunakan skillnya.

"Celaka, apa mungkin beberapa sistemnya sudah berubah setelah update?" batin Satria.

Kedua kaki Skullix tampak menghujam ke tanah, getaran tanah juga terasa kembali. Sementara itu Satria masih melayang di udara dan menekan pedangnya ke pedang di tangan kanan Skullix. Perlahan Skullix menggerakan pedang di tangan kirinya menuju Satria, riuh angin terdengar bergemuruh mengiringi pedang Skullix yang diselimuti gradasi cahaya berwarna abu-abu.

"Guardian," ucap Satria mengubah job classnya.

"Maksimal defend!" sambung Satria dengan buru-buru.

Suara riuh angin langsung bergemuruh seiring Skullix menebaskan pedang di tangan kirinya. Satria berusaha menahan tebasan Skullix yang menggunakan skillnya tapi pedang yang dia pakai langsung patah dan tebasan Skullix dengan telak berhasil menghantam tubuh Satria.

'Wwrrrr'

'Trang'

'Ddhhhooommrrr'

Dentuman hebat terdengar begitu menggelegar hingga Squad Raven harus kembali menutup telinga mereka saking bisingnya suara ledakan yang terjadi. Bongkahan-bongkahan tanah di sekitar Skullix langsung terangkat ke udara dan melebur menjadi abu menyisakan cekungan tanah yang besar di sekitar kakinya.

Tubuh Satria saat itu juga langsung terpental dan menghantam dinding tanah di lantai 10 Dungeon Luxurie, armor yang Satria gunakan langsung hancur berkeping-keping. Tubuhnya terjerembab cukup dalam di dinding tanah lantai 10, jika saja dia tidak mengubah job classnya dan menggunakan pertahanan maksimal pastinya nyawanya sudah melayang.

"Uhuk," Satria langsung batuk, dari tepi bibirnya mulai mengalir darah.

"Benar-benar sakit. Aku tidak menyangka jika dia sudah bisa menggunakan skill meski HP nya belum berkurang setengah," batin Satria yang mencoba keluar dari dinding tanah.

"Skill slashing turtle miliknya memang memiliki penetrasi yang tinggi, mungkin jika aku menggunakan armor yang lebih baik maka damagenya tidak akan separah ini," gerutu Satria yang langsung keluar dan mendarat di tanah yang ada di bawahnya.

Raven dan teman-temannya hanya terdiam tak berkata, mereka tidak percaya jika Satria masih bisa berdiri setelah terkena skill serangan dari bos lantai 10 dungeon secara telak. Sementara itu Skullix terlihat kembali bergerak menuju Satria. Skeleton raksasa yang tadi terjatuh karena guncangan tanah tampak berusaha untuk bangkit lagi.

"Ini buruk," ucap Satria dengan tatapan tajam melihat Skullix yang mulai mendekat. Luka sayatan diagonal di dada Skullix terlihat mulai beregenerasi lagi meski sangat lambat.

Skullix terlihat mengambil ancang-ancang untuk menebaskan kembali pedang di tangan kanannya, saat itulah Satria mulai berlari menjauh tapi kecepatannya begitu lambar karena dia tadi mengerahkan semua statistiknya untuk pertahanan. Tapi karena perhitungan Satria cukup tepat untuk mengambil momentum berlari kini tebasan Skullix hanya menghantam di sampingnya saja.

Meski begitu lagi-lagi tubuh Satria terlempar karena dampak benturan tebasan Skullix yang menghantam tanah sampai berhamburan. Tapi kali ini Satria tidak terkena damage yang berarti, Satria kembali bangkit dan berdiri. Sekilas perhatiannya teralihkan kepada Squad Raven yang tampak kembali berhadapan dengan skeleton raksasa, merasa tidak ada yang dikhawatirkan Satria kembali fokus melihat Skullix yang sudah mengangkat lagi pedang yang ditebaskannya.

"Assasins," ucap Satria sambil mencabut dua pisau yang ada di balik bajunya.

'Bbbrreegghh'

Tebasan Skullix langsung menghantam tempat Satria berdiri namun wujud Satria sudah lenyap dan tiba-tiba berada di belakang Skullix sambil melayang. Tubuh Satria dengan cepat melesat ke bawah menuju tubuh Skullix, dengan lincah Satria menyayat-nyayat armor yang dipakai oleh Skullix.

"Cih, enchant racun dan sayatan benda tajam dari senjata kualitas normal kelihatannya tidak memberikan efek yang kuat kepada skeleton," gumam Satria yang langsung menghentakan kakinya di tubuh Skullix.

Skullix langsung berbalik dan menebaskan pedangnya lagi, tapi kini Satria dengan cepat menghindari setiap serangan dan tebasan yang dilakukan Skullix. Perbedaan kecepatan mereka berbanding sangat jauh karena Satria saat ini memang berada dalam job class assassin yang lincah. Benturan demi benturan yang kuat terdengar jelas sampai-sampai bongkahan-bongkahan tanah terus berhamburan saat serangan Skullix hanya mengetahui tanah saja.

"Kelihatannya aku harus memotong kedua tangannya terlebih dahulu, tapi ini akan sangat beresiko," pikir Satria sambil berlari di dinding tanah untuk menghindari serangan Skullix.

Tak lama kemudian kedua pedang di tangan Skullix kembali mengeluarkan cahaya gradasi berwarna abu pertanda dia akan menggunakan lagi skill slashing turtle miliknya. Tapi kali ini Satria yang sudah waspada tidak terlalu khawatir, lagipula dia sudah berada di dalam job class yang kecepatannya bisa sangat diandalkan untuk menghindar.

Tanah kembali berguncang bersamaan dengan riuh angin yang bergemuruh saat Skullix menebaskan kedua pedangnya mengarah kepada Satria yang masih berlari di dinding dungeon. Tepat sebelum tebasan pedang Skullix mengenainya Satria langsung menghentakan kakinya sekuat tenaga dan melesat menghindar dengan melompat ke atap dungeon.

'Bbbhhhooommrrrr'

Suara ledakan dahsyat kembali terdengar, tanah yang mereka pijak serasa berguncang hebat. Debu-debu dan kerikil langsung beterbangan di sekitar tubuh Skullix. Riuh angin langsung bergemuruh bertiup menerbangkan kepingan-kepingan tanah yang terangkat ke udara, sementara itu Satria tidak membuang waktu dan langsung melesat ke bawah menuju tubuh Skullix.

"Maksimal attack!" kata Satria memaksimalkan statistiknya di serangan.

"Burning slices!" teriak Satria yang langsung menebaskan dua pisau di tangannya ke bahu kiri Skullix.

'Bbbrrrrr'

'Bhamrr'

Percikan api langsung muncul saat pisau Satria yang sudah berselimutkan api menebas bagian atas lengan Skullix. Suara dentuman langsung terdengar seiring dengan zirah bagian lengan kiri Skullix yang terbakar. Raungan Skullix kembali terdengar kencang seiring dengan tangan kirinya yang terjatuh ke tanah.

"Fighter," ujar Satria tepat sesaat setelah dia menapak di tanah lagi.

"Fire punch!" tukas Satria yang langsung menghentakan kakinya lagi melompat ke depan perut Skullix. Kini tangan kanannya terlihat sudah diselimuti oleh api yang membara, dengan cepat Satria langsung mengepalkan tinjunya.

Satria menghantamkan tinjunya tepat mengenai perut Skullix hingga dia kembali meraung, kobaran api terlihat langsung memancar dari titik pukulan Satria. Suara ledakan juga terdengar bersamaan dengan tubuh Skullix yang terpental ke belakang saking kuatnya serangan tinju dari Satria. Namun tidak berhenti sampai di sana sebab Satria kembali melesat menuju bahu kanan Skullix.

"Dengan begini kau tidak akan bisa menggunakan skill slashing turtle lagi!" tegas Satria yang melayang tepat di atas Skullix yang terbaring di tanah.

"Thunder punch!" teriak Satria yang langsung turun dengan cepat dan mengayunkan pukulan tangan kanannya. Kilatan-kilatan petir yang menyambar terlihat menyelimuti tangan kanan Satria.

'Beukh'

'Bbhhaammrrr'

'Tttarrrr'

Dengan telak Satria berhasil menghantam bagian atas tangan kanan Skullix, bagaikan sambaran petir yang besar menghantam lengan Skullix. Lagi-lagi Skullix langsung meraung hingga suaranya menggema di dalam ruangan tersebut bersamaan dengan suara dentuman keras yang menggelegar. Squad Raven yang masih berhadapan dengan skeleton raksasa juga langsung menutup telinganya.

Tulang-tulang di lengan kanan Skullix langsung hancur bersamaan dengan armornya yang hancur berkeping-keping setelah terkena hantaman pukulan Satria. Regenerasi luka sayatan di dada Skullix juga terlihat semakin melambat, Skullix kembali meraung dan membuka mulutnya lebar-lebar mengarah kepada Satria.

Karena sadar kalau Skullix berniat menggunakan skillnya yang bernama skull rain, Satria langsung melompat mundur untuk menjaga jarak. Benar saja dari mulut Skullix langsung melesat ribuan tulang tajam bagaikan hujan yang mengarah kepada Satria. Melihat hal itu Satria langsung bersiap dengan kepalan tangan kanan di pinggangnya.

"Air punch!" teriak Satria yang langsung menghantamkan tinju tangan kanannya ke udara. Saat itu juga deru angin langsung riuh bergemuruh. Udara yang dihantam Satria langsung memadat bagaikan kepalan tinju raksasa yang transparan dan melesat menuju ribuan tulang yang datang.

Bersambung…


Kapitel 26: Tumbangnya Bos Lantai 10 Dungeon Luxurie

Suara tulang-tulang yang hancur langsung terdengar saat tekanan udara yang tercipta dari pukulan Satria menghantam ribuan tulang yang melesat ke arahnya. Ratusan tulang yang tidak terhantam tekanan udara langsung menancap di tanah tanah yang terkena tulang-tulang tersebut terlihat berubah ungu pertanda tulang yang menancap itu mengandung racun.

Skullix yang sudah kehilangan kedua tangannya tampak berusaha untuk bangkit lagi, sementara Satria tidak membuang waktu dan melesat menuju ke arah tangan kiri Skullix yang tergeletak di tanah. Dengan satu tangan saja Satria mengangkat pedang besar berukuran raksasa milik Skullix, tanpa ampun Satria langsung menebaskan pedang Skullix ke tubuhnya sendiri hingga pinggangnya terpotong.

Tubuh Skullix langsung terbagi dua dan kembali ambruk ke tanah, melihat tuannya terpotong. Skeleton raksasa yang sedang dilawan oleh Squad Raven langsung bergerak menuju Satria, tapi dengan cepat Satria melemparkan pedang besar milik Skullix hingga menghantam skeleton raksasa sampai hancur.

'Bbrreeghh'

Pedang yang dilemparkan Satria langsung menancap di dinding dungeon. Kini Skullix hanya bisa meraung kesakitan setelah tubuhnya terpotong menjadi dua. Raven dan teman-temannya tidak bisa berkata apa-apa lagi, dengan nafas yang tersengal-sengal mereka hanya bisa melihat Satria dari kejauhan.

"Sayang sekali kau berhadapan dengan orang yang salah. Semua kelemahan, kekuatan dan skillmu sudah aku ketahui," ucap Satria yang berdiri diatas rangka tulang dada Skullix.

"Sangat menyenangkan bisa bertarung denganmu lagi Skullix, tapi aku akan segera mengakhirinya," kata Satria sambil mengangkat tinju tangan kanannya ke atas.

"Maksimal attack," ujar Satria.

"Air punch!" teriak Satria seketika langsung menghantamkan tinjunya ke rangka tulang dada Skullix.

'Gggaawwwrrrr'

Skullix terdengar meraung lagi sebelum akhirnya tulang-tulang tubuhnya mulai hancur berkeping-keping. Jika sistemnya masih sesuai dengan game maka tulang-tulang serta armor dan senjata setiap bos monster akan lenyap dalam waktu satu menit setelah dikalahkan. Selain itu jika di dalam game setiap bos lantai dungeon yang dikalahkan akan menjatuhkan item tertentu setelah tubuhnya lenyap.

"Dia bahkan bisa menggunakan tehnik seorang fighter dan swordman. Bagaimana bisa seorang priest melakukannya?" ujar Raven dengan nafas terengah-engah sementara itu Sil sedang sibuk menyembuhkan rekannya yang lain.

"Kau benar, dia bukanlah petualang biasa," timpal Zord. Mereka semua terus memperhatikan Satria yang berjalan mendekat sambil membawa tombaknya sementara pisaunya sudah dia masukan lagi ke balik bajunya.

"Kalian baik-baik saja kan?" tanya Satria,

"I-ya," jawab Raven.

"Syukurlah. Pertarungan kali ini benar-benar menyenangkan," kata Satria seraya tersenyum.

"Si-apa sebenarnya dirimu?" tanya Raven.

"Aku adalah Satria, petualang biasa yang ingin dikenal dunia apa adanya," jawab Satria.

"Tapi, bagaimana bisa kamu mengalahkan bos lantai sepuluh itu dengan tehnik dari job class yang berbeda?" tanya Zord.

"Latihan, itulah intinya. Siapapun bisa melakukannya, tapi jangan pernah memaksakan diri dan membuang-buang waktu untuk mencobanya," jawab Satria.

"Oh iya, aku juga berharap kejadian ini tidak kalian beritahukan kepada petualang yang lainnya. Sebab percuma saja, mana mungkin ada yang percaya jika ada seorang priest yang mengalahkan bos lantai 10 dungeon sendirian," sambung Satria.

"Tapi-" belum sempat Raven menyelesaikan ucapannya Satria sudah memotongnya lagi.

"Aku khawatir kalian akan berada dalam bahaya jika memberitahukannya, mungkin ada orang yang tidak suka kepadaku dan malah menjadikan kalian sebagai sasarannya. Karena itulah aku harap kalian berlima tidak memberitahukannya kepada siapapun, ini demi kebaikan kalian sendiri," potong Satria sembari menepuk pundak Raven.

"Kami pasti tidak akan memberitahukannya, lagipula kami berhutang nyawa kepada tuan," tukas Lea yang juga datang menghampiri.

"Kalian tidak perlu bersikap formal seperti itu, panggil saja aku seperti sebelumnya," tutur Satria. Lea hanya mengangguk pertandan mengerti.

"Oh iya. Apakah saat bos monster dikalahkan petugas yang menjaga dungeon akan mengetahuinya?" tanya Satria.

"Setahuku tidak, biasanya squad atau guild yang mengalahkannya akan melaporkannya secara langsung kepada petugas. Mereka lalu akan memperkirakan waktu respawnnya kembali. Mungkin karena itu jugalah kami tadi salah memperkirakannya, kemungkinan petugas yang memperhitungkan waktu respawnnya kurang akurat," jawab Raven.

"Begitu ya, pantas saja. Tapi dengan begitu akan lebih mudah lagi," batin Satria.

"Itu artinya kalian juga tidak perlu melaporkannya kepada petugas," kata Satria disambut anggukan oleh seluruh squad Raven.

"Setelah ini kamu mau kemana?" tanya Sil.

Satria termenung sejenak sebelum menjawab pertanyaan Sil, sebenarnya dia masih ingin bersenang senang dengan menghadapi semua bos lantai di Dungeon Luxurie. Terlebih dia ingin melihat seperti apa suasana lantai 71 ke bawah yang sebelumnya belum pernah ada di dalam game. Tapi dia masih ingat ada banyak urusan yang perlu dia selesaikan termasuk rencana jangka panjangnya untuk mencari keberadaan target balas dendamnya.

"Aku mungkin akan pulang ke Kota Lunar," jawab Satria.

"Eh? Bagaimana kalau kamu mampir dulu ke rumah kami, itung-itung rasa terima kasih kami," tawar Vi.

"Terima kasih, tapi lain waktu saja," jawab Satria.

"Orang-orang memang baru akan berbuat baik apabila mereka kehutangan budi atau nyawa, meski orang yang membantunya adalah orang yang jahat mereka pasti tidak akan peduli dan tetap mengagungkannya. Begitulah sifat manusia, mungkin di dunia ini tidak ada yang memang mau berbuat baik secara murni tanpa ada alasan lain dibaliknya," batin Satria.

Tak lama kemudian tulang-tulang dan senjata milik Skullix lenyap seketika. Pintu yang mengurung mereka dari kedua sisi juga langsung terangkat lagi. Wajah Raven dan teman-temannya terlihat berseri kembali, mereka tadi mengira akan mati di dalam tapi kini nyatanya mereka bisa melihat pintu keluar lagi dari lantai 10 Dungeon Luxurie.

Sekejap mata tiba-tiba ada cahaya bersinar dari bekas Skullix hancur. Satria dan Squad Raven langsung mendekatinya. Perlahan cahaya itu memudar hingga terlihat ada beberapa item yang tergeletak di sana. Satria langsung mendekati item itu dan memegangnya, seperti biasa item yang akan jatuh jenisnya sangat beragam dan acak meski berasal dari monster yang sama tapi akan berbeda setiap waktunya.

"Jadi jika monsternya mati di dalam dungeon tetap akan menjatuhkan item ya. Padahal waktu aku mengalahkan Leviathan saat itu dia benar-benar mati dan tidak lenyap sama sekali, apalagi menjatuhkan item random seperti ini," batin Satria.

Di depannya ada sebuah kalung putih seperti terbuat dari tulang, tiga Kristal berwarna biru langit yang terang serta sebilah pedang yang rupa dan bentuknya sama seperti pedang raksasa yang digunakan oleh Skullix namun yang ada di hadapan Satria kali ini ukurannya sama seperti ukuran pedang biasa yang dipakai seorang petualang.

"Aku hanya akan mengambil tiga Kristal itu, pedang dan kalungnya bisa kalian simpan," kata Satria.

Dia masih ingat kalau di dalam slot tas miliknya juga ada pedang dan kalung seperti itu. Kristal biru yang akan dia ambil adalah sebuah material yang berguna, bisa dilebur bersama material lainnya untuk dibuat senjata, bisa dibuat perhiasan, bisa digunakan sebagai material enchant senjata, bisa dijual secara langsung dan kegunaan lainnya. Sebenarnya di dalam slot tasnya juga sudah ada banyak Kristal seperti itu, tapi tidak ada salahnya untuk menyimpan stok sebanyak banyaknya apalagi slot tas miliknya tidak terbatas.

"Eh? Kenapa tidak kamu ambil semuanya saja?" tanya Raven.

"Seorang priest sepertiku tidak terlalu membutuhkan pedang, sementara kalung itu juga tidak terlalu menarik bagiku," jawab Satria. Padahal dia tahu kalau kalung itu adalah kalung biasa dan belum di enchant sama sekali, jadi tidak akan membawa pengaruh yang berguna.

"Eh, benar juga," ujar Raven yang terlihat semakin senang dan mengambil pedang yang tergeletak di tanah. Sementara itu Zord langsung mengambil kalung yang tergeletak meski Satria tidak tahu untuk apa Zord menginginkannya.

"Kalau begitu sampai jumpa lagi di lain waktu, aku akan kembali sekarang," ucap Satria sambil berbalik.

"Anu.. terima kasih banyak," tutur Sil sambil menundukan kepalanya.

"Kami harap kita bisa bertemu lagi lain waktu," timpal Lea.

"Kami tinggal di sebelah timur Ibukota," imbuh Vi. Tanpa berbalik Satria hanya mengangkat tangan kanannya serta melambaikannya sembari terus berjalan.

"Aku harap mereka bisa dipercaya untuk tidak memberitahukan kejadian ini," pikir Satria sambil terus melangkah keluar dari ruangan lantai 10.

Perlahan Satria menyusuri lantai 9 dan terus berjalan hingga akhirnya sampai di lantai 1 setelah sekian lama berjalan, kali ini semua monster yang berpapasan dengannya dia habisi tanpa menyisakan satupun. Beberapa kali dia harus beristirahat sebelum akhirnya sampai di lantai 1 Dungeon Luxurie. Sepanjang perjalanan dia tidak bertemu dengan petualang lain lagi. Setelah keluar dari pintu gerbang Dungeon dia bisa melihat bahwa hari sudah beranjak petang.

"Pada akhirnya tujuanku untuk menjelajahi Dungeon sejauh mungkin harus dibatalkan," gumam Satria sambil menghela nafas dalam.

"Mungkin aku harus menjual beberapa item untuk mendapatkan uang yang cukup demi membayar hutang keluarga Lixia," ujar Satria sambil melangkah menuju bangunan yang ada di dekat dungeon untuk melaporkan hasil perjalanannya.

Setelah selesai membuat laporan dia langsung menanyakan di mana tempat pengepul monster atau penjual item di Ibukota. Petugas Dungeon langsung memberitahukan lokasi tempat pengepul monster dan penjual item yang terkenal dan memiliki toko besar di Ibukota. Satria hanya mengangguk paham saja.

Satria langsung pergi untuk mengunjungi toko yang diberitahukan oleh para petugas dungeon. Satria juga mengecek map yang ada di menu akses, ternyata beberapa nama toko juga sudah terteras di sana. Dia hanya senyum-senyum sendiri sebab jika sudah seperti itu dia sebenarnya tidak perlu menanyakan lagi dimana tempat toko tujuannya.

Tapi alih-alih memilih toko besar yang diberitahukan oleh para petugas dungeon tadi Satria malah berniat mengunjungi toko-toko yang tidak terlalu besar. Semua itu sudah berdasarkan pertimbangan dan perhitungannya. Dia berniat menjual beberapa item yang memiliki harga jual tinggi yang tentunya jumlahnya lebih dari satu di slot tasnya, sebab item langka yang hanya ada satu saja tidak mungkin dia jual semudah itu.

Bersambung…


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C25
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank 200+ Macht-Rangliste
    Stone 0 Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen

    tip Kommentar absatzweise anzeigen

    Die Absatzkommentarfunktion ist jetzt im Web! Bewegen Sie den Mauszeiger über einen beliebigen Absatz und klicken Sie auf das Symbol, um Ihren Kommentar hinzuzufügen.

    Außerdem können Sie es jederzeit in den Einstellungen aus- und einschalten.

    ICH HAB ES