App herunterladen
58.33% Pembalasan yang Manis / Chapter 14: Salah Paham

Kapitel 14: Salah Paham

Setelah liburan semester yang lumayan panjang, akhirnya perkuliahan kembali dimulai. Anita tidak juga sudah mulai kuliah. Awalnya dia senang karena bisa satu kampus dan satu jurusan dengan Haikal. Tapi kesenangannya itu tidak bertahan lama, karena Renata juga satu jurusan dengannya. Bahkan Renata satu kelas bersama Haikal. Tentu saja hal itu membuat Anita cemburu. Dia benar-benar tidak suka melihat kedekatan antara Haikal dan Renata.

Selama jam pelajaran dimulai, Anita hanya melamun. Dia tidak mendengarkan penjelasan dosen sama sekali. Hingga tiba waktunya pulang, karena kebetulan kelasnya untuk hari ini sudah berakhir.

Ketika Anita mau pulang, tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggilnya.

"Nita!" Panggil seseorang

Anita berhenti dan menoleh kebelakang.

"Rena. Ada apa?" Tanya Anita pas tahu siapa yang memanggilnya

"Aku mau ke kantin, kamu mau ikut?" Tanya Renata

"Hmm... boleh deh. Aku juga ingin tahu letak kantinnya." Sahut Anita

"Kalau begitu ayo kita pergi!" Semangat Renata

Dia menarik pergelangan tangan Anita dan membawanya menuju kantin.

Sesampainya di kantin, Anita melihat Haikal duduk di salah satu meja makan. Jantungnya langsung berdegup kencang ketika melihat Haikal, bahkan dia sampai tidak sadar jika dia sudah berada di depan Haikal.

"Kalian mau makan apa?" Tanya Haikal

"Aku salad aja minumnya jus wortel. Kalau kamu, Nit?" Tanya Renata

"Samakan saja. Kalau aku minumnya jus strawberry." Sahut Anita

"Ya sudah. Tunggu sebentar, biar aku pesankan." Sahut Haikal

Renata dan Anita duduk di meja yang tadi ditempati oleh Haikal sembari menunggu Haikal memesankan sesuatu untuk mereka.

Renata dan Anita berseda gurau sambil menunggu pesanan datang. Tidak lama kemudian, pesanan mereka datang. Mereka langsung makan dengan lahap. Setelah makan, mereka ingin pulang. Karena Renata dan Haikal juga tidak ada kelas lagi.

"Kamu mau kami antar pulang?" Tanya Renata

Saat ini mereka sedang ada diparkiran kampus.

"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri kok." Sahut Anita menolak

Jelas saja dia menolak. Dia tidak mau terbakar api cemburu lagi. Cukup satu kali dia ikut mereka dan itu sudah membuat hatinya panas.

"Kenapa? Kami bisa mengantarmu pulang." Sahut Renata

Anita menoleh pada Haikal yang cuek dan hanya memainkan ponselnya.

"Bahkan dia tidak repot-repot menawariku." Batin Anita miris

"Tidak perlu. Kamu duluan saja. Aku mau naik angkutan umum saja." Tolak Anita lagi berusaha untuk tersenyum

"Baiklah. Aku tidak akan memaksamu. Kami pergi dulu, Nita. Bye!" Ucap Renata

"Bye!" Sahut Anita

Setelah kepergian mobil Haikal, Anita menghembuskan nafas kasar. Dia melanjutkan langkahnya menuju halte bus untuk pulang.

*****

At 07.35 PM

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Nana mengajak Dimas untuk bertemu ditaman.

"Kak Dimas." Ucap Nana

"Hm." Sahut Dimas

"Bagaimana perasaan kak Dimas padaku sekarang?" Tanya Nana

"Tidak berubah. Aku tidak bisa melihatmu sebagai perempuan yang aku cintai. Maaf." Sahut Dimas

Airmata Nana langsung turun saat itu juga. Hatinya benar-benar sakit saat mendengarnya.

"Bukan jawaban itu yang kumau." Sahut Nana terisak

"Tapi hanya jawaban itu yang aku punya untukmu saat ini." Sahut Dimas

Nana semakin terisak ketika mendengarnya. Ini adalah penolakan Dimas untuk kesekian kalinya.

"Aku pikir dengan aku tetap bertahan disisimu setelah kepergian Justin, aku bisa merubah perasaanmu. Tapi ternyata aku salah. Aku pikir, aku bisa menggantikan posisi kak Nata dihatimu. Tapi ternyata tidak." Sahut Nana dengan isak tangisnya

Dimas hanya diam sambil menundukkan kepalanya.

Nana langsung berdiri dari duduknya.

"Terimakasih atas jawabannya. Kini aku sudah tahu pilihanku. Selamat tinggal." Sahut Nana

Dia berjalan meninggalkan Dimas sendirian ditaman dengan wajah terkejut. Apa maksud Nana dengan kata selamat tinggal?

Sementara ditempat lain...

"Kau darimana saja? Dan kenapa matamu sembab?" Tanya Renata

"Kak Nata." Ucap Nana lalu memeluk kakaknya

Renata membalas pelukan Nana.

"Ada apa, hm?" Tanya Renata

"Aku ingin pindah sekolah ke Indonesia." Ucap Nana

Renata tentu saja terkejut ketika mendengar itu.

"Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba?" Tanya Renata

Dia melepaskan pelukannya dan menatap adiknya.

"Aku merindukan Justin. Setelah kepergiannya, dia tidak pernah lagi menghubungiku. Mungkin dengan aku pindah sekolah ke Indonesia, aku akan bisa bersama Justin lagi." Sahut Nana

Renata hanya diam ketika mendengar penjelasan adiknya. Dia tidak tahu apakah harus mengizinkan Nana untuk pergi atau tidak.

*****

At 12.30 PM

Sekarang di café kampus Renata sedang duduk berdua bersama Dimas.

"Semalam Nana mengajakku bertemu. Dia menanyakan bagaimana perasaanku padanya, lalu aku jawab saja dengan jujur." Ucap Dimas

"Lalu bagaimana reaksinya saat kau menjawab pertanyaannya dengan jujur?" Tanya Renata

"Dia bilang kalau dia sudah tahu perasaannya. Lalu dia mengatakan selamat tinggal. Aku tidak tahu apa maksud dari kata selamat tinggal itu." Sahut Dimas

"Nana mau menyusul Justin ke Indonesia." Ucap Renata

"Benarkah? Kapan?" Tanya Dimas

"Aku tidak tahu. Orangtua kami belum menyetujuinya." Sahut Renata

"Begitu." Sahut Dimas

"Kau biasa saja?" Tanya Renata

"Lalu aku harus bersikap bagaimana?" Tanya Dimas balik

"Kau tidak mau mencoba membalas cinta Nana?" Tanya Renata

"Aku sudah mencobanya dan aku tidak bisa. Aku masih mencintaimu, Nata." Sahut Dimas

"Tapi aku sudah bertunangan dengan Haikal. Kau harus melupakanku." Sahut Renata

"Aku sudah mencobanya. Tapi tidak bisa." Sahut Dimas

"Nata." Ucap Dimas

Renata hanya diam. Tiba-tiba saja tanggannya digenggam oleh Dimas.

"Kembalilah padaku. Aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi. Aku mohon." Pinta Dimas

Renata melepaskan genggaman tangan Dimas.

"Maafkan aku, Dimas. Aku tidak bisa." Sahut Renata

Sementara diluar café, terlihat seseorang berdiri sambil menyaksikan kejadian dimana seoarang laki-laki menggenggam tangan Renata.

*****

Haikal yang saat ini sedang membaca buku di perpustakaan terganggu dengan notifikasi ponselnya. Dia mengambil ponselnya dan melihat seseorang mengiriminya sebuah pesan. Ketika Haikal membuka pesannya, dia terkejut melihat sebuah foto kekasihnya bersama dengan seseorang yang berasal dari masa lalu kekasihnya.

Haikal dengan cepat memasukkan bukunya ke dalam tas dan berlari menuju café kampus. Ketika dia tiba di café, dia melihat Renata benar-benar bersama dengan Dimas.

"Jadi selama ini kamu masih bertemu dengan mantanmu?" Tanya Haikal

"Apa maksudmu?" Tanya Renata tidak mengerti

"Kalau kau masih mencintai Dimas, kenapa tidak kamu katakan saja?!" Tanya Haikal penuh emosi

"Tunggu sebentar." Ucap Dimas

Haikal menatap Dimas dengan tatapan penuh kebencian.

"Sepertinya kau salah paham dengan ini semua. Aku tahu apa yang kau maksud, tapi aku bisa menjelaskannya. Aku dan Nata baru kali ini dan hari ini bertemu lagi. Sebelumnya kami tidak pernah bertemu. Apalagi bertemu diam-diam dibelakangmu, kami tidak pernah melakukan itu." Jelas Dimas

"Itu benar. Aku mengajak Dimas bertemu hanya ingin tahu apa saja yang Nana katakan selamam. Karena Nana tiba-tiba saja meminta untuk pindah sekolah ke Indonesia menyusul Justin." Sahut Renata

"Nana mau pindah sekolah ke Indonesia?" Tanya Haikal

"Iya. Kedua Mama dan Papa tentu saja tidak setuju. Nana jadi sedih dan mengurung diri dikamar. Hal itu membuatku panik dan khawatir. Makanya aku mengajak Dimas bertemu untuk tahu apa saja yang mereka bicarakan semalam." Sahut Renata

"Aku memang mencintai Nata, tapi aku tidak ada niat untuk merebut seseorang yang masih menjadi milik orang lain." Ucap Dimas

Dimas menepuk pundak Haikal pelan dan berjalan keluar dari café.

"Ck! Aku pikir mereka akan bertengkar dan berpisah. Mengesalkan."


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C14
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen