App herunterladen
3.9% Dangerously in love with mafia / Chapter 11: Bab 11 - chaotic situation

Kapitel 11: Bab 11 - chaotic situation

Acara pernikahan berjalan semestinya waktu, semua begitu hikmat dalam suasana yang indah, dua mempelai juga mengikrarkan janjinya penuh dengan percaya diri, jadi kini waktunya menikmati pesta dan juga sesi pelemparan bunga.

Aurora dan Clara yang sedang duduk menikmati dessert yang disediakan, sedangkan Tuan Jewn menjalankan tugasnya, entah kenapa misi kali ini seperti sebuah liburan, Aurora bahkan begitu santai.

"Seperti kekasihmu pintar sekali berbaur dengan orang lain, apakah dia punya seperti dirinya?" Tanya Clara, wanita itu berbisik ke arah Aurora, setelah meneguk habis wine yang di siapkan di sana.

"Dia memang seperti itu, aku tidak pernah tahu dia punya teman atau tidak, aku tidak pernah bertanya." Ucap Aurora, dia menaruh dessert itu di meja, mengambil tisu untuk membersihkan sisa-sisa yang jatuh di gaunnya.

"Kenapa kamu berantakan sekali saat makan aurora!" Dia memarahi dirinya, dia kembali mengambil tisu lagi tapi entah kenapa sulit sekali untuk di jangkau.

Sampai akhirnya Aurora harus mengangkat kepalanya, dia terkejut melihat yang ada di hadapannya, kenapa pria itu ada disini, kenapa Clara pergi tanpa mengatakan apapun.

"Hei, itu milikku!" Ucap Aurora, dessert yang dia buat sendiri, bahkan jika Rivernya dia tidak akan memberikan tapi pria itu dengan lancang memakannya.

"Milikmu? Pantas saja rasanya begitu manis sama seperti pemiliknya." Ucap pria itu, walau wanita di hadapannya sudah memberi peringatan, dia masih mencoba dessert.

Aurora hanya memutar matanya dengan malas, baiklah untuk apa dia pedulikan hal itu, percuma saja dia melarangan, pria itu tidak akan menyerah.

"Pergilah, untuk apa kau menggangguku, aku tidak ingat aku sudah memiliki kekasih." Jawab Aurora, dia mengambil tisu lalu memilih untuk meninggalkan meja itu.

"Tapi kau tidak memiliki perasaan apapun padanya bukan?" Tanya Julian, pria itu mengubah posisinya berbicara serius.

"Aku yakin pria itu juga diam-diam tidur dengan wanita lain." Lanjutnya. 

Hal yang dia katakan berhasil membuat Aurora menghentikan langkahnya, dia membalik tubuhnya lalu mengambil tas miliknya dan meletakan tangan di meja di hadapan pria itu.

"Jika dia tidur dengan wanita lain aku harus apa? Jika memang aku tidak punya perasaan apapun padanya, ingatlah Tuan. Hubungan ini hanya aku dan dia yang tahu." Ucap Aurora, dia hanya memberikan peringatan pada pria itu.

"Dan, aku yakin Tuan sangat sibuk tapi kenapa saat sibuk mengurusi hidupku, tidak ada hal menguntungkan untukku." Lanjutnya, dia sedikit menjauh saat mendengarkan perintah, seperti harus bersiap.

"No baby, I want to sleep with you, ini nomor apartemenku, mungkin kau tertarik." Ucap Julian, pria itu meninggalkan meja setelah mengatakan hal itu dan memberikan sebuah tisu yang bertuliskan sebuah nomor.

Aurora kembali sadar saat ada yang menepuk bahunya, dia membalik badannya untuk melihat siapa yang ada di belakangnya. 

"Clara! Kau membuatku takut saja, kenapa tidak memanggilku!" Ucap Aurora, dia terpaksa mengambil tisu itu lalu memasukkan ke dalam tas miliknya, kenapa dia bertindak sampai sejauh ini?

"Aurora, kau sudah mendengar perintah bukan, kita harus bergerak sekarang." Ucap Clara, wanita itu dalam mode serius jadi tentu saja dia tidak akan menyia-siakan waktu.

Aurora memberikan anggukan, lalu dia ikut melangkah bersama dengan Clara, tapi pergelangan tangan di tarik oleh River, tentu saja dia harus menghentikan langkahnya.

"Aurora, kamu mau kemana? Acara belum selesai sayang." Ucap River, pria itu bertingkah seperti dia berada di dalam pengaruh alkohol, sebanyak apa dia minum.

Aurora melihat ke arah Clara, menggerakan tangan untuk memerintahkan wanita itu pergi dahulu, dia harus menyadarkan River.

Pria itu lancang sekali sampai merangkul pinggangnya, tentu saja membuat beberapa pasang mata menatap ke arahnya.

"River, aku memiliki urusan ini sangat mendadak jadi aku harus pergi sekarang, kita masih bisa bertemu besok." Ucap Aurora, dia masih berbicara baik-baik dengan pria itu, dan berusaha melepaskan dirinya.

"Masa kamu ingin meninggalkan aku sendirian, Aurora ayolah, kamu bilang—,"

Ucapan River terpotong saat Aurora memutuskan untuk mencium bibir pria itu, membuat pria yang menatap dari kejauhan mengepal tangannya, Aurora melakukan agar pria itu berhenti mengatakan hal omong kosong.

Setelah beberapa saat akhirnya Aurora mengakhiri ciuman itu, River hanya mematung karena selama bertahun-tahun pacaran dia tidak pernah mendapatkan hal itu, dia menyentuh kedua pipi wanita itu dan kembali menciumnya.

Aurora berusaha untuk mendorongnya, tapi sulit situasinya kenapa pria itu malah jadi membalas ciumannya, ini hanya membuang wanita dirinya.

"River! Aku harus pergi!" Ucap Aurora di sela ciuman itu, dia juga mendorong dada pria itu dan terdengar sebuah tembakan yang mengudara.

Saat itu semua orang berteriak dan berlarian, situasi sangat genting sampai Aurora memilih untuk menyelamatkan dirinya, dia mencoba menghubungi Clara tapi suara tembakan itu semakin kencang.

"Kenapa dengan alat ini!" Aurora memarahi alat yang kembali tidak berfungsi, padahal dia sudah mengatakan pada Tuan Jewn untuk mengganti.

Tatapan Aurora tertuju pada River yang masih berada di sana, kenapa dia tidak menarik pria itu. "River! Apa yang kau lakukan disana?" 

"Pria itu!" Dengan nekat Aurora menerobos di masa dimana peluru sedang saling bertarung, wanita itu juga melepaskan senjatanya.

"River! Lari dari sana!" Teriak Aurora, wanita itu hanya tidak mau tidak pria itu terkena salah satunya peluru itu, dengan cepat dia melangkah dan menarik pria itu.

River terlihat sangat bingung di tambah dia begitu ketakutan dengan situasi yang berada di luar kendali, dia juga menatap seluruh acara menjadi begitu kacau dalam hitungan detik.

"Kenapa kau hanya diam saja? Kau ingin mati?" Tanya Aurora, dia membawa River masuk ke dalam gereja, sambil berusaha menghubungi Clara atau Tuan Jewn.

"Aurora apa yang terjadi, aku tidak bisa di sini aku harus menyelamatkan sepupuku!" 

Aurora hanya pria itu untuk pergi, kenapa dia masih memikirkan orang lain di situasi seperti ini! 

"Kau bodoh? Situasi sangat bahaya dan kau memikirkan orang lain, nyawamu lebih penting!" Ucap Aurora, walau dia tidak punya perasaan apapun pada pria itu dia tidak bisa sembarangan tentang nyawa seseorang.

Apalagi pria itu tidak merugikan kehidupannya.

"Tidak bisa Aurora, aku harus—,"

"Kau ingin aku melihatku menangis-mu di atas petimu? Jika itu keinginanmu, silahkan pergi." Ucap Aurora, dia menyela ucapan pria itu lalu melepaskan pergelangan tangannya membiarkan pria itu pergi.

River hanya bisa menghela nafas berat, pria itu menghentikan langkahnya dimana dia juga tidak mau membuat wanita itu terluka, dia hanya bisa menatap situasi dimana semakin kacau.

"kemana Clara, kenapa dia sulit sekali di hubungi, apakah dia baik-baik saja?" tanya Aurora dalam hatinya, sebenarnya apa yang terjadi, kenapa dia tidak bisa mendengarkan hal apapun.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C11
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen