"Lucas? Kau bisa menurunkanku saat ini juga," pinta Arielle yang merasa tidak nyaman karena terus mengambang di udara. Kelinci yang berhasil ditangkapnya pun mulai memberontak hingga Arielle harus memegangi kedua telinga panjang itu.
"Dan membiarkanmu kembali berenang di tumpukan salju itu?" terdengar suara menggerutu yang begitu khas di belakangnya.
Arielle menoleh ke belakang dan mendapati Ronan berdiri mengangkat pinggangnya dengan mudah.
"Yang Mulia?" Ariellle seketika menjadi panik. Gadis itu melihat ke arah jendela kerja sang raja dan kemudian berbalik melihat ke belakang.
"A-apa yang Anda lakukan di sini? Anda seharusnya kembali bekerja," ujarnya
"Apa yang aku lakukan di sini?! Aku melihatmu berlarian kian kemari dari atas sana. Bagaimana bisa aku kerja dengan tenang?"
Ronan pun menurunkan tubuh Arielle dan menarik kedua bahu Arielle untuk menghadapinya. Matanya mendapati gundukan berbulu putih pada pelukan gadis itu. Dari dua telinga panjang yang digenggam Arielle, Ronan langsung tahu bahwa itu adalah kelinci salju liar.
Kelinci itu menoleh ke belakang dan mendapati sepasang mata merah yang menatapnya tajam. Pria itu menggeram pelan membuat si kelinci melopat-lompat di pelukan Arielle ingin melepaskan diri.
Arielle berbalik memunggungi Ronan untuk menenangkan si kelinci. Setelah beberapa kali elusan, kelinci itu menghentikan gerakan paniknya.
Ronan melirik ke arah Lucas yang tak berani mengangkat kepalanya.
"Bukankah aku pernah menyuruh kalian untuk membuang mereka ke luar istana tahun lalu?" geram sang raja.
"Benar, yang Mulia. Sepertinya mereka adalah keluarga baru. Sang betina terlihat baru melahirkan jadi saya tidak tega untuk membuang mereka," kata Lucas dengan suara pelan.
Ronan mendesah panjang. Ia melepaskan mantelnya dan memasangkannya pada tubuh Arielle yang mulai menggigil. Gadis itu bahkan tak peduli akan kondisi tubuhnya sendiri. Meskipun pakaian utara cukup tebal tetapi bagi seseorang yang seumur hidupnya mendapat sinar matahari, dingin utara tetap akan menyakitkan.
"Lepaskan kelinci itu. Kau harus segera menghangatkan tubuhmu," ujar Ronan.
Arielle menggeleng cepat. "Aku minta izin untuk menjaga mereka, Yang Mulia. Aku ingin mengasuh mereka sampai anak-anaknya bisa tumbuh besar dan mampu bertahan hidup sendiri."
"Tuan Putri, saat ini tolong perhatikan kondisi tubuhmu terlebih dahulu. Hewan-hewan ini hanya akan menyusahkanmu. saja"
Arielle menggeleng sekali lagi. Ia merasa akan bisa menjaga dan merawat mereka. Di Nieverdell dia sempat punya peliharaan hewan beberapa ekor ayam.
Setelah sang induk mengerami telurnya dan para anak ayam itu menetas, koki di sana memasak sang induk membuat Arielle menangis seharian. Karena tak tega, Tania mengizinkan Arielle untuk menjadi induk pengganti anak-anak ayam tersebut.
Arielle menjaga anak-anak ayam dengan begitu telaten. Jika ia berkunjung ke kandang di belakang dapur, ia akan disambut oleh cuitan-cuitan kecil mereka. Arielle sering mengajak anak-anak ayam itu bermain kejar-kejaran.
Ketika anak-anak ayam itu sudah tumbuh besar, Tania membantu Arielle melepaskan mereka di hutan sehingga tak bisa disantap oleh orang istana.
Arielle pikir, pengalamannya mengasuh beberapa anak ayam dulu dan beberapa kelinci itu tak akan jauh berbeda. Ia memiliki rasa empati tinggi untuk hewan-hewan malang itu terutama saat Lucas tadi bilang bahwa yang ia tangkap saat ini adalah si ayah yang mencari makan untuk anak-anaknya yang baru lahir.
"Tidak, kau harus fokus belajar. Kita kembalikan saja mereka ke hutan," ujar Ronan tegas.
Arielle mengerucutkan bibirnya merasa sedih. Ia menatap kedua mata bundar kelinci itu. Ia tidak tega membiarkan kelinci ini berkeliaran di taman istana tanpa menemukan makanan apa pun untuk dibawa pulang kembali ke keluarga kecilnya.
"Hanya sampai anak-anaknya tumbuh besar. Dan jika Anda tetap berkeras, aku akan membawanya kembali ke Nieverdell."
Mendengar niat Arielle tentang kembali ke Nieverdell membuat Ronan berdecak kesal.
Bibir Arielle perlahan semakin membiru dan Ronan bisa mendengar jelas gemeletuk gigi gadis itu akibat kedinginan. Ia tidak bisa berdebat panjang jika kondisi Arielle seperti ini. Ia merapatkan mantelnya dan Ronan pun mengangkat tubuh gadis itu untuk digendongnya.
"Yang Mulia, aku bisa berjalan sendiri."
"Aku tahu," jawab Ronan singkat. Sama sekali tak ada niat untuk pria itu membiarkan Arielle berjalan sendiri.
Tubuh Arielle juga hampir terasa membeku dengan sebagian salju masuk melalui celah gaunnya. Sepertinya si kelinci juga ikut lebih tenang dalam dekapan Arielle. Ronan mengetatkan gendongannya agar gadis itu tidak kedinginan.
"Apakah ini tandanya, aku diizinkan untuk merawat mereka?" tanya Arielle berharap.
Ronan tak ingin memandangi wajah gadis itu karena ia tahu saat ia menatap sepasang mata yang berbinar dengan sorot memohon itu ia tidak akan pernah bisa menolak permintaan sang putri.
"Tidak. Aku akan tetap mengeluarkan mereka besok."
"Tapi kenapa, Yang Mulia? Anak-anaknya masih kecil, jika kita melepaskannya di hutan maka bisa jadi mereka akan diserang oleh hewan buas lainnya…"
Justru itu yang Ronan kawatirkan. Jika mereka berkeliaran di istana, hingga waktu bulan purnama bulan depan maka akan mereka menjadi santapan monster ini. Ia tidak ingin membuat Arielle patah hati di kemudian hari akibat perbuatannya.
"Istana lebih berbahaya," jawab Ronan singkat.
Arielle pun berhenti memaksa pria itu memberikannya izin. Ini adalah istananya dan sudah sewajarnya untuk Arielle mengikuti peraturan yang ada. Mungkin Raja Ronan bukanlah tipikal orang yang menyukai hewan.
Ronan baru meletakkan Arielle untuk berdiri sendiri setelah mereka sampai di kamar gadis itu. Arielle pun melepaskan si kelinci di dalam kamarnya. Tania menyusul cepat namun Ronan melarangnya untuk masuk ke dalam kamar karena ia butuh berbicara dengan Arielle sebentar.
Lucas pun menyarankan Tania untuk menyiapkan makanan hangat untuk majikannya.
Di dalam kamar, Ronan merasa kesal melihat si kelinci yang melompat sesuka hatinya. Ia mengambil sebuah sofa kemudian diseret untuk mendekat ke arah perapian. Arielle masih tersenyum melihat tingkah lucu si kelinci yang kini bersembunyi di balik sofa.
Ia baru sadar bahwa Ronan telah berada di belakangnya saat pria itu menarik lengannya untuk duduk di dekat perapian.
"Aku akan membawanya keluar setelah ini."
Arielle menyentuh lengan pria itu saat berbalik untuk menangkap si kelinci. Ia tengah mempertaruhkan harga dirinya. Jika rencana terakhirnya ini gagal, Arielle akan menanggung rasa malu seumur hidupnya. Arielle memberi gestur agar Ronan lebih mendekat ke arahnya.
"Ada apa?" tanya pria itu sedikit curiga akan perubahan sikap Arielle yang berubah malu-malu.
"Kemarilah sebentar, Yang Mulia," bisik Arielle sangat pelan.
Ronan pun meletakkan kedua tangannya pada sandaran tangan sofa yang ditempati Arielle sehingga mengurung gadis itu. Arielle menegakkan tubuhnya dan memberikan sebuah kecupan singkat pada topeng yang pria itu kenakan.
Ronan terdiam memikirkan apa yang baru saja terjadi.
"Apa kau sedang menyogokku dengan sebuah kecupan?"
Wajah Arielle memerah seketika saat matanya bertatapan dengan tatapan tajam pria di depannya. Ronan bisa mendesah panjang lalu menggeleng pelan. Ia melepas topengnya yang kemudian dibuangnya ke lantai begitu saja.
"Selamat. Kau telah membuka sebuah cara membuatku menerima permintaanmu. Namun sekarang lakukan dengan cara yang benar."
Arielle menggenggam gaunnya erat-erat menutupi rasa gugupnya. Ronan dengan suka rela memberikan pipi kanannya. Tubuhnya juga dicondongkan lebih rendah sehingga Arielle bisa meraihnya.
Senyumnya terbentuk saat merasakan bibir lembut Arielle menempel di pipinya. Meskipun itu hanya kecupan yang sangat sederhana namun sangat memabukkan bagi Ronan. Satu kecupan saja tak cukup baginya.
"Ah, aku lupa bilang bahwa satu kecupan untuk satu ekor kelinci. Jadi yang barusan adalah izin untuk kelinci tersebut." Tunjuk Ronan pada kelinci yang Arielle bawa tadi. " Jika Tuan Putri ingin merawat sekeluarga kelinci maka berikan aku kecupan sejumlah anggota keluarga kelinci itu."
"Sebanyak lima kali lagi?" tanya Arielle tak percaya.
"Bukannya sepuluh? Aku dengar kelinci bisa melahirkan dua belas anak sekaligus."
"Kata Lucas, ia hanya menemukan lima ekor kelinci. Satu jantan, satu betina dan tiga ekor yang kecil."
"Mungkin saja Lucas salah melihat? Atau jika kau memberikanku lebih aku bisa mencarikan di luar istana untuk kubawa ke sini."
Arielle terkekeh. Bagaimana bisa seseorang berubah pikiran secepat ini?